Selepas sholat Maghrib berjama’ah, kegiatan santri dilanjutkan dengan mengaji. Namun tidak semua santri wajib mengikutinya. Karena sebagian mungkin masih menjalani perkuliahan di kampus masing-masing.
Baru pukul 19.30 semua santri wajib mengikuti madrasah diniyah hingga pukul 20.30. Setelah itu, mereka kembali bebas beraktivitas sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan di pondok tak terbatas untuk santri saja. Masyarakat umum juga dapat menimba ilmu agama di Ponpes Anwarul Huda dengan menghadiri majlis ta’lim setiap Minggu pukul 06.30.
Anak-anak usia lima tahun hingga usia sekolah menengah juga bisa mengaji di TPQ Birrul Walidain yang dikelola Ponpes Anwarul Huda. Saat ini terdapat 400 santri yang mengaji di TPQ tersebut.
Bagi yang ingin mengenyam pendidikan formal, Ponpes Anwarul Huda juga mengelola Madrasah Aliyah (MA) Ibadurrochman dengan jurusan agama dan IPS. Program unggulan dari MA ini adalah tahfidz, bahasa (Arab dan Inggris), baca kitab, dan multimedia.
Beberapa pengajian juga disiarkan secara live melalui channel youtube yang dimiliki pondok pesantren,dengan channel Anwarul Huda TV. Di antaranya pengajian tafsir jalalain, Durrotun Nasihin (mutiara nasihat). Pengajian itu langsung disampaikan pengasuh Ponpes Anwarul Huda, KH. M. Baidowi Muslich.
Tak berhenti di kegiatan pendidikan agama, Ponpes Anwarul Huda juga mengajak para santrinya berwirausaha dan mengasah soft skill. “Di sini, selain mengaji, pengembangan minat dan bakat juga digalakkan,” ucap Tomi.
Program untuk pengembangan skill santri tersebut dikenal dengan nama laboratorium kewirausahaan.
Laboratorium Kewirausahaan Santri
Laboratorium kewirausahaan ini 100% dikelola santri. Mereka terjun secara langsung mengelola bisnis-bisnis pondok pesantren. Dengan begitu mereka bisa belajar kewirausahaan dan siap untuk bekerja saat lulus nanti.
Salah satu bisnis yang dikelola di laboratorium kewirausahaan ini adalah Tempe Kacang Lay Cang. “Tempe kacang atau tempe bungkil ini kami bikin sendiri. Tempe yang mentah kami jual setiap hari di depan (gedung ponpes). Sebagian lagi kami olah menjadi keripik, namanya Lay Cang. Kami pasarkan online dan kami titipkan di toko oleh-oleh khas Malang,” ujar Tomi.