Oleh : Abdul Adzim Irsad*
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW “perbuatan yang paling baik dalam Islam, Rasulullah SAW menjawab “sudi memberi makan dan memberi salam kepada orang yang kaukenal dan yang tidak kaukenal (HR. Bukhari). Dalam hadis ini, ada dua hal penting, yaitu suka berbagi makanan, sekaligus menjadi karakter seorang muslim, kedua suka menyapa kepada sesama, kepada orang yang dikenal maupun belum kenal.
Bulan Ramadhan menjadi momentum paling istimewa bagi setiap di dalam membentuk karakter bertaqwa kepada Allah SWT, dengan cara suka berbagi makanan kepada orang yang sedang berpuasa (iftaru Al-Shoimin), sekaligus menebarkan salam (kedamaian) kepada orang yang kenal maupun yang belum kenal. Jangan pernah merasa menjadi muslim yang baik jika belum bisa menjadi dermawan, dan masih enggan menyapa kepada sesama muslim.
Bahkan di dalam Alquran di terdapat sebuah percakapan antara penghuni neraka dan surga. Dalam percakapan itu, penghuni surga bertanya “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab “kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.(QS.Al-Muddatstsir: (74:42-44). Rupanya, salah satu penyebab dia masuk neraka adalah “tidak berbagai makan kepada orang miskin”.
Orang berpuasa derajatnya paling tinggi di sisi Allah SWT, yaitu menjadi orang yang bertaqwa. Ketahuilah, secara khusus orang-orang yang bertaqwa akan mendapat rahmat-Nya dengan balasan surga Allah SWT. Ternyata orang yang bertawa itu memiliki tiga sifat paten, sebagaimana penjelasan QS Ali Imran (3:134).
Pertama menjadi orang yang suka berbagi kepada fakir miskin saat mudah atau susah. Dalam kondisi kaya tetap dermawan, ketika dalam kondisi miskin-pun tetap dermawan. Tentu saja, sesuai dengan kemampuan.
Umumnya, dermawan ketika banyak harta, dan ketika musim Ramadhan. Padahal, sifat paten orang yang bertawa itu tidak harus menunggu kaya, juga tidak harus menunggu bulan Ramadhan atau hari jumat. Orang dermawan, siapa-pun yang membutuhkan pasti akan dibantu, tidak perduli agama dan keyakinannya apa. Karena orang dermawan tujuan utamanya adalah ibadah kepada Allah SWT melalui apa yang dimilikinya.
Kedua karakteristik orang bertaqwa menurut Alquran adalah “menahan amarah”. Setiap manusia pasti memikiki sifat marah.
Ketika seseorang mampu mengelolas amarahnya dengan baik, pasti dia akan mampu menahan amarahnya. Alquran tidak meminta seseorang menjadi orang yang sabar, namun meminta agar menjadi ornag yang “menahan amarah”. Orang sabar itu biasa, yang luar bias aitu seornag pemarah namun mampu mengendalikan amarahnya.
Sebagaimana orang sedang berpuasa. Sebenarnya setiap orang yang biasa makan dan minum di siang harui, namun Allah SWT meminta selama seharian disuruh menahan makan dan minum. Kondisi menahan inilah yang sangat bernilai bagi Allah SWT, karena mampu mengalahkan keinginannya. Makanya, kehebatan orang sedang berpuasa itu menahan diri dari makan dan minum karena ingin mewujukan ketaatan kepada Allah
SWT.
Ketiga menjadi orang yang pemaaf. Berbuat baik kepada orang yang baik kepada kita biasa, namun berbuat baik kepada orang yang pernah menyakiti itu luar biasa. Memaafkan kesalahan orang lain yang pernah menyakit itu sangat berat, namun karena memaafkan itu perintah Allah SWT, maka tetap dilaksanakan karena itu perintah Allah SWT. Sangat wajar, jika kemudian Allah SWT meng-apresiasi orang-orang yang move on, sehingga mau memaafkan orang-ornag yang pernah menyakitinya.
Nah, bulan puasa menjadi barometer bagi orang-orang yang akan mendapat predikat “bertawqa”, ternyata sifat paten yang di terangkan di Alquran adalah kepekaan social, menahan amarah, dan pemaaf. Rajin ibadah, seperti membaca Alquran, shalat malam dan witir sangat bagus, namun jika belum memiliki tiga karakter, masih belum sempurna.
*Dosen Universitas Negeri Malang (UM)
https://youtu.be/iTGfKxw0suI