Malang – Milenial yang lantang dan memiliki kemampuan kreatif dan inovatif akan menjadi penerus kepemimpinan Jawa Timur. Hal itu diungkapkan Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak dalam Grand Launching Leaders Hub Jawa Timur, Kamis (15/7/2021).
Grand launching dalam bentuk webinar itu bertemakan Membangun kesadaran jiwa kenegarawanan dalam menjawab tantangan regenerasi kepemimpinan di Jawa Timur.
Dalam kesempatannya, Emil Dardak menyampaikan bahwa generasi milenial harus terus mengasah potensi kepemimpinan untuk menyambut masa depan Jawa Timur.
“Tentu akan menarik sekali ketika nanti melihat bagaimana seorang milenial menjadi leader, bagaimana dia memimpin generasi milenial,” ujarnya.
Menurutnya, generasi milenial memiliki potensi besar dalam mengambil alih tongkat kepemimpinan dalam regenerasi kepemimpinan saat ini. Terlebih, saat ini sudah banyak pemimpin muda yang memimpin suatu organisasi besar.
“Kalau dulu katanya regenerasi itu ditunjuk, misal andalah pemimpin selanjutnya. Tetapi saat ini ada konsep baru, yaitu ada leader dan influencer,” ucapnya.
Dimana, influencer ini mayoritas memiliki follower maupun pemerhati yang sangat banyak. Sehingga suaranya lebih mudah tersampaikan kepada masyarakat luas.
Hal inilah yang juga menjadi salah satu potensi yang dapat dijadikan peluang calon pemimpin generasi milenial untuk mengasah jiwa kepemimpinannya.
“Kalau dulu, yang banyak didengar itu tokoh agama, kyai, ulama, tokoh masyarakat, tokoh adat. Kalau sekarang ada tokoh digital atau influenscer lah yang lebih banyak diikuti,” ujarnya.
Bahkan menurutnya, influencer ini juga bisa mengendalikan persepsi maupun perspektif dari suatu materi yang disampaikan melalui media digitalnya.
“Inilah yang kemudian leadership bisa muncul atau diasah dari generasi muda dengan menjadi seorang influencer dulu,” ucapnya.
“Menjadi influencer tidak harus memiliki follower banyak. Tak perlu difollow jutaan atau ratusan ribu orang. Influencer yang bagus itu yang selalu mendapat respek dari pengikutnya, meski pengikutnya hanya ratusan saja,” imbuhnya.
Sehingga saat ini disebut lebih gampang mengasah jiwa kepemimpinan karena sudah terdapat ruang yang mudah diakses oleh siapapun. Yaitu dengan menjadi influencer dalam media sosial.
Emil mengungkapkan, dulu regenerasi kepemimpinan sangat erat dengan senioritas. Namun saat ini sudah mulai bergeser ke meritokrasi dalam pergantian kepemimpinan.
“Artinya, kita dipilih bukan lagi karena senioritas. Tapi dipilih karena ada yang lebih mampu, komitmen dan berdedikasi,” paparnya.
Sementara itu, CEO PT. Paragon Technology & Innovation Indonesia, Salman Subakat yang juga menjadi pembicara dalam webinar tersebut mengatakan, regenerasi kepemimpinan meritokrasi memang mulai terjadi saat ini.
“Untuk itu, seorang milenial harus punya inovasi dan solusi. Jadi untuk menjadi pemimpin negarawan harus memiliki tujuan, mimpi besar dan visi,” tuturnya.
“20 tahun mendatang, apa yang akan kita banggakan. Kita harus memiliki kebanggaan, misalnya produk lokal. Siapa tau tiba tiba ada produk ponsel merk Arjuna Catat yang lebih canggih dari Samsung,” paparnya.
Mimpi mimpi seperti inilah yang harus dibangun dan ditanamkan mulai saat ini kepada generasi milenial. Sehingga Indonesia masa depan sudah menjulang tinggi ribuan gedung maupun industri nasional yang mendunia.
“Untuk itu, saat ini kita harus mulai berkarya. Dimana, yang membuat negara lain kagum kepada suatu negara itu adalah dari karyanya. Kemudian pemimpinnya membuat suasana semakin kondusif untuk berkarya,” ucapnya.
Calon pemimpin juga harus melatih dirinya untuk mudah memuji kepada siapapun. Dengan memuji, maka hal hal positif akan terpancar kepada orang yang dipuji maupun yang memuji.
“Misalnya ketika lewat gang dan ketemu orang kemudian bilang, ‘tante rumahnya bagus banget’. Itu negarawan cilik menurut saya,” ungkapnya.
Selain itu calon pemimpin generasi milenial juga harus mengasah kepedulian kepada sesama. Calon pemimpin harus bisa memberikan solusi kepada siapapun yang sedang kesulitan.
Reporter: M Sholeh
Editor : Sujatmiko