Malang, Tugumalang.id – Masifnya budaya membuang sampah di Sungai kawasan Muharto, Kota Malang, Jawa Timur membuat sejumlah mahasiswa dari IAAS LC Universitas Brawijaya Malang melakukan clean up sungai.
Kegiatan clean up sungai ini dilakukan di Sungai Brantas di segmen Kelurahan Polehan Jalan Muharto Kota Malang pada Sabtu (21/10/2023) kemarin. Lokasi ini masih menjadi kawasan yang sering dijadikan pembuangan sampah rumah tangga oleh masyarakat sekitar.
Kegiatan ini dilakukan agar tidak ada sampah yang menyumbat aliran sungai yang berpotensi tinggi menimbulkan banjir. Terlebih, musim penghujan akan segera tiba.
Kegiatan ini diinisiasi IAAS LC UB berkolaborasi dengan komunitas peduli lingkungan yaitu Environmental Green Society (Envigreen Society). Total ada sekitar 41 orang volunteer yang terlibat.
Ahmad Labib selaku perwakilan dari Environmental Green Society menjelaskan berdasarkan data dari penelitian Envigreen Soviety pada 1 Oktober 2023 menemukan 65 titik timbulan sampah kecil, sedang dan tinggi di sepanjang bantaran Sungai Brantas Kota Malang.
Menurut Labib, pemerintah harusnya memanfaatkan bantaran sungai sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk menjaga kualitas ekosistem sungai dan mengurangi beban pencemar yang dibuang ke sungai.
“Jarak bantaran sungai dengan pemukiman yang terlalu dekat serta kurang adanya pengelolaan sampah di kawasan bantaran sungai yang memadai memicu masyarakat yang tinggal di bantaran sungai membuang sampahnya ke sungai,” jelasnya, Minggu (22/10/2023).
Selain itu, pengangkutan sampah dari rumah-rumah warga ke TPS juga dinilai kurang memadai sehingga membuat masyarakat memilih membuang sampah mereka ke sungai. “Saya kira, ini perlu menjadi perhatian dari pemerintah dan dinas-dinas terkait,” ujarnya.
Menurut pengakuan warga, sebenarnya dulu masih rutin dilakukan pengangkutan sampah oleh instansi pemerintah. Namun dikarenakan truk sampah yang parkir setiap pagi menyebabkan kemacetan di jalan, banyak warga yang kurang setuju. Akhirnya armada pembuangan sampah itu berhenti beroperasi.
Adapun, sampah yang ditemukan mendominasi dibuang di sungai tersebut mulai sampah organik, kemasan plastik sekali pakai, dan produk rumah tangga. Kandungan bahan organik yang melebihi kapasitas dapat mempengaruhi kualitas air sungai sendiri dan biota yang hidup di dalamnya.
Selain itu, bahaya dari sampah plastik adalah potensi plastik tersebut dapat berubah menjadi partikel kecil mikroplastik yang secara tidak sengaja dapat termakan oleh biota perairan sungai dan berpotensi mengontaminasi tubuh manusia.
Sungai Brantas menjadi sungai strategis nasional yang dimanfaatkan lebih dari 18 juta penduduk Jawa Timur yang tinggal di DAS Brantas. Dampak dari buruknya kondisi Sungai Brantas sendiri memang tidak dirasakan oleh penduduk di kawasan hulu atau dataran tinggi seperti di Kota Malang.
Namun dampak itu dirasakan langsung penduduk di daerah hilir/dataran rendah seperti Surabaya yang memanfaatkan air Sungai Brantas menjadi bahan baku PDAM.
“Harapan kedepannya setelah melakukan kegiatan Clean up Sungai Brantas di segmen Jalan Muharto ini, semakin menyadarkan pemerintah dan masyarakat untuk memperhatikan kondisi sungainya,” harapnya.
Sebelumnya, sejumlah pegiat lingkungan muda di Kota Malang, Jawa Timur mendapati ribuan sampah berbagai macam jenis, terutama plastik dan kemasan di aliran Sungai Brantas tersebut.
Baca Juga: Bersihkan Pantai Kondang Merak, Relawan Kumpulkan Sampah Lebih Dari 20 Kantong
Anak-anak muda ini merupakan pegiat kelestarian lingkungan yang tergabung di Environmental Green (Envigreen) Society bersama relawan lain dan juga Break Free From Plastic, sebuah organisasi non-pemerintah yang juga bergerak di misi yang sama.
Melihat tumpukan sampah itu, mereka juga turut melakukan brand audit sampah yang masuk ke sungai. Sungai Brantas di kawasan Muharto ini masih dijumpai sampah yang dibuang sembarangan di aliran anak sungai hingga saat ini.
Hasilnya, setelah sampah dikumpulkan dan dipilah, brand audit menunjukkan 5 Top Polluters Produsen sampah yang mendominasi diperoleh dari brand merk Wings (27.3 persen), Unilever (21.06 persen), Indofood (18.4 persen), Ajinomoto (13,28 persen) dan Kapal Api Group (6.26 persen).
Perlu Intervensi Pemkot Malang
Selain itu, perilaku membuang sampah ke sungai ini juga diperparah dengan tata kelola pengelolaan sampah di Muharto yang tak kunjung selesai hingga kini. Sulitnya akses dan pemukiman yang padat menyebabkan sampah dari rumah tidak sampai ke TPS terdekat.
Swadaya dari masyarakat sendiri juga masih belum dapat mengakomodir pengangkutan sampah rumah tangga ke TPS. Alhasil, warga yang tinggal di wilayah bantaran sungai terpaksa membuang sampahnya ke sungai atau dibakar.
“Kata warga sekitar, dulu sempat masih ada petugas swadaya masyarakat sendiri berupa kendaraan roda tiga, namun karena aksesnya sulit, biaya operasional yang tinggi, sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Ya akhirnya balik lagi buang sampah ke sungai,” imbuhnya.
Dari kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi dinas terkait, khususnya Dinas Lingkungan Hidup Kota, Pemkot Malang hingga para Produsen juga memiliki kesadaran terhadap kondisi sungai yang menjadi tempat penumpukan sampah.
“Pemerataan fasilitas pengangkutan sampah yang tidak hanya diperhatikan di kawasan perkotaan saja, tapi juga di pemukiman bantaran sungai,” harapnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
reporter: ulul azmy
editor: jatmiko