Tugumalang.id – Koordinasi pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dengan WHO dan Gambia membuahkan hasil. Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi persnya pada Senin (24/10/2022) menyebutkan jika obat bernama Fomepizole dapat mengatasi gangguan ginjal akut. Cara kerja Fomepizole ialah menghambat etilen glikol terkonversi menjadi racun.
Setelah melalui uji awal, Budi menyebutkan adanya dampak positif dari cara kerja Fomepizole sebagai obat gangguan ginjal. Tujuh dari 10 pasien anak dengan gangguan gagal ginjal menunjukkan kondisi membaik seperti mulai bisa buang air kecil dan siuman.
Pemerintah pun memutuskan segera melakukan pengadaan dengan impor Femopizole dari Amerika dan Jepang. “Kita sedang proses beli dari Amerika walaupun stoknya tidak terlalu banyak, dan proses beli dari Jepang dengan stok sekitar 2000an,” jelas Budi.
Cara Kerja Fomepizole
Alvin Saputra, dokter dari Universitas Airlangga, dalam artikel berjudul Fomepizole menjelaskan jika obat ini ialah anti racun atau penangkal racun pada kasus keracunan etilen glikol dan metanol. Obat ini umumnya digunakan saat dilakukan cuci darah atau hemodialisis.
Cara kerja Fomepizole adalah menghambat proses metabolisme etilen glikol dan metanol yang dilakukan oleh enzim alkohol dehydrogenase. Jeffrey Brent (1999) dalam laporan penelitian berjudul Fomepizole for the Treatment of Ethylene Glycol Poisoning menuliskan bahwa obat ini akan mencegah rusaknya ginjal semakin parah.
Pada pasien dengan keracunan etilen glikol, Fomepizole yang diberikan pada awal perjalanan keracunan mencegah cedera ginjal dengan menghambat pembentukan metabolit toksik.
Penjelasan ini juga diperkuat oleh penelitian Marisa Battistella (2002) dalam jurnal berjudul Fomepizole as an Antidote for Ethylene Glycol Poisoning. Dalam simpulan penelitian tersebut, Fomepizole disebut aman dan efektif sebagai anti racun dalam proses treatment keracunan senyawa etilen glikol.
Keracunan etilen glikol dapat menyebabkan morbiditas dan kematian yang parah. Meskipun tidak beracun, etilen glikol diubah oleh alkohol dehidrogenase menjadi metabolit aktif. Adanya metabolit ini akan menyebabkan asidosis metabolik, gagal ginjal, hipokalsemia, oksaluria, kerusakan pada sistem saraf pusat dan saraf kranial, dan ketidakstabilan kardiovaskular.
Dosis dan Penggunaan Fomepizole
Dalam penelitian lanjutan Brent (2001), Fomepizole diberikan pada pasien dewasa secara intravena atau infus. Pada dosis awal atau loading diberikan 15 mg/kgBB, dilanjutkan dengan dosis bolus 10 mg/kgBB setiap 12 jam.
Kemudian, dosis bolus ditingkatkan 15 mg/KgBB setelah 48 jam. Dosis ini lalu diberikan setiap 12 jam untuk mempercepat induksi metabolisme dan cara kerja Fomepizole.
Pada pasien gagal ginjal, memburuknya tingkat keasaman dalam tubuh (asidosis metabolik) atau konsentrasi serum etilen glikol atau metanol 50 mg/dl ke atas, perlu dilakukan cuci darah (hemodialisis).
Frekuensi pemberian ditingkatkan menjadi setiap 4 jam selama menjalani cuci darah. Dosis yang diberikan sebelum atau sesudah cuci darah ditentukan berdasarkan dosis terakhir yang diberikan atau durasi cuci darah.
Efek Samping Fomepizole
Penggunaan Fomepizole bukannya tanpa efek samping. Beberapa Riwayat alergi terhadap konsumsi obat pada pengguna Fomepizole ialah sakit kepala, mual, pusing dan mengantuk.
Dalam penjelasan U.S. Food and Drug Administration (FDA), Fomepizole dimasukkan dalam kategori C di mana keamanan penggunan pada ibu hamil belum diketahui. Efeknya juga belum diketahui pada ibu menyusui dan bayi.
Fomepizole, Telah Digunakan di Beberapa Negara
Indonesia bukan negara pertama yang akhirnya menggunakan Fomepizole sebagai solusi untuk mengatasi penyakit gangguan ginjal akut. Amerika termasuk negara pertama yang menyetujui penggunaan Fomepizole pada tahun 1997.
Kemudian diikuti oleh negara tetangganya, Kanada pada tahun 2000. Di Asia, Jepang juga mulai menggunakan dan memproduksi Fomepizole pada tahun 2014. Negara Eropa seperti Irlandia juga telah menyetujui penggunaan obat ini dalam pengobatan gangguan ginjal akut karena keracunan etilen glikol.
WHO sebagai organisasi kesehatan dunia lalu memasukkan Fomepizole dalam Essential Medicines list (daftar obat esensial) dalam edisi ke-18 tahun 2013. Persetujuan WHO kemudian diikuti oleh penggunaan Fomepizole oleh negara lain.
Yang terbaru, Pemerintah Australia melalui Therapeutic Goods Administration (TGA) pada 6 Januari 2015 juga menyetujui Fomezipole. TGA merupakan bagian dari Pemerintah Australia yang berwenang dalam regulasi obat dan peralatan medis di Australia. Peraturan tentang penggunaan Fomepizole dituangkan dalam Australian Public Assessment For Fomezipole.
Penulis: Imam A. Hanifah
Editor: Herlianto. A