Tugumalang.id – Notaris di Kota Malang, Paulus Oliver Yoesoef, berhasil membuktikan isu beredar bahwa anda dapat menempelkan uang koin pada bekas suntikan vaksin Corona di lengan anda. Adegan itu dia rekam lewat video berdurasi 47 detik, pada Kamis (27/5/2021) kemarin.
Mulanya, dia hanya iseng-iseng saja melakukan itu usai banyak mendengar kabar tersebut, baik dari teman dan di media sosial. ”Awalnya gak percaya, tapi setelah saya coba ternyata emang nempel,” katanya, pada Jumat (28/5/2021).
Diketahui, Paulus telah mendapat vaksin jenis Sinovac pada sekira 2-3 bulan lalu. Namun, suntikan itu membekas di lengannya, berupa benjolan. Itulah kenapa dia tahu letak bekas suntikan di lengannya.
”Kalau temen-temen yang pengen coba itu gak ada benjolan, jadi dia lupa letak bekas suntikannya. Jadi memang gak bisa nempel. Beberapa teman juga saya konfirm ada yang kayak saya (benjol) dan koin itu menempel,” jelasnya.
Tak hanya disitu, dia membuktikan hal itu dengan menempelkan uang koin di luar bekas suntikan. Hasilnya, uang koin terjatuh. Namun begitu ditempel di bekas suntikan, uang itu menempel. Bahkan ketika dia menggoyang lengannya perlahan, koin itu tetal menempel. ”Kalau saya goyang keras ya jatuh,” imbuhnya.
Menurut informasi yang dia dapat, sejumlah spekulasi mengatakan bahwa vaksin yang beredar mengandung reaksi magnetik. Ada banyak dugaan konspirasi di balik itu, mulai micro chip dan lain sebagainya.
”Tapi soal itu saya bukan ahlinya. Saya tidak tahu. Saya hanya iseng saja coba nempelkan uang koin di bekas suntikan saya,” pungkasnya.
Terkait hal ini, Ketua Tim Riset Corona & Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation (PNF) di Surabaya, Prof C A Nidom, mengatakan bahwa fenomena ini masih belum bisa dicap hoaks tidaknya. Yang jelas, uang koin juga bisa menempel pada kulit jika ada kandungan air atau keringat.
Meski begitu, Prof Nidhom juga mengetahui ada rekannya yang telah mencoba dan uang koin itu tertempel. Nah, dari situ, kemungkinan lain uang koin itu bisa menempel akibat dari reaksi magnetis dari cairan vaksin itu sendiri.
Dari hasil risetnya, vaksin yang beredar saat ini memiliki adjuvant atau unsur aluminium hidroksida. Adjuvant adalah unsur peningkat antibodi usai vaksin disuntikkan. ”Tetapi bahwa vaksin mengandung unsur logam itu mungkin iya. Karena memang mengandung unsur aluminium hidroksida, itu bisa bereaksi magnetis,” katanya, pada Minggu (29/5/2021).
Penggunaan unsur aluminium pada vaksin, lanjut dia, dalam kondisi darurat ini masih diijinkan oleh WHO. Meski begitu, pemerintah harus waspada dan mengontrol hal ini. Karena jika kelebihan dosis, dikhawarirkan terjadi hal tak diinginkan. ”Dikhawatirkan terjadi neurotoksik atau keracunan saraf jika kelebihan dosis,” jelasnya.
Terlepas dari benar tidaknya fenomena ini, dia berharap pemerintah proaktif untuk menguji hal ini agar tidak terjadi kebingungan dan meresahkan masyarakat. Apalagi sudah banyak berkembang isu penanaman nanotracer di dalam unsur vaksin.
”Nanotracer dalam hal ini masih dibolehkan karena untuk tujuan pelacakan virus. Tapi itukan belum ada kesepakatan dan sosialisasinya. Jika tidak segera diluruskan, ya bakal terjadi kontroversi terus,” ungkapnya.
Sementara, Jubir Satgas COVID-19 Kota Malang, menurut dr Husnul Muarif, juga belum bisa bicara banyak. Baik secara keilmuan fisika maupun dari Satgas COVID-19 pusat. ”Belum ada komentar resmi, juga menunggu tindak lanjut dari pusat ya. Saya belum bisa komentar banyak soal ini,” tandasnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti