JAKARTA, Tugumalang.id – Dalam konferensi pers pada Senin (24/10/2022), Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa Pemerintah tengah melakukan impor Fomezipole, sebagai obat gangguan ginjal akut.
Keterangan Budi yang disiarkan live di kanal Youtube Sekretariat Presiden tersebut menyebut obat bernama Fomepizole akan diimpor dari Amerika dan Jepang. Hal ini sebagai salah satu upaya pemerintah menangani tingginya angka kematian pasien sejak September 2022 karena kasus ganguan ginjal.
Cari Obat Gangguan Ginjal Akut, Pemerintah Impor dari Amerika dan Jepang
Sebelumnya, menurut Budi, Pemerintah telah melakukan identifikasi apa penyebab tingginya kasus kematian anak dibawah usia 5 tahun. Setelah melakukan uji patologi, tidak ditemukan penyebab penyakit karena virus, bakteri, parasit, ataupun Covid.
Pelacakan kemudian mengarah pada kasus gangguan ginjal yang terjadi di Gambia. Pemerintah kemudian melakukan koordinasi dengan organisasi kesehatan dunia (WHO) dan Pemerintah Gambia setelah adanya rilis WHO pada 5 Oktober 2022.
Setelah diselidiki, pemerintah menemukan sampel urin dan darah 7 dari 10 anak korban diketahui mengandung senyawa kimia berbahaya. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan uji lainnya seperti uji biopsi pada korban meninggal. Ditemukan kerusakan ginjal pada semua jenazah.
Indikasi penggunaan senyawa kimia berbahaya sebagai pelarut dalam obat sirop kemudian ditindak lanjuti oleh BPOM. Hasilnya ditemukan 3 produk obat yang tidak aman. BPOM pun telah merilis 133 obat yang aman untuk dikonsumsi dalam batas aturan pakai dan resep dokter.
Koordinasi dengan WHO membuah hasil dengnan diperolehnya nama obat yang berpotensi dapat mengatasi gangguan ginjal akut yakni, Femopizole.
Budi menjelaskan bahwa pemerintah tengah berkoordinasi dengan Singapura dan Autralia. “Kami sudah menerima file dari Singapore, kita menunggu dari Australia, “ papar Budi.
Sebagai langkah pengadaan ketersediaan obat tersebut, pemerintah pun melakukan impor Fomezipole dari Amerika dan Jepang. “Kita sedang proses beli dari Amerika walau stoknya tidak terlalu banyak, dan proses beli dari Jepang dengan stok sekitar 2000an,” imbuh Budi.
Fomepizole Dianggap Ampuh, Sembuhkan 7 dari 10 Anak Penderita Gangguan Ginjal Akut
Kemenkes pun mengklaim telah melakukan uji coba Fomezipole pada pasien penderita gangguan ginjal akut. Hasilnya, sebanyak 7 dari 10 pasien yang diberikan obat yang sudah datang kondisinya mulai membaik.
“Jadi setelah konsumsi obat ini sudah mulai bisa kencing. Yang tidak sadar sudah mulai sadar kembali,” ungkap Budi. Dimana sebelumnya, pasien gangguan ginjal akan mengalami masalah buang air kecil.
Hasil uji coba tersebut kemudian menjadi dasar pemerintah Indonesia segera mempercepat kedatangan Fomezipole ke Indonesia. “Jadi kita simpulkan obat ini memberi dampak positif sehingga kita percepat kedatangannya ke Indonesia,” terang Budi.
Menyoal Keampuhan Fomezipole Sebagai Obat Gangguan Ginjal Akut
Marisa Battistella (2002) mengupas peran Fomezipole dalam jurnal berjudul Fomepizole as an Antidote for Ethylene Glycol Poisoning. Dalam simpulan penelitian tersebut, Fomezipole disebut aman dan efektif sebagai antiracun dalam proses treatment keracunan senyawa Etilen Glikol (EG).
Cara kerja fomezipole ialah menghambat kerja enzim alkohol dehydrogenase. Dalam tubuh, enzim ini akan melakukan metabolism terhadap senyawa etilen glikol dan metanol yang masuk sehingga menjadi senyawa asam oksalat yang beracun dan merusak ginjal.
Namun catatan penggunaan Fomezipole sebagai obat gangguan ginjal akut masih terbatas pada orang dewasa. Fomezipole memang telah digunakan dalam terapi hemodialisis atau cuci darah.
Riwayat Negara-Negara yang Menyetujui Fomepizole Sebagai Obat Gangguan Ginjal Akut
Fomepizole telah digunakan oleh beberapa negara untuk mengatasi penyakit gangguan ginjal akut. Pada 6 Januari 2015, Therapeutic Goods Administration (TGA) yang merupakan bagian dari Pemerintah Australia telah menyetujui penggunaan Fomepizole di Autralia.
Peraturan tentang penggunaan fomepizole dituangkan dalam Australian Public Assessment For Fomezipole. TGA betanggung jawab atas regulasi obat dan peralatan medis di Australia.
Amerika termasuk negara yang pertama kali menyetujui penggunaan Fomepizole pada Tahun 1997. Kemudian diikuti negara tetangganya, Kanada pada Tahun 2000.
WHO sebagai Organisasi kesehatan dunia lalu memasukkan fomepizole dalam Essential Medicines list (Daftar Obat Esensial) dalam edisi ke-18 Tahun 2013. Persetujuan WHO kemudian diikuti penggunaan Fomepizole oleh negara lain.
Jepang mulai menggunakan dan memproduksi fomepizole pada tahun 2014. Obat ini juga disetujui oleh pemerintah Irlandia untuk digunakan dalam pengobatan gangguan ginjal akut karena keracunan Etilen Glikol (EG).
Penulis: Imam A. Hanifah
editor: jatmiko