MALANG, Tugumalang.id – Perkembangan teknologi digital sering dimanfaatkan UMKM dalam menjalankan bisnis mereka, termasuk UMKM di Kabupaten Malang. Akan tetapi, banyak juga UMKM yang belum bisa memanfaatkan platform digital karena kesulitan dalam menggunakannya atau gagap teknologi (gaptek).
Fathur Rokhman (54) adalah pemilik UMKM di Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, yang belum menggunakan platform digital di dalam bisnisnya. Ia sendiri mengaku bahwa ia kesulitan mengoperasikan aplikasi yang ada di smartphone.
“Pakai HP masih nggak bisa, (mengoperasikan) media sosial juga masih belum bisa,” ujar Fathur saat ditemui di rumah produksinya beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Literasi Keuangan Digital bagi Pelaku UMKM di Kota Malang
Produk pepes nila bakar milik Fathur sementara ini masih dipromosikan ke warga di Kecamatan Turen dan sekitarnya. Fathur masih mengandalkan promosi dari mulut ke mulut alias manual.
Ke depannya, ia ingin bisa memperluas pasar hingga ke Kota Malang dan luar daerah. “Kami siap mengantar hingga ke Kota Malang, tapi terkendala (promosi),” ujar pria yang juga memproduksi peyek kacang ini.
Sementara itu, Heru Nuwahyudin, pemilik UMKM Superheru di Desa Asrikaton, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, mengatakan dirinya masih kesulitan mengikuti perkembangan teknologi digital meskipun sudah mulai memanfaatkan media sosial dan e-commerce. Menurutnya, aplikasi digital cepat sekali berkembang dan menambah fitur-fitur baru.
Baca Juga: Kenalkan UMKM Lokal, Event ‘Iki Malang Ker’ Pikat 3 Ribu Pengunjung
“Salah satu kendala UMKM di percepatan platform digital itu membutuhkan effort yang sangat besar. Kalau yang lain-lain (produksi) masih bisa dikejar. Kalau yang ini (menggunakan platform digital) butuh waktu dan pemahaman,” jelas Heru.
Ini menjadi kendala bagi pelaku UMKM yang hanya jago di bidang produksi, namun kesulitan di bidang pemasaran, khususnya pemasaran online. “Memang banyak pelaku UMKM yang ahli di produksi, kalau disuruh online kesulitan,” ujarnya.
Terlebih, lanjut Heru, banyak pelaku UMKM yang sudah kecapekan karena sibuk memproduksi barang. Mereka tak lagi sempat mengutak-atik handphone untuk melakukan promosi secara online.
“Memang harus sinergi sama pihak lain atau anak-anak muda yang lebih jago di online. Kalau dipaksakan (produksi dan marketing online) malah nggak jalan dua-duanya,” terang Heru.
Lain lagi cerita Sutik Hariono (52), perajin kulit di Desa Undaan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Ia mengaku tidak kesulitan sama sekali dalam memanfaatkan platform digital.
Meski tak rutin mengunggah konten, Sutik memasarkan produk-produknya di media sosial dan e-commerce. “Nggak ada kendala (dalam memanfaatkan platform digital),” ujarnya.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A