MALANG, Tugumalang.id – Tumbuh dari lingkungan keluarga yang mencintai seni khususnya seni rupa membuat kegiatan berkesenian begitu dekat dengan sosok Teguh Nuswantoro. Darah seni mengalir dari dalam diri Teguh karena sang ayah juga seorang seniman sekaligus guru seni di SMP Negeri 3 Malang.
Kemudian sang kakak juga bergiat di seni rupa sehingga dari situlah Teguh bersinggungan dengan seni rupa sedari kecil. Semasa masih bersekolah di jenjang SD dan SMP, Teguh menjadikan seni sebagai hobi dengan menggambar atau membuat karya seni rupa.
Tetapi hobinya tersebut sempat lama tidak ia geluti semasa bekerja sebagai seorang arsitek. Tuntutan pekerjaan sebagai arsitek membuat pria alumni Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang itu harus meninggalkan rumah dalam waktu yang cukup lama dan harus berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain.
Baca Juga: Berawal dari Ngopi, Komunitas Tandur Gelar Pameran Bhinneka Tunggal Rasa Sampaikan Pesan Moral Lewat Seni
“Saya sendiri sebetulnya masih baru karena baru berkecimpung di seni rupa. Saya masih banyak belajar, di samping ini menyalurkan hobi lama saat masih sekolah SD dan SMP. Karena memang pekerjaan saya dan juga saat kuliah memang tidak menyentuh seni sama sekali,” ungkapnya kepada Tugumalang.id.

Sampai puluhan tahun menggeluti pekerjaan sebagai seorang arsitek, Teguh memutuskan meninggalkan pekerjaannya itu karena ingin lebih dekat dengan keluarga. Sembari menikmati masa pensiun itulah kemudian yang mendorong Teguh untuk berkecimpung kembali ke dunia seni rupa.
“Saya berhenti bekerja karena semata-mata ingin dekat sama keluarga karena setiap kali saya menangani proyek harus jauh dari keluarga dan bisa berbulan-bulan. Sempat ditawari untuk kembali ke proyek tetapi kebetulan proyeknya selalu di luar pulau. Saya malas kalau harus keluar (pergi meninggalkan rumah) lagi makanya saya mengasingkan diri dengan kegiatan seni,” ucap Teguh.
Baca Juga: Babak Final Kompetisi Nusantara Bernyanyi Gemparkan Gedung Kesenian Gajayana Kota Malang
Bersama sang kak, Teguh kemudian menggagas Komunitas Tandur yang menjadi wadah bagi ia dan juga teman-temannya yang kebetulan sama-sama alumni SMA Negeri 3 Malang.
Berkumpul bersama teman-teman yang juga memiliki ketertarikan terhadap seni rupa membuat Teguh merasa menemukan energi baru untuk menjadi seni sebagai wadah untuk mengungkapkan ekspresi dirinya walaupun ia merasa belum lama berkecimpung dengan dunia seni rupa.
Jiwa seni Teguh memang tumbuh dari keluarga dimana ia mengamati langsung sang ayahanda dan kakaknya yang merupakan alumni Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta (sekarang Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta).
Sehingga seni rupa tak asing bagi Teguh dari situlah muncul ketertarikannya untuk berkenalan dengan kegiatan seni rupa.
“Bapak saya sendiri memang guru seni rupa di tahun 1960-an dan pernah mengajar di SMP 3 (Malang). Beliau dari ASRI (alumni) Jogja dan kebetulan kakak saya juga dari ASRI. Pada akhirnya, enggak asing dengan kesenian terutama seni rupa,” tutur Teguh.
Kini bersama sang kakak yang bernama Tomi, Teguh aktif bergiat sebagai seorang seniman bersama teman-temannya di Komunitas Tandur. Pada Agustus 2024 lalu, Komunitas Tandur menggelar Pameran Bhinneka Tunggal Rasa dimana Teguh juga memamerkan karya-karya miliknya.
Melalui Komunitas Tandur, Teguh berharap tidak hanya menjadi tempat untuk berkumpul bersama teman-teman dan juga berkesenian tetapi juga memberi hal positif kepada masyarakat melalui karya seni yang dihasilkan.
Adanya Komunitas Tandur juga membuat Teguh berharap bisa menghidupkan lagi kegiatan berkesenian di Gedung Dewan Kesenian Malang (DKM).
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
Editor: Herlianto. A