Tugumalang.id – Usia senja tak menjadi penghalang bagi Hadi Sutejo untuk terus melestarikan peninggalan resep kuliner legendaris dari nenek moyangnya. Kakek yang berusia 88 tahun itu, bertekad akan terus memproduksi dan menjajakan keaslian cita rasa manisan buahnya di Kota Malang.
Pria kelahiran Pasuruan ini mengaku telah berjualan manisan buah sejak 1949 lalu. Kala itu, dia mulai menjual manisannya di Surabaya. Dia mendapatkan resep membuat manisan itu langsung dari orang tuanya yang juga meneruskan peninggalan nenek moyangnya.
“Saya mulai jualan manisan di Kota Malang sejak tahun 1976. Ini asli buatan tangan saya sendiri, resepnya turun temurun dari peninggalan ayah saya dan nenek moyang,” kata Hadi.

Dia biasa menjajakan kuliner manisannya di Jalan Besar Dempo Kota Malang, setiap hari, mulai sekitar pukul 11.00 WIB hingga 16.30 WIB. Namun khusus untuk hari Minggu, dia akan berjualan mulai pukul 09.00 WIB.
“Ini manisan buah dan ada manisan sayur juga, mulai manisan buah mangga, salak, kedondong, hingga manisan sayur sawi. Ada manisan basah dan ada manisan kering juga,” sebutnya.
Bukan dijual di toko atau kedai, namun Hadi menjual manisan miliknya di gerobak dorong berwarna kuning. Meski begitu, manisan yang dijajakan tampak rapih dan menggiurkan bagi pengendara yang melintas dan memandang gerobak manisan milik Hadi itu.

Berbagai manisan buah dan sayur dia simpan dalam toples kaca berukuran besar. Toples-toples itu dia tata di atas gerobak sehingga tampak warna segar manisan-manisan buah itu, seolah bisa memanggil pengguna jalan yang melintas untuk menghampiri dan membelinya.
“Manisan ini bahannya alami semua, gak pakai pengawet sama sekali. Jadi bahannya buah, gula pasir untuk manisan basah dan gula merah untuk manisan kering,” ujarnya.
Dikatakan, proses produksi manisan ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama agar bisa menciptakan cita rasa murni seperti yang dibuat nenek moyangnya yakni bisa memakan waktu 7 hingga 15 hari. Untuk itu, dia mengaku selalu memproduksi manisan itu setiap hari agar bisa memiliki persediaan untuk dijual hari ini dan hari esok.
“Kalau manisan kering prosesnya agak lama, sampai 10 hingga 15 hari. Kalau manisan basah hanya seminggu. Saya tiap hari buat, kan prosesnya lama jadi buat stok juga,” ungkapnya.
Namun, dia juga mengaku mulai kesulitan mencari buah-buahan dengan kualitas baik di Kota Malang. Dia harus memesan buah mangga dari luar kota agar bisa mendapatkan buah yang baik. Bahkan buah cerme yang menjadi salah satu andalan manisannya, kini telah tiada lantaran sudah langka ditemui di Kota Malang dan daerah lain.
Agar kuliner manisan warisan nenek moyang ini tidak punah ditangannya, Hadi juga telah menurunkan resep manisannya ke anak-anaknya. Dari ketujuh anaknya, empat di antaranya kini juga berjualan manisan di Kota Malang.
“Memang dari orang tua saya dulu berpesan agar manisan buatan kami ini tetap ada dan tidak punah, atau tetap bisa lestari. Resep-resepnya juga kami jaga turun temurun. Mudah-mudahan manisan ini akan tetap ada hingga nanti. Saya juga akan berjualan sampai semampu saya,” pungkasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id