MALANG – Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang (FK Unisma) telah melangsungkan prosesi Baiat Dokter Muslim ke-31 pada Sabtu (15/10/2022). Prosesi itu menjadi pintu gerbang bagi karir generasi dokter muslim muda yang diharapkan mampu mengedepankan humanisme dalam melayani masyarakat.
Sebanyak 17 dokter muda Unisma disumpah profesi sebelum menerima sertifikat profesi sebagai seorang dokter. Suasana haru juga tampak ketika para orang tua mereka menyematkan pakaian dokter kepada mereka.
Dekan Fakultas Kedokteran Unisma, dr Rahma Triliana mengatakan bahwa 17 dokter muda tersebut telah mengucurkan keringat, air mata, mengorbankan banyak waktu dalam berjuang dan bekerja keras menuju titik ini. Mereka juga telah memberikan pelajaran arti konsistensi perjuangan.
“Baiat ini adalah penutup pendidikan sekaligus pembuka gerbang masa depan karir mereka,” ucapnya.
Sebelum mereka terjun ke lapangan, dia memberikan pesan kepada para dokter muda itu untuk menjaga ciri khas dokter muslim Unisma yang humanis, jujur, berpengaruh dan berintegritas tinggi. Dia juga berpesan kepada mereka untuk menjaga nama baik sendiri, orang tua dan Unisma.
“Berikan yang terbaik dalam karir, berikan dampak perubahan positif untuk masyarakat dan peradaban dunia,” pesannya.
Sementara itu, Rektor Unisma, Prof Maskuri juga mendorong para dokter muda itu untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dengan bekal yang telah ditanamkan, mereka diharapkan mampu mengintegrasikan keilmuan dan moralitas berlandaskan ilmu agama.
“Semoga menjadi dokter yang mengedepankan moralitas. Bisa jadi mereka ini tak hanya menjadi dokter, tapi bisa menjadi pemimpin yang mengintegrasi ilmu dan agama,” ujarnya.
Dia juga telah menekankan agar mereka menjadi dokter yang tak hanya mengedepankan transaksional dalam melayani masyarakat. Namun bisa menjadi dokter yang memberikan dampak manfaat bagi umat.
“Saya juga pesankan, bersikaplah hormat kepada siapapun, jangan pernah takabur telah menjadi dokter yang diidamkan banyak orang. Jaga humanisme, terbuka menerima saran dan rendah hati,” pesannya.
“Jadilah dokter yang profesional dan tak mengedepankan transaksional. Layani pasien yang tak mampu selayaknya melayani orang kaya, jangan membedakan pasien. Jadilah dokter yang menyejukkan, murah senyum dan mampu memberikan solusi,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A