MALANG, Tugumalang.id – Ternyata penggunaan media sosial yang berlebihan berpengaruh buruk terhadap kondisi kesehatan mental seseorang. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memberi dampak buruk pada kondisi mental karena konsumsi informasi yang berlebihan.
Semakin lama mengakses media sosial dapat menyebabkan seseorang merasa kecemasan karena membandingkan kondisi diri dengan hal-hal yang diamati selama berselancar di media sosial. Melihat fenomena tersebut, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang (UM), Dr. Tutut Chusniyah, S.Psi, M.Si berbagi pandangannya tentang bagaimana mengatasi kecanduan media sosial untuk menjaga kondisi kesehatan mental.
Menurutnya pengelolaan diri untuk mengetahui batas penggunaan media sosial cukup penting sebagai langkah awal untuk mencegah maupun mengurangi kecanduan media sosial. Karena tidak dapat dipungkiri semakin lama terjebak dalam keasyikan scrolling di media sosial akan memberi dampak yang kurang baik terhadap kondisi kesehatan mental.
Baca Juga: Sindikat Perdagangan Bayi di Media Sosial
“Itu (kecanduan media sosial) memang problem di dunia saya kira. Dengan akses koneksi yang luar biasa hampir tidak ada batasan ruang dan waktu, problemnya adalah kesehatan mental. Jadi yang paling penting adalah bagaimana mengelola diri kita terkait dengan kehidupan bermedia sosial,” ungkapnya.
Tutut menambahkan seseorang perlu memiliki batasan dalam menggunakan media sosial agar tidak terjebak dalam disrupsi informasi yang bisa membuat kondisi mental menjadi tidak sehat karena konsumsi informasi yang berlebihan.
Tuntutan untuk terus bereksistensi di media sosial dan memenuhi standar hidup tertentu akan berpengaruh terhadap kondisi mental karena munculnya tekanan-tekanan yang dirasakan akibat terlalu lama bermain media sosial. Kondisi itulah yang dirasa Tutut berdampak pada fenomena masalah kesehatan mental yang terjadi di masyarakat.
Tetapi pihaknya juga tidak mempermasalahkan jika ada seseorang yang memang memanfaatkan teknologi maupun media sosial untuk pekerjaan. Hanya saja harus ada batasan yang jelas kapan waktunya untuk menggunakan media sosial dan kapan waktu untuk beristirahat. Keseimbangan itulah yang dirasa penting untuk mengatasi masalah kecanduan media sosial yang terkadang justru membuat seseorang juga tidak produktif.
“Ada aturan WHO yang berapa jam penggunaan (media sosial) bisa dikatakan kecanduan. Seperti itu kan sudah tidak sehat. Jadi memang harus ada batasan berapa lama waktu kita bermain di dunia digital atau media sosial, kecuali kerjaannya memang di situ baru itu beda lagi,” terang Tutut.
“Tetapi kita harus mengelola diri terkait dengan dampak buruknya. Harus membatasi diri kita sendiri makanya pembatasan diri sendiri itu penting untuk mengatur berapa lama berselancar di media sosial,” imbuhnya.
Selain melakukan pembatasan dalam penggunaan pembatasan media sosial, Tutut juga menyarankan agar seseorang memiliki keseimbangan hidup antara aktivitas di media sosial dengan interaksi sosial di dunia nyata. Sesekali perlu adanya ruang untuk berkumpul bersama orang lain sebagai terapi mengurangi rasa kecanduan terhadap media sosial.
Baca Juga: 5 Tips Bijak Gunakan Media Sosial
Karena keseimbangan itulah yang akan membuat seseorang terlepas dari rasa kecanduan terhadap media sosial dan dapat memberi kebahagian dalam menjalani hidup.
“Kita harus menyeimbangkan hidup, tidak hanya hidup di dunia maya tetapi juga hidup di dunia nyata. Sesekali perlu kumpul bersama teman-teman walau sekedar ngopi atau nongkrong. Jadi harus seperti itu, tidak bisa terus berada di dunia yang tidak nyata,” jelasnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
editor: jatmiko