Oleh : Zahra Qolbi Ainayah*
Tugujatim.id – “Pada bait ke sekian, diksi-diksi yang berbaris. Kehilangan arah setelah koma yang berkepanjangan. Mereka baru menyadari bahwa dirinya hanyalah potongan tanya utusan penyair agung yang saling mencari penjelasan, saling mengartikan maknanya sendiri. Kemudian tetap menjadi tanya, tetap mencari, dan menemukan. Untuk yang ketakutan dan bersembunyi, Untuk yang dibedakan dan diasingkan tegak dan hiduplah.”
Itulah salah satu potongan narasi yang menurut saya paling mengena dalam buku Egosentris, karya fiksi yang ditulis Syahid Muhammad atau dikenal dengan panggilan Bang Iid. Melihat judul dan sampul buku tersebut, mungkin beberapa orang mengira bahwa isi buku mengenai pengagungan egoisme diri.
Egoisme dalam arti (KBBI) menjadikan diri sendiri sebagai titik pusat pemikiran (perbuatan) atau berpusat pada diri sendiri (menilai segalanya dari sudut diri sendiri). Tetapi ternyata bukan itu maksud buku yang terbit tahun 2018 tersebut.
Buku setebal 372 halaman ini menceritakan kehidupan beberapa mahasiswa jurusan psikologi yang sedang mencari jati diri. Buku ini mengangkat problematika kehidupan yang terasa nyata di dunia modern saat ini, yaitu tentang mental health issues.
Buku yang dapat menguras emosi pembacanya karena menyajikan alur yang tidak mudah ditebak, isu mental illness, dan beberapa rahasia di sepanjang alur cerita.
Buku ini mengajak kita untuk menyadari diri. Seringkali kita dan beberapa orang di luar sana tidak sadar dan menganggap diri dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi kenyataannya sedang mengalami stres atau bahkan depresi.
Tak jauh berbeda dengan orang-orang di sekitar yang seringkali tidak peduli terhadap keadaan mental orang lain. Dan, membiarkan hal tersebut terjadi karena seolah-olah bukanlah hal yang berarti.
Padahal kesehatan mental adalah hal yang perlu kita sadari sejak awal. Membiarkan otak terus menerus depresi akan mengalami distima (bentuk kronis dari depresi) dan akan menjadi pemantik gangguan mental yang lebih berat lagi.
Misalnya, hilangnya ketertarikan yang normal pada aktivitas yang dilakukan sehari-hari dan dapat membuat produktivitas diri berkurang.
Buku ini telah hadir di masyarakat dan membantu menyampaikan secara tidak langsung betapa pentingnya kesehatan mental saat ini. Melalui buku tersebut, pembaca diajak lebih aware dan tidak menjadikan kesehatan mental sebagai sebuah permasalahan yang wajar terjadi.
Penulis secara apik memberikan banyak makna dan pelajaran dalam buku tersebut. Salah satunya memberikan pelajaran untuk berhenti menjadikan diri sebagai pusat semesta, seakan-akan hanya kita yang pantas hidup di dunia.
Berhentilah sejenak dan lihatlah segala hal dari sudut pandang yang lebih luas. Oleh karena itu, bersikap baiklah sebagaimana kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain tanpa memandang status dan karakter orang lain.
*Penulis adalah member Pondok Inspirasi.
Editor : Herlianto. A