MALANG, Tugumalang.id – Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, memberikan dukungan penuh terhadap sekolah sekolah yang berinovasi mengembangkan pembelajaran siswa. Hal ini tentunya untuk menyambut Indonesia Emas 2045.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang melalui SMP Negeri 2 Kota Malang kini tengah mengembangkan terobosan pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus bernama Sinau Mandiri Bersama Anak Satwimaba Istimewa (Simba Asia).
Kemudian SMP Negeri 13 Kota Malang juga mengembangkan metode pembelajaran bertajuk Layanan Siswa Istimewa Galas Berwirausaha (Nasi Tiga Beras).
Baca Juga: Pj Wali Kota Malang Tinjau Pengerukan Sedimen Tindak Lanjut Aspirasi di Program Ngombe STMJ
Kedua inovasi pembelajaran ini merupakan jawaban atas kebutuhan pembelajaran diferensiasi bagi siswa istimewa. Penerapan kedua metode tersebut berkiblat pada kurikulum nasional yakni Merdeka Belajar.
Kepala SMPN 2 Kota Malang Riatiningsih menjelaskan bahwa belasan siswa berkebutuhan kusus mengalami hambatan akademis dan mental sehingga belum bisa mandiri dan belum memiliki keterampilan hidup usai dilakukan assesment.
Untuk itu, inovasi Simba Asia dihadirkan demi memfasilitasi dan mengoptimalkan potensi siswa istimewa melalui pembelajaran berdiferensiasi dan bermakna untuk menjadi pribadi mandiri. Pembekalan kemandirian dan Sahabag Siswa menjadi pendekatan yang dikuatkan.
Baca Juga: Optimalkan Pelayanan, Kepala Kantor Imigrasi Malang Kunjungi Pj Wali Kota Malang
“Jadi kami latih hal hal sederhana agar mereka bisa lebih mandiri. Seperti kegiatan yang sehari hari kita lakukan,” ucapnya.
Ria menyebutkan bahwa terobosan ini menerapkan prinsip 4P yakni Penyesuaian, Penyederhanaan, Penghilangan dan Penggantian.
“Tujuan pembelajaran yang diberikan sama, namun cara penyampaiannya berbeda, juga penilaiannya kami bedakan. Tentunya kami juga beri pendampingan lebih,” lanjutnya.
Pasca penerapan Simba Asia di SMPN 2, sebesar 82 persen siswa istimewa mampu mencapai rata rata nilai akademik lebih dari 80. Padahal sebelumya hanya 20 persen siswa yang mencapai kriteria tersebut.
Selain itu, sebelumnya hanya 15 persen guru yang mampu menerapkan pembelajaran diferensiasi, kini naik drastis menjadi 73 persen.
Sedangkan tentang inovasi Nasi Tiga Beras, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum & Guru BK SMPN 13 Kota Malang, Sinthian Susan mengungkapkan gagasan ini sudah muncul sejak tahun 2022. Terobosan ini merupakan sebuah inovasi pembelajaran kontekstual dan kewirausahaan bagi siswa istimewa.
“Bagaimanapun keadaannya, pasti mereka punya potensi di bidangnya. Mereka berhak mendapat pendidikan tanpa perbedaan. Berbekal asesmen diagnostik non kognitif berupa tes psikologi serta identifikasi bakat dan minat terhadap siswa inklusi, kami ciptakan program pelayanan ini dengan tujuan menggali potensi kemampuan wirausaha siswa inklusi,” tuturnya.
“Harapannya keistimewaan mereka tidak menjadi hambatan untuk lebih inovatif dan makin peraya diri, khususnya dalam berwirausaha,” lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Disdikbud Kota Malang, Suwarjana menyampaikan bahwa tidak bisa dipungkiri saat ini memang banyak siswa istimewa yang menuntut ilmu di sekolah reguler.
Pihaknya pun berkomitmen untuk tetap memberikan pelayanan kepada semua siswa tanpa membedakan kondisinya di tengah keterbatasan guru pendamping khusus (GPK).
Karenanya dibutuhkan kreativitas dari pihak sekolah dan guru agar siswa istimewa juga dapat terlayani dalam proses belajar.
Suwarjana menyebut bahwa Simba Asia dan Nasi Tiga Beras sejatinya merupakan hasil replikasi inovasi Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa (Jarik Ma’Siti) SMP Negeri 10 Kota Malang yang mendapatkan penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Klaster Pemerintah Kota Tahun 2023 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB).
“(Siswa istimewa) Tidak bisa kami tolak, jadi harus tetap kami terima dan ajari. Padahal GPK tidak ada, karena kebanyakan GPK latar belakangnya malah bukan S1 Pendidikan, tetapi Psikologi,” tuturnya.
“Jadi kami tetap melayani anak berkebutuhan khusus tanpa adanya GPK, dan alhamdulilah teman-teman guru di Kota Malang ini kerjanya luar biasa. Mereka pun bisa berinovasi dengan memberikan pembelajaran diferensiasi, seperti Jarik Ma’Siti, Simba Asia dan Nasi Tiga Beras ini,” imbuhnya.
Dukungan penuh diutarakan oleh Pj. Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat atas beragam inovasi yang dikembangkan sekolah dalam memfasilitasi siswa istimewa untuk dapat mengenyam pendidikan layak dan setara.
“Harapan saya inovasi ini juga bisa dikembangkan dan mendapatkan apresiasi. Tidak hanya itu, saya berharap juga bagi para siswa istimewa ini mendapatkan pelayanan dan mempunyai tingkat pendidikan dengan kualitas yang sama dengan siswa reguler. Ini juga dalam mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045 mendatang,” tuturnya.
Terobosan terobosan ini menjadi kebanggaan bagi Kota Malang. Dua inovasi lain yang juga diajukan dalam PKRI dan mengikuti tahap presentasi dan wawancara, yakni Belajar Menyenangkan Bersama Siswa Spesial (Benang Mass) dari SMPN 3 Kota Malang dan Spenturo Ramah Inklusi (Serasi) dari SMPN 20 Kota Malang.
Layanan publik inklusif seperti Simba Asia bukanlah yang pertama di Kota Malang. Bisa dikatakan ini sudah menjadi proses bisnis tetap dan bentuk komitmen Pemkot Malang dalam mewujudkan ekosistem inklusif secara berkelanjutan melalui berbagai inovasi pelayanan publik.
Seperti Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa (Jarik Ma’Siti), BREXIT (Braille Eticket and Extraordinary Access for Visual Dissabilities), layanan pojok braille perpustakaan, dokumen kependudukan braille, bahkan layanan inklusi braille (Libra) untuk berbagai perizinan.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A