Sabtu, April 26, 2025
Tugumalang.id
No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Insight
  • Pariwisata
  • Politik
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Insight
  • Pariwisata
  • Politik
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan
No Result
View All Result
Tugu Malang ID
No Result
View All Result
Home Pilihan Redaksi

Balada Apel Ikon Kota Batu, Hidup Segan Mati Tak Mau

Redaksi by Redaksi
Juli 11, 2023 2:27 pm
in Pilihan Redaksi
apel ikon kota batu

Apel menjadi komoditas utama hasil pertanian Kota Batu. Kini, produktivitasnya terus menurun dan banyak petani tidak lagi banyak pilihan selain mulai bermigrasi menanam jeruk yang penghasilannya lebih menjanjikan Foto/Azmy

Share WhatsappShare FacebookShare Twitter

Di Balik Migrasi Besar-Besaran Petani Apel di Kota Batu Beralih Tanam Jeruk

Kota Batu, Tugumalang.id – Sejak tahun 1950-an, Kota Batu menjadi daerah di Jawa Timur yang dikenal dengan buah apel khasnya. Sampai-sampai, kota ini dijuluki sebagai Kota Apel. Ini karena daerah yang dikelilingi Gunung Arjuno dan Gunung Kawi itu menjadi daerah paling banyak memproduksi apel.

Di masa kejayaannya, di tahun 2004, tingkat panen apel di Kota Batu tercatat mencapai 46 ribu ton dari 2 juta pohon apel. Kini, masa keemasan itu semakin memudar. Jumlah produksinya dari tahun ke tahun mulai mengendur.

READ ALSO

100 Tahun Pramoedya Ananta Toer, Sederet Fakta Menarik Sastrawan dari Blora

Polresta Malang Kota Ringkus 5 Sindikat Curanmor

Dalam situasi yang runyam itu, petani apel mau tidak mau harus menentukan sikap untuk bertahan hidup. Kebanyakan, petani apel di Kota Batu mulai beramai-ramai bermigrasi atau beralih menanam komoditas lain yang lebih menjanjikan seperti jeruk, anggur, kesemek dan lainnya.

Informasi dihimpun, dari total lahan kebun apel di Kota Batu secara kasar hanya tersisa 20 persen. Para petani sudah tidak bisa menggantungkan hasil panenan apelnya dan mulai bermigrasi menanam jeruk. Meski berhasil panen berapa ton sekalipun, hasil penjualannya tak akan mampu menutup biaya produksinya.

Situasi runyam produktivitas apel sebagai ikon Kota Batu itu diceritakan oleh Kepala Desa Bulukerto, Suhermawan. Menurut Mawan, sapaan akrabnya, situasi itu juga terjadi di desanya yang juga dikenal sebagai sentra penghasil apel.

BACA JUGA: Pemkot Batu Mulai Peras Otak Merespon Sambatan Petani Apel

Menurut hitungan kasar, baik angka produksi hingga sisa lahan apel di desanya hanya tersisa 20 persen. Belum lagi di daerah lain, Kata dia, situasinya hari ini memang sangat dilematis bagi petani.

”Saya saja sudah sembilan musim ini gak panen. Ya sebenarnya tetap panen, tapi hasilnya gak bisa buat nutup biaya operasional. Aslinya ya malah minus,” ungkap Mawan pada tugumalang,id, Senin (10/7/2023).

Mawan menambahkan, kerunyaman situasi itu sudah terjadi berlarut-larut hingga memaksa petani menggunakan pupuk kimia untuk menjaga pohon apel agar tidak kena penyakit. Dimana upaya itu justru semakin menambah biaya pengeluaran dan memperburuk kualitas tanah yang ada.

Malah yang terjadi hari ini kata Mawan, dinas terkait justru mendukung petani untuk beralih tanam ke komoditas jeruk. Kalau seperti itu terus-menerus, bukan tidak mungkin ikon apel yang sudah melekat hanya jadi sejarah di buku-buku.

Harusnya, kata Mawan, dinas terkait harus mencari segala cara agar apel ini tetap bertahan. ”Kan lucu kalau ada program wisata petik apel, tapi apelnya gak ada. Saya sebagai petani apel cukup miris melihatnya,” ucap mantan Ketua BPD Bulukerto ini.

Sejauh ini, dirinya dan bersama petani apel lain di desanya tetap teguh pendirian memproduksi apel, meski memang tergolong merugi. Untuk menutupi biaya produksi, biasanya petani melakukan sistem tumpang sari. Entah diselingi pohon kopi atau sayur mayur yang lain.

Sejauh ini selain di desanya, daerah yang masih tetap memproduksi apel eecara signifikan terletak di Desa Tulungrejo dan Djunggo. Rerata, jenis apel yang masih dibudidayakan adalah jenis apel Anna dan Apel Manalagi.

Tak hanya Suhermawan, Utomo (62), warga Dusun Gerdu, Desa Tulungrejo, Kota Batu yang juga petani apel membenarkan jika banyak petani bermigrasi besar-besaran beralih menanam jeruk. Penghasilan dari komoditas jeruk masih terbilang untung daripada apel.

Penyebabnya, menurut Utomo, selain karena biaya produksi apel yang tinggi, kualitas kondisi tanah di lahan apel kini terancam mengalami penurunan akibat penggunaan pupuk kimia berlebih.

Petani apel juga dihadapkan dengan biaya obat tanaman apel yang menembus angka Rp30 juta per musim atau selama 6 bulan. Sementara, hasil panen hanya berkisar di angka Rp 24 juta. “Itu masih belum pas harga pasaran turun lho. Kita enggak mungkin jual mahal juga,” timpalnya.

Keluhan ini menurut dia sebenarnya sudah terbilang klise. Berkali-kali dia berbagi keluh kesah dengan pejabat dinas maupun legislatif. Namun, tak pernah ada solusi jitu. Bahkan sebenarnya pertanian apel di sini masih lebih baik daripada produksi apel di Polandia, New Zealand hingga Vietnam.

“Setahun kita masih bisa panen dua kali, mereka hanya bisa satu kali. Bedanya, kalau di sana hasil panen langsung di setor ke pemerintah. Petani hanya fokus menjaga kualitas buah, enggak perlu bingung jualan,” harapnya.

Sementara itu, Kabid Perdagangan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu Nurbianto Puji menuturkan meski situasi itu sangat nyata, meski begitu Kota Batu masih memegang predikat sebagai daerah dengan penghasil apel terbaik.

“Maka dari itu, Kota Batu masih bisa memanfaatkan penjualan dengan memasok apel dari daerah lain, karena reputasi Kota Batu sebagai kota apel ini masih tetap terjaga,” ujarnya.

BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News

 

Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko

 

Tags: Apelapel ikon kota batukota batu

Related Posts

Pramoedya Ananta Toer.
Pilihan Redaksi

100 Tahun Pramoedya Ananta Toer, Sederet Fakta Menarik Sastrawan dari Blora

Kamis, 6 Feb 2025
Polresta Malang Kota membongkar sindikat curanmor di Kota Malang. (Foto/M Sholeh)
Bisnis

Polresta Malang Kota Ringkus 5 Sindikat Curanmor

Selasa, 24 Des 2024
Tersangka KUR Fiktif
Hukum & Kriminal

Ajukan KUR Fiktif di Bank Plat Merah hingga Miliaran Rupiah, 4 Tersangka Ditahan

Selasa, 10 Des 2024
Gelapkan
Bisnis

Gelapkan Dagangan dan Bikin Nota Fiktif di Blitar Kota, Dua Sales PT Bintang Sayap Utama Dipolisikan

Kamis, 5 Des 2024
komunitas literasi di Kota Malang
Pilihan Redaksi

5 Komunitas Literasi di Kota Malang yang Cocok Buat Kamu Pecinta Buku dan Sastra

Minggu, 4 Feb 2024
kedai kafe sepi
Pilihan Redaksi

Kalah Pamor, Kedai Kafe di Kawasan Sudimoro Kota Malang Mulai Sepi Pengunjung

Senin, 28 Agu 2023
Next Post
Tiga orang anak bermain di Taman Merbabu, Kota Malang, milik Pemerintah Kota Malang, Senin (10/7/2023).

Taman Kota dan Kebahagiaan Kecil di Kota Malang  

BERITA POPULER

  • Toko Santosa Kebakaran

    Kebakaran Toko Pecah Belah Dekat Kampung Warna-Warni Malang, Api Meluas hingga Malam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Daftar 7 Stasiun Kereta Api di Kota Malang, Beserta Alamat Lengkapnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 12 Kandidat Siap Bersaing Rebut Kursi Rektor UIN Malang 2025–2029

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kecelakaan Truk di Kota Malang, Tewaskan Balita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Unikama Latih Guru BK Malang Konseling Digital Lewat Metaverse

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Portal berita Tugu Malang (tugumalang.id) merupakan perusahaan media siber di bawah naungan PT Tugu Media Komunikasindo

Ikuti Kami

Navigasi Site

  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Form Pengaduan
  • Pedoman Media Siber

© 2021 Tugu Media Group - All Right Reserved Tugu Malang ID.

Jaringan Media 

Tugumalang.id 

Tugujatim.id 

Tugusehat.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Insight
  • Pariwisata
  • Politik
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan

© 2021 Tugu Media Group - All Right Reserved Tugu Malang ID.