Malang, Tugumalang.id – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Malang menginisiasi forum diskusi yang mengulas peluang dan tantangan pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Malang pada Jumat (28/2/2025). Forum itu dihadiri sejumlah mahasiswa hingga santri.
Dua narasumber yakni akademisi dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Dr Mofit Jamroni hingga praktisi Yatimul Ainun (Gus Ainun) selaku Ketua Aliansi Media Siber Indonesia (AMSI) Jatim memaparkan pandangan mereka.
Gus Ainun mengatakan bahwa fakta di lapangan, pelaksanaan program MBG memiliki banyak tantangan. Mulai dari meredupnya eksistensi kantin sekolah, mengurangi waktu belajar karena proses persiapan dan distribusi, hingga tak sesuai selera siswa.
Baca juga: 321 Koperasi di Indonesia Siap Pasok Bahan Baku untuk Program Makan Bergizi Gratis
Selain itu, program MBG sulit dilaksanakan di pesantren. Lalu UMKM tak bisa terlibat karena minimnya modal. Dimana, pelaksanaan MBG memerlukan pembiayaan yang cukup besar.
“Ini program untuk rakyat tapi minim melibatkan masyarakat dalam proses dan pelaksanaannya,” kata Gus Ainun.
Sementara itu, akademisi dari Fakultas Pertanian UB, Dr Mofit Jamroni memandang bahwa program MBG berangkat dari isu stunting di Indonesia. Untuk itu, dia mengapresiasi program MBG jika memang benar benar mampu mengatasi persoalan stunting.
Dia meyakini program MBG juga mampu memperkuat ketahanan pangan nasional. Sebab, program ini secara tidak langsung memperluas peluang pelibatan petani Indonesia.
“Kedaulatan pangan kita, mulai keragaman hayati, bahkan sumber gizi Indonesia itu nomor 2 di dunia. Kita punya potensi besar. Mulai sayuran, buah, perikanan. Indonesia juga punya 77 sumber karbohidrat selain beras. Potensi ini harus menjadikan Indonesia percaya diri,” tuturnya.
Baca juga: Produsen Taoge di Kepanjen Pasok 45 Kilogram Per Minggu untuk Program Makan Bergizi Gratis
Beberapa hal tersebut bisa menjadi peluang dalam memperkuat kesehatan dan pembangunan SDM Indonesia jika program MBG dijalankan dengan efektif dan berkelanjutan.
Dia menyarankan, pelaku UMKM juga harus diberikan peluang sebesar besarnya untuk bisa terlibat dalam pelaksanaan MBG yang tetap memenuhi standar gizi. Hal itu secara tak langsung juga akan menggerakkan perekonomian di masyarakat.
“Misalnya, nanti UMKM akhirnya bisa memanfaatkan bahan bahan makanan dari para petani sekitar. Akan banyak dampak berkelanjutan yang bisa dirasakan,” ujarnya.
“Jangan sampai UMKM sebagai garda terdepan penggerak ekonomi nasional saat pandemi justru melemah dan terabaikan,” tandasnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
redaktur: jatmiko