Tugumalang.id – Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai, merespons positif keluhan para pengusaha vila yang tak bisa berkutik dengan persaingan jasa penginapan belakangan ini. Aries bahkan sepakat untuk mempertahankan citra kawasan wisata legendaris tersebut.
Sebelumnya, dalam sejumlah koordinasi dengan lintas OPD, muncul pembahasan untuk membatasi pembangunan hotel melati atau hotel non-bintang di kota wisata itu. Dia yakin, upaya itu juga dapat membantu masyarakat pelaku penyedia penginapan di Songgoriti.
Upaya ini dilakukan agar tidak ada jurang persaingan yang terlalu jauh. Ke depannya, pemberian izin untuk mendirikan hotel kelas melati bakal lebih sulit. Tarif menginap di hotel melati memang cenderung unda-undi dengan harga vila. Sehingga dalam hal ini, vila kemudian menjadi pilihan terakhir,
“Untuk sementara nanti (hotel melati, red) tidak akan kita berikan izin karena kasihan juga sama vila-vila yang tidak laku. Kami sudah waktunya melakukan pembinaan agar mereka bisa bertumbuh kembali,” ungkap Aries pada awak media, Rabu (8/2/2023).
Namun pembatasan tidak berlaku untuk keberadaan hotel berbintang empat ke atas. Upaya ini dilakukan mengingat banyak juga warga Kota Batu yang hidup bergantung dari sana. Sehingga kesejahteraan mereka perlu diperhatikan.
Tidak berhenti di situ saja, pria yang juga menjabat sebagai kepala BKPSDM Provinsi Jawa Timur itu juga tengah menyiapkan aplikasi pendukung agar vila di Kota Batu bisa dijangkau lebih mudah oleh wisatawan lewat online.
Aplikasi Pendukung untuk Kawasan Songgoriti
Sejauh ini, Pemkot Batu sudah mulai menggagas skema kerja samanya dengan sejumlah vendor pembuat aplikasi. “Jadi nanti aplikasi ini mendata semua vila di Songgoriti, by name dan by addres. Sehingga ketika wisatawan mau cari penginapan bisa mencari informasi lewat aplikasi ini,” terang Aries.
Diketahui, pengusaha vila di kawasan Songgoriti masih melakukan teknik promosi gaya lama. Yakni dengan mencegat pengendara yang lewat dan lalu mengejarnya untuk menawarkan jasa penginapan on the road (sambil berkendara, red).
Teknik ini bahkan di mata masyarakat Malang Raya menjadi bahan perbincangan karena menjadi ciri khas warga kawasan Songgoriti. “Villa villa villa,” begitu kata mereka sembari mengendarai motor menjejeri pengendara.
Beberapa memilih nongkrong di depan vila mereka atau di gang-gang untuk menawarkan vila atau kamar kepada pengendara yang lewat.
Namun perkembangan zaman membuat mereka mau tidak mau dituntut beradaptasi. Terlebih, jumlah penyedia vila di Kota Batu semakin menjamur. Tidak lagi terpusat di Songgoriti.
“Selama ini, orang-orang kan mempromosikan vila mereka sendiri-sendiri. Saya kira agak sulit. Tapi ketika nanti aplikasi ini sudah ada, optimis saja tingkat okupansinya akan naik,” ujarnya.
Terkait aplikasi yang dimaksud, jelas Aries hampir sama seperti aplikasi penyedia jasa penginapan pada umumnya. Hanya saja, aplikasi ini dibuat khusus untuk vila-vila di Kota Batu, berikut peta lokasi hingga review vila.
“Kami targetkan aplikasi ini ya bisa jadi di tahun ini. Sekarang lagi dikerjakan sama teman-teman gratis untuk meningkatkan obek-objek wisata,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, penurunan omzet terjadi karena persaingan harga dengan hotel-hotel sekitar. Misal, ketika harga tertinggi vila-vila di Songgoriti mencapai Rp150 ribu, tapi hotel-hotel menawarkan promo hingga Rp200 ribu.
Jawabnya, sudah jelas pengusaha vila akan kalah secara fasilitas. Dalam situasi ini, pengusaha merasakan dilema karena mereka juga menghadapi persoalan biaya operasional vila yang tinggi.
“Kalau dulu masih enak, sekarang mau menutupi biaya operasional saja sudah bingung,” ungkapnya Ketua Paguyuban Vila Supo Songgoriti, Indra Tri Ariyono.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A