Dr.dr.Amalia Tri Utami,M.Biomed*
Pisang adalah herbal yang hidup pada iklim tropis, tinggi 1-10 meter dengan daun besar yang tumpang tindih dan disebut pseudostem. Bunga berkembang dari tengah mahkota. Hanya bunga betina yang berkembang menjadi buah pisang. Pisang merupakan sumber energi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C, K, P, Ca dan Fe.
Pisang digunakan sebagai makanan pokok di berbagai negara. Pisang hijau digunakan dalam memasak. Bunga pisang adalah anti oksidan yang baik dan dimasak dalam sup dan kari. Selain itu, bunganya dapat menyembuhkan infeksi, memperlambat proses penuaan, meningkatkan kesehatan jantung, meningkatkan pencernaan, meningkatkan relaksasi mental, mendukung menstruasi kesehatan, mengatur gula darah dan menyembuhkan anemia.
Ekstrak jus biji pisang digunakan untuk menghilangkan batu dari ginjal, kandung empedu dan sujud. Jus pseudostem adalah obat yang terkenal untuk gangguan kencing, diare, disentri dan perut kembung.
Banyak obat antivirus yang saat ini digunakan masih haram, mahal dan tentu saja memiliki efek samping. Oleh karena itu, menarik untuk mencari sumber baru senyawa antivirus. Karena laporan sebelumnya tentang aktivitas melawan HIV pada tanaman pisang, maka menarik untuk membahas sifat antivirus ekstrak pisang sebagai sumber potensial obat antivirus COVID-19 yang halal dan ampuh. Dalam Al-Qur’an pisang juga diabadikan dalam surah Al-Waqiah: 29
وَّطَلۡحٍ مَّنۡضُوۡدٍۙ
“dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),”
Saya akan mencoba memberi ulasan tentang obat antivirus spektrum luas yang dikembangkan dari tanaman pisang. Dalam sebuah makalah baru yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences, Markovitz, penulis pertama Evelyn Coves-Datson, seorang mahasiswa M.D., Ph.D., Akira Ono, Ph.D., profesor mikrobiologi dan imunologi dan tim mereka telah menunjukkan bahwa senyawa rekayasa yang diambil dari lektin pisang, protein yang disebut H84T, memiliki potensi nyata untuk melawan influenza secara klinis.
Dalam percobaan mereka, lebih dari 80% tikus yang terpapar bentuk influenza yang biasanya fata,l mampu bertahan hidup dari penyakit setelah menerima suntikan protein, bahkan hingga 72 jam setelah terpapar. Tim peneliti tersebut juga memberikan bukti awal bahwa senyawa tersebut aman.
Senyawa ini bekerja karena menargetkan gula yang disebut mannosa tinggi, yang ada di bagian luar virus tertentu. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa H84T menghalangi kemampuan virus influenza untuk menyatu dengan struktur yang disebut endosom dalam sel manusia, langkah kunci dalam infeksi. Melakukan hal itu melumpuhkan kemampuan virus untuk mereplikasi dan menimbulkan manifestasi dari penyakit.
Hebatnya, mekanisme kerja ini, yakni pengikatan gula mannosa tinggi pada permukaan virus, berarti bahwa H84T efektif tidak hanya melawan influenza, tetapi juga terhadap Ebola, HIV, campak, MERS, penyakit virus mematikan baru yang pertama kali dilaporkan di Arab Saudi pada tahun 2012, dan SARS COV-2. Penelitian ini menjadikan sebuah temuan antivirus masa depan yang prospek, mengingat Tamiflu (oseltamivir), terapi standar saat ini untuk COVID-19, telah gagal.
Dosen Fakultas Kedokteran salah satu PTN di Kota Malang.
Penulis buku
1. Muslim Doctor (lambert publishing)
2. Blink Blink Solutions from Prophet Muhammad: To Solve Medical Cases in COVID-19 Era (lambert publishing)
editor: jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id