MALANG – Tepat 17 tahun lalu, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib telah tewas diracun dalam penerbangan Jakarta-Amsterdam pada 7 September 2004 silam. BEM Universitas Brawijaya dan aktivis peduli HAM Kota Malang menuntut Presiden Jokowi lebih serius menuntaskan kasus kematian Munir.
“Kami menuntut Jokowi lebih serius lagi, tidak menutup matanya, membuka mata hatinya dan menguak kasus pembunuhan Munir dengan serius, tegas dan adil,” ujar Abdullah, Koordinator Aksi, Selasa (7/9/2021).
“Kami berharap rezim saat ini serius menuntaskan kasus kematian Munir. Karena sampai detik ini, 17 tahun sudah kematian Munir berlalu, namun masih saja kasus ini dianggap pidana biasa,” imbuhnya.
Menurutnya, jika kasus kematian Munir dimasukkan dalam kategori kasus pidana biasa, maka secara otomatis akan ada titik kadaluarsanya. Sementara aktor utama dalam kasus tersebut dianggap masih belum terungkap.
“Padahal seharusnya kita ketahui bersama kematian Munir adalah agenda yang sistematis maka seharusnya tergolong kasus HAM berat,” ucapnya.
“Untuk itu kami berharap impunitas ini dihilangkan, dihancurkan dan dihanguskan,” imbuhnya.
Disebutkan, misteri kasus kematian Munir hingga saat ini belum menemui titik terang. Selain itu juga tidak tampak langkah nyata dari Pemerintah Jokowi dalam melanjutkan kasus tersebut.
“Aksi simbolik ini untuk mengingatkan kembali kepada rezim saat ini bahwa kasus kematian Munir Said Thalib belum tuntas. Kita ketahui bersama 17 tahun yang lalu, Munir menjadi korban pergolakan politik rezim saat itu,” tuturnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Soejatmiko
Foto: Aksi masa turun ke jalan menyuarakan tuntutan dalam 17 tahun kematian Munir di Jalan Veteran Kota Malang