MALANG, Tugumalang.id – Produsen tempe menjes dan tempe bungkil yang ada di Desa Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang tetap bertahan meski harga bahan baku dan gas kerap naik.
Usaha produksi tempe menjes dan tempe bungkil yang dimiliki oleh Musrifah ini telah beroperasi sejak awal tahun 2005.
Setiap harinya, usaha yang dikelola bersama keluarga ini menghasilkan sekitar 700-800 potong tempe menjes dan 70-80 baki tempe bungkil.
Baca Juga: Tempe Bungkus Plastik vs Bungkus Daun Pisang, Mana yang Lebih Sehat?
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, seperti fluktuasi harga kedelai dan kenaikan harga elpiji, Musrifah tetap ulet dalam mengelola bisnisnya. Salah satu cara yang ia lakukan agar tak merugi di saat bahan baku naik adalah mengurangi ukuran tempe.
“Kalau jualan tempe nggak bisa naik harganya. Jadi ukurannya dikecilkan,” kata Mursifah saat ditemui di tempat produksi tempe menjes dan bungkil miliknya, belum lama ini.
Ia menerangkan, proses pembuatan tempe menjes dimulai dengan pengolahan ampas tahu yang diselep, digiling, kemudian dibentuk dan diproses. Sementara untuk tempe bungkil, bahan baku utama berupa kacang dan kedelai yang dikukus, kemudian dicampur ragi dan dicetak.
Baca Juga: Resep Mendol Olahan Tempe Khas Malang, Enak Gurih Serta Tidak Gampang Hancur
Kedua produk ini sama-sama terbuat dari kedelai. Sementara, harga kedelai sangat fluktuatif. Musrifah mengungkapkan, harga kedelai sempat turun, namun kini kembali naik.
Saat ini, harga kedelai per kilogram mencapai sekitar Rp9 ribu rupiah. Ada kalanya, harga kedelai bisa mencapai Rp12 ribu rupiah per kilogram. Kenaikan harga kedelai ini berpengaruh pada ukuran tempe yang diproduksi.
“Kalau harganya (kedelai) naik ya (ukuran tempe) agak tipis. Kalau harganya turun ya (ukuran tempe) agak tebal,” kata ibu dari tiga orang anak ini.
Hal serupa ia lakukan untuk menyiasati naiknya harga elpiji. Untuk memproduksi tempe menjes dan tempe bungkil, dalam sehari Musrifah membutuhkan empat tabung gas elpiji 3 kilogram.
Sebelumnya, harga satu tabung elpiji ukuran 3 kilogram adalah Rp18 ribu. Kini harga satu tabung naik menjadi 20 ribu rupiah.
Musrifah menjual tempe produksinya di Pasar Gadang. Tempe diantar dalam dua shift, yaitu pukul 00.00 dan pukul 14.00. Tempe bungkil dijual dengan harga Rp15 ribu rupiah per baki, sementara tempe menjes dijual Rp5 ribu per tiga potong.
Musrifah juga mengungkapkan bahwa salah satu kendala utama yang dihadapi adalah pengelolaan limbah. Ia mengatakan limbah yang dihasilkan dari produksi tempe ini untuk dibuang. Selama ini, ia mengatasinya dengan membuat sistem peresapan.
Meski menghadapi berbagai tantangan, usaha produksi tempe ini tetap berjalan dengan baik. Musrifah tak pernah mencatat berapa omzet yang ia hasilkan. Ia hanya bisa memastikan pendapatannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk biaya pendidikan anak.
“Nggak tahu (berapa omzetnya). Pokoknya untung buat sekolahin anak sama kebutuhan sehari hari saja sudah cukup,” tutup Musrifah.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A