Oleh: M Mambaus Suud*
Kita semua berduka dan berdoa semoga dampak gempa bumi M6,1 yang menguncang beberapa wilayah Jawa Timur pada Sabtu siang (10/4), pukul 14.00 WIB dapat tertangani dengan baik. Gempa bumi yang ber-epicentrum di 67 km selatan Kabupaten Malang memberi pelajaran berharga bagi kita semua.
Pertama, kita harus benar-benar sadar / aware bahwa jalur selatan Pulau Jawa adalah bagian dari zona-subduksi / subduction-zone aktif yang setiap saat bergerak dan menimbulkan gelombang gempa bumi. Di sisi lain, kita juga harus memahami bahwa proses subduksi dan gempa bumi ialah proses alamiah sebagai bagian dari dinamika geologi yang tidak dapat di cegah.
Menurut catatan, di selatan Malang dan sekitarnya sejak 1896 sudah pernah diguncang gempa destruktif di antaranya 1937, 1958, 1962, 1967, 1972, dan 1998. Artinya ke depan kesadaran untuk memperkuat mitigasi struktural melalui bangunan ramah gempa bumi, terutama rumah misalnya, sangat penting menggunakan prinsip-prinsip Rumah Tahan Gempa (RTG) dengan banyak berkonsultasi pada ahli bangunan.
Juga memastikan desain ruangan rumah termasuk perabotannya memberikan ruang yang cukup untuk evakuasi, seperti tangga, pintu yang terbuka ke arah luar, penempatan perabot yang tidak mengganggu pergerakan, menata dan meminimalisir benda-benda yang dapat jatuh karena getaran seperti lampu gantung, pigura, mengikat lemari ke dinding dan banyak hal lain yang harus diperhatikan.
Dengan kata lain, kondisi lingkungan sekitar kita-lah yang seringkali membahayakan, bukan gempanya itu sendiri.
Kedua, sangat penting memastikan diri kita dan keluarga kita memiliki kesiapsiagaan mengahadapi situasi darurat gempa bumi. Pastikan mobilphone terinstal aplikasi informasi dan peringatan bencana, misalnya Aplikasi InfoBMKG dan Aplikasi MAGMA Indonesia yang memberikan informasi secara real-time, pastikan juga mempunyai nomor kontak untuk respon darurat seperti BPBD, BASARNAS, PMI, Damkar, Rumah Sakit, dll.
Pastikan kita memiliki tas-siaga yang berisi dokumen-dokumen dan surat-surat penting serta perlengkapan darurat, seperti P3K, senter, baterai cadangan, uang tunai, makanan & minuman siap saji, dll. Pastikan telah mensepakati titik kumpul keluarga saat situasi darurat, sebagai antisipasi bila anggota keluarga sedang berjauhan saat gempa bumi terjadi.
Di lingkup komunitas, kesiapsiagaan dapat dibangun dengan memastikan telah memiliki tim siaga, dengan perencanaan dan mekanisme mobilisasi sumberdaya kedaruratan di tingkat komunitas, pembagian peran siapa-berbuat apa dengan budaya gotong-royong kita, sambil menunggu respon bantuan dari BPBD, dan pihak-pihak lain. Selanjutnya sangat penting untuk melakukan simulasi bencana / drill secara berkala.
Ketiga, memiliki kemampuan respon yang tepat dan cepat sesaat bila gempa bumi terjadi. Yang paling utama ialah tidak panik, dan bila berada di dalam ruangan lindungi badan dan kepala dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja yang kokoh, atau ruang yang dianggap strukturnya paling kuat, lari ke luar apabila masih dapat dilakukan dengan mewaspadai jalur keluar.
Bila berada di luar ruangan hindari bangunan yang ada di sekitar seperti gedung, tiang listrik, dll. Perhatikan tempat berpijak, segera hindari apabila terjadi rekahan tanah / pergeseran tanah. Jika berada di pesisir pantai, jauhi pantai dengan berlari ke tempat yang lebih tinggi untuk mengindari potensi bahaya tsunami. Jika di daerah pegunungan atau perbukitan, waspadai dan hindari derah yang mungkin akan longsor. Dan sesaat setelah gempa bumi terjadi tetap waspada, karena gempa susulan / aftershock dapat terjadi dan bisa lebih besar, hindarilah reruntuhan bangunan.
*Pusat Studi Pengurangan Resiko Bencana (PS PRB) LPPM UNIRA Malang