BATU, Tugumalang.id – Potensi bencana akibata cuaca ekstrem terutama banjir bandang di Kota Batu, Jawa Timur masih tinggi. Perlu adanya penanganan jangka panjang yang harus segera digeber mulai sekarang. Yaitu melakukan rekonstruksi sistem drainase.
Hal ini diungkapkan Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu Achmad Choirur Rochim bahwa rekonstruksi sistem drainase memang kelihatannya tidak urgen karena memang merupakan bentuk penanganan jangka panjang.
Namun jika melihat situasi di jalan-jalan kota ketika hujan hari ini sudah mulai menunjukkan tanda-tanda berupa genangan air. ”Jika tidak segera dicarikan solusi, genangan air akan semakin tinggi dan masuk ke permukiman. Jangan sampai itu kejadian,” kata dia, Minggu (25/9/2022).
Rekonstruksi sistem drainase ini menurut Rochim akan bisa dinikmati hasil manfaatnya pada 5-10 tahun ke depan. Mengingat semakin hari, daerah resapan air di Kota Batu semakin berkurang akibat pembangunan.
”Misal intensitas hujan tinggi, maka air akan masuk ke kawasan permukiman atau jalan-jaln sehingga menyebabkan banjir,” kata dia.
Meski begitu, diakui Rochim bahwa solusi ini butuh memakan biaya tak murah. Sebab itu, dalam realisasinya memang membutuhkan support dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan pusat.
Sebelumnya, banjir bandang sudah pernah terjadi di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu pada 2021 lalu hingga menimbulkan korban jiwa. BPBD saat ini sudah mulai melakukan upaya mitigasi.
Nantinya, pihaknya akan meningkatkan pengawasan secara intens di semua titik rawan. Selain di Desa Bulukerto, ada sekitar 10 titik lain yang berpotensi terjadi banjir seperti Sungai Beru dan Sungai Paron hingga di kawasan permukiman di Kelurahan Sisir dan Kelurahan Temas.
Tak hanya itu, Kota Batu juga dihantui potensi tanah longsor di 7 titik seperti di Desa Giripurno, Kelurahan Songgokerto dan Desa Gunungsari. Soal itu, BPBD sudah memasang 12 unit Early Warning System (EWS) di setiap lereng Gunung Arjuno.
Reporter: Ulul Azmy
editor; jatmiko