Tugumalang.id – Jejak penting manusia purba dalam riset paleontologi ditemukan di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Jejak itu adalah fosil manusia purba yang diberi nama pithecanthropus erectus.
Fosil kera berjalan tegak itu ditemukan di daerah yang disebut Trinil, yaitu sebuah kawasan di lembah Bengawan Solo, tepatnya di Jalan Raya Ngawi-Solo KM 13, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar. Konon, lokasi ini menjadi hunian kehidupan purba, tepatnya zaman pleistosen tengah, sekitar satu juta tahun yang lalu.
Juru Pelihara Museum Trinil Ngawi, Agus Hadi Widiarto, menjelaskan bahwa Trinil merupakan nama situs, bukan nama dusun atau desa.
“Nama situs di mana ditemukan fosil manusia pithecanthropus erectus yang lokasinya di tepian Bengawan Solo, ada di antara tiga desa. Kebetulan lokasinya itu di tepian aliran Bengawan Solo, makanya si penemu memberi nama Trinil, tri artinya tiga desa, nil artinya sungai,” jelasnya, pada tugumalang.id, beberapa waktu lalu.
“Sampai sekarang, nama tersebut dipakai sebagai nama museum yaitu Museum Trinil yang berskala internasional,” imbuh Agus.
Dia menjelaskan, pithecanthropus erectus sendiri merupakan manusia purba yang ditemukan di Ngawi oleh orang Belanda, Eugene Dubois, pada tahun 1890. Berdasarkan lapisan tanah tempat fosil ditemukan, diperkirakan pithecanthropus erectus hidup 1-2 juta tahun yang lalu.
Eugene Dubois sendiri merupakan ahli anatomi berkebangsaan Belanda yang ingin membuktikan teori evolusi Darwin. Dia melakukan ekspedisi penelitian mulai dari daratan Eropa hingga ke Hindia Belanda (Indonesia).
“Akhirnya dia datang ke Indonesia, ikut tentara KNIL (Koninklijk Nederlands-Indische Leger) sebagai seorang doktor,” jelas Agus.
Di Trinil, Eugene Dubois menemukan fosil berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak, geraham, dan tulang kaki. Setelah dikonstruksi, terlihat spesies seperti kera, namun berdiri tegak, sehingga dinamai pithecanthropus erectus.
Ciri-ciri pithecanthropus erectus yakni berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat, tinggi badan berkisar 165-170 cm, berat badan sekitar 100 kg, berjalan tegak, makanannya masih kasar dengan sedikit pengolahan.
Eugene Dubois mengelompokkan dan menamakan temuannya sebagai pithecanthropus erectus karena bukan termasuk ras kera, juga bukan ras manusia.
“Di sini, pithecanthropus erectus kapasitas otaknya 900 cc. Ini bukan ras kera dan bukan ras manusia, makanya diberi nama pithecanthropus erectus, kera berjalan, karena kera kapasitas otaknya 600 cc, manusia modern 1200-1400 cc,” jelasnya.
“Ini penemuan pertama di Indonesia, bahkan jadi temuan pertama kali di dunia,” ujarnya.
Selain fosil pithecanthropus erectus, museum seluas 24.010 meter persegi itu juga menyimpan fosil binatang. Ada fosil gajah purba berupa gading, tulang paha kanan, gigi, hingga geraham.
Lalu fosil banteng dan kerbau purba berupa tulang rusuk, tengkorak kerbau, hingga tengkorak banteng. Serta beberapa fosil pendukung seperti cangkang kerang, kapak genggam, hingga rahang harimau.
Museum bertajuk “The Museum of Fossil Ngawi” ini, kini menyimpan lebih dari 4 ribu fosil. Juga terdapat tugu prasasti penanda berdirinya Trinil. Arti dari tugu itu adalah pithecanthropus erectus, berada 175 meter ke arah timur laut yang digunakan sebagai penunjuk arah tempat penemuan fosil.
Catatan ini adalah bagian dari program Jelajah Jawa-Bali, tentang Inspirasi dari Kelompok Kecil yang Memberi Arti oleh Tugu Media Group x PT Paragon Technology and Innovation. Program ini didukung oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Pondok Inspirasi, Genara Art, Rumah Wijaya, dan pemimpin.id.
Reporter: Lizya Kristanti
Editor: Herlianto. A