Malang, Tugumalang – Pengakuan seorang perempuan bernama Siska yang gagal jadi tumbal sekte pemuja setan di Kota Malang menggemparkan jagat maya. Keberadaan sekte pemuja setan di kota pendidikan itu juga menjadi perhatian publik.
Pengakuan mengejutkan itu dibeberkan dalam podcast di akun Youtube Lonceng Mystery berjudul ‘Viralkan !! Sekte Pemuja Setan ada di Kota Malang?’.
Siska dihadapan host Lonceng Mystery menceritakan, pengalaman hampir menjadi tumbal sekte pemuja setan itu terjadi pada 2014 lalu. Saat itu, dia masih berkuliah semester 5 di Kota Malang dan hendak mencari kerja part time.
Dia kemudian ikut menjadi pengajar bimbel atas saran temannya di salah satu yayasan bimbel yang ternyata milik anggota pemuja setan di Kota Malang. Baginya, gaji yang diterima lumayan besar hingga membuatnya mengira yayasan salah hitung. Dia sempat ingin mengkonfirmasi soal gajinya ke ketua yayasan namun tak diberi jalan temannya.
Baca Juga: Motif Suami Mutilasi Istri di Kota Malang, Cemburu Buta hingga Ngaku Kerasukan Setan
Berjalannya waktu, setelah sekitar 4-5 bulan menjadi pengajar bimbel, Siska mendapat undangan seminar di salah satu hotel terkenal di Kota Malang. Namun anehnya, acara undangan itu yakni jam 11 malam.
Siska akhirnya datang bersama S, teman yang mengajaknya kerja di bimbel, serta teman lain A dan T. Dia merasa aneh saat memasuki hotel itu. Sebab ada lilin yang berjejer di sepanjang gerbang hingga pintu masuk aula seminar itu.
Bahkan di pintu masuk aula, ada patung baphomet, entitas setan yang diyakini disembah oleh kesatria temlar yang kemudian menjadi simbol pemujaan setan.
Siska mengatakan bahwa saat mengisi daftar peserta kegiatan itu, sempat melihat nama nama peserta yang datang memiliki gelar gelar mentereng. Ada yang bergelar dokter, profesor dan orang orang elit di Kota Malang.
“Pas aku nulis namaku, di daftar nama itu ada banyak yang bergelar dokter, profesor. Kebanyakan dokter sama profesor. Yang gak ada gelarnya hanya beberapa,” bebernya.
Saat memasuki aula seminar, dia melihat banyak meja tertata rapih dan semua orang yang ada di dalam aula itu berpakaian jas semua. Dinding aula itu dihiasi kain hitam dan di tengah ada layar kosong berwarna merah.
Baca Juga: 5 Mitos Gunung Arjuno, dari Pasar Setan hingga Pendaki Tak Boleh Ganjil
“Kalau seminar kan ramai, pada tanya atau apa, lah ini enggak. Diam semua, hening. Ini ada yang gak beres,” kata Siska.
Setelah itu, ada seorang laki laki berpakaian jas hitam dan bertopeng hitam masuk ke ruangan aula. Siska sempat bertanya ke salah seorang ibu ibu yang ada di aula itu kenapa semua berpakaian hitam. Namun ibu ibu itu hanya menolehkan kepalanya tanpa menjawab apapun.
Karena semakin takut, Siska bersama ketiga temannya berpamitan untuk pulang karena juga sudah larut malam. Namun ibu ibu yang dia pamiti hanya menganggukkan kepala.
“Kami pulang, agak lari dan orang orang satu aula itu melihat kami semua. 100 orang mungkin ada, karena aulanya luas banget,” ucapnya.
Setelah itu, Siska mengaku mengalami kejadian kejadian aneh mulai hal mistis seperti ada yang menyerupainya saat di rumah maupun di tempat bimbel. Kemudian dia juga mengalami peristiwa yang hampir membuatnya celaka yakni terjatuh dari motor hingga kepalanya hampir terlindas bus.
Bahkan salah satu temannya yakni S yang mengajaknya kerja di bimbel itu meninggal dunia. Karena sakit. S meninggal dengan kondisi mengenaskan. Tubuhnya kurus kerontang hingga kelihatan tulangnya saja.
Sebelum kematian S, Siska mengaku sempat melabrak ketua yayasan bimbel di kediamannya. Rumahnya banyak ditumbuhi rumput dan di dalamnya banyak terdapat lilin. Saat Siska datang, rumah itu tak tertutup hingga membuatnya masuk.
“Ternyata di sana ada 4 kertas berisi biodata lengkap kami berempat. Bahkan ada jam kelahiran hingga weton. Itu di kertas buram dengan tinta warna merah,” bebernya.
“Di lembar selanjutnya, tertulis kejadian kejadian (kami) bakal meninggal. Saya melihat punyaku, pertama sakit, kecelakaan. Kalau 2 ini gagal, bunuh diri. Jadi sudah ada skenarionya,” lanjutnya.
Saat membaca lembaran lembaran bercap 3 jari warna merah tersebut, ibu ibu ketua yayasan bimbel itu datang. Siska kemudian memarahinya hingga menjambak rambutnya karena kesal hendak dijadikan tumbal padahal tak saling kenal. Ibu ibu itu kemudian diadili di kelurahan hingga akhirnya diusir dari kampung.
“Lalu kertas itu sama pak W (warga) disuruh bakar agar tak kejadian. Akhirnya kertas itu dibakar,” kata dia.
Siska juga sempat meminta ibu ibu itu untuk tidak membawa bawanya lagi sebagai tumbal. Hal itu kemudian disepakati. Ibu ibu itu mengaku memang harus menyediakan darah untuk Tuhannya agar dia bisa bertahan hidup.
Siska baru menyadari ternyata pembakaran kertas kertas itu membuat temannya yang mengajaknya untuk kerja di bimbel yakni S meninggal dunia. Terlebih, ada surat aneh yang datang ke rumah S setelah sepekan meninggal.
Surat yang datang di rumah S itu berisi “Perjanjian ini bakal selesai kalau kamu (S) menyanggupi nyawa kamu sebagai gantinya kalau 3 temanmu gagal jadi tumbal,” kata Siska.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko