Tugumalang.id – Peneliti dari Universitas Negeri Malang (UM), Dr Hary Suswanto, ST.,M.T., melakukan penelitian Efektifitas Pelaksanaan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) terhadap Kesiapan Menjadi Guru Profesional dengan Menggunakan Model CIPP (Contexs, Input, Process, Product) di UM.
Setidaknya, Hary telah menggelar 3 kali workshop dan focus group discussion (FGD). Terbaru, Hary menggelar workshop dan FGD bertajuk Peningkatan Kompetensi Guru (Standar Evaluasi) sebagai Upaya Peningkatan Karakteristik dan Kesiapan Menjadi Guru Profesional Abad ke-21 di Gedung Pasca Sarjana UM pada Kamis (12/9/2024).
Dalam kesempatannya, Hary menyampaikan bahwa penelitian ini berkaitan dengan keberadaan, pelaksanaan hingga evaluasi program PPG di UM, baik dalam jabatan maupun pra jabatan. Untuk menunjang penelitian itu, dirinya menggelar workshop dan FGD sebanyak 3 kali.
Baca Juga: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang Gelar Workshop Bongkar Cara Efektif Memanfaatkan Kecerdasan Buatan
“Pertama, workshop dan FGD pemaparan materi dan menggali informasi terkait dengan standar isi. Kedua standar proses dan ketiga standar evaluasi dari guru pengajar, dosen hingga mahasiswa penerima pembelajaran,” jelasnya.
Dari 3 workshop dan FGD itu, Hary akan menggali informasi tentang efektifitas pelaksanaan program PPG di UM. Berdasarkan hipotesis yang ada, Hary menyebut sudah didapatkan bahwa pelaksanaan program PPG di UM sudah bagus.
“Tetapi tentu ini perlu dibuktikan dengan kajian teori yakni dengan pemaparan materi, dan kajian empiris dengan workshop pelatihan,” ucapnya.
Hary menjelaskan bahwa penelitian ini akan menganalisis dari sisi konteks, input, proses dan produk. Dari analisis tersebut, bakal bisa diketahui apa yang sudah dilakukan dan apa yang harus diperbaiki dalam pelaksanaan program PPG di UM.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Aditya Dahlan, Mahasiswa Baru Universitas Negeri Malang yang Berhasil Raih Beasiswa Penuh
Menurutnya, para tenaga pendidik program PPG di UM sudah cukup mumpuni. Hanya saja, perlu dilakukan pembaruan kurikulum kurikulum atau tambahan model pembelajaran untuk bisa menghasilkan guru guru yang benar benar profesional.
Dikatakan, mahasiswa program PPG di UM telah ditanamkan berbagai wawasan seperti ilmu profesional, wawasan kebangsaan, kecintaan pada tanah air hingga ilmu psikologi.
“Tentu saya harap pada mahasiswa PPG itu bisa menjadi SDM profesional yang bagus dan berguna bagi nusa dan bangsa,” tuturnya.
Di dalam workshop dan FGD ketiga ini, Hary menghadirkan sejumlah pemateri yakni penjagar berbagai jenjang pendidikan. Kegiatan itu juga diikuti oleh para pengajar dari berbagai jenjang pendidikan di Malang.
Salah satu pemateri, Rahayu Ashari, Kepala KB dan TK Lab UM Kota Malang memaparkan materi tentang Karakteristik Penilaian di Level PAUD dan SD.
Dikatakan, assesment dan penilaian sesuai usia menjadi hal yang penting. Hasil assesment tersebut menurutnya dapat digunakan guru untuk evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran ke depan yang lebih baik.
“Sedangkan untuk orang tua, assesment ini bisa untuk membantu, membina dan menguatkan kemampuan anak usia dini di rumah,” jelasnya.
Dalam hal ini, perilaku yang dicatat adalah perilaku yang teramati. Dengan demikian, capaian perkembangan anak dalam fase pondasi itu mulai nilai agama dan budi pekerti, jati diri hingga dasar literasi bisa terpantau.
“Instrumen assesment anak usia dini yakni teknik observasi, ada catatan anekdot, hasil karya siswa hingga foto berseri yang termuat dalam raport,” ujarnya.
Mengajar anak usia dini memiliki tantangan tersendiri. Sebab pada fase ini, perkembangan anak harus benar benar terkawal agar menjadi anak yang berbudi dan santun. Untuk itu, kolaborasi antara guru dan orang tua cukup penting dalam mengawal pertumbuhan anak.
Sementara itu, pemateri lain yakni Kristin Evawati yang merupakan guru SMPN 14 Malang memaparkan materi tentang Karakteristik untuk Siswa Level SMP. Dikatakan, standar evaluasi jenjang SMP ada 3 yakni diasnostik, formatif dan sumantif.
“Tantangan guru jenjang SMP itu adalah menghadapi perilaku siswa. Karena siswa SMP juga perlu perhatian khusus, terutama anak yang tak mendapat perhatian orang tua. Jadi guru perlu mengamati kondisi siswa,” jelasnya.
“Kalau kita tak memahami atau menggali kondisi siswa maka siswa akan sulit memahami apa yang guru sampaikan,” imbuhnya.
Selain itu, menanamkan moral kepada anak jenjang SMP menjadi hal yang penting. Sebab, saat ini bahaya pornografi melalui ponsel hingga narkoba telah mengintai anak anak jenjang SMP.
Sedangkan pemateri dari SMKN 4 Malang, Mahmudi menyampaikan bahwa standar evaluasi proses pembelajaran di jenjang SMK dapat dilihat dari hasil praktek kompetensi yang termuat di rapor siswa.
Pada dasarnya, sekolah SMK berusaha untuk menyiapkan siswa agar menjadi SDM tangguh yang siap bersaing di dunia kerja maupun bisa melanjutkan jenjang pendidikan atau wirausaha.
“Di jenjang SMK ada peluang langsung diterima di industri sebelum lulus sekolah. Di SMK kami, tercatat sekitar 50 siswa sudah diterima industri sebelum lulus,” ujarnya.
Kelengkapan fasilitas penunjang kompetensi dan kolaborasi dengan industri menjadi hal penting untuk jenjang SMK. Bahkan penyesuaian kurikulum industri juga banyak diterapkan di sekolah sekolah SMK.
Kemudian pemateri dari dosen UM yakni dr Qairul Bariyah memaparkan tentang mainfull teaching. Dimana, para guru pengajar diajak mentransfer ilmu pengetahuan dengan tetap mengedepankan kesejahteraan psikologis siswanya.
Kesejahteraan psikologi guru maupun siswa cukup penting dalam penerapan belajar mengajar. Dengan demikian ilmu yang disampaikan guru bisa diterima dengan baik oleh siswa.
“Jadi guru juga perlu mengelola kondisi psikologinya sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas,” tuturnya.
Membentuk karakter siswa menjadi hal penting untuk menatap masa depan. Sehingga guru juga perlu menjadi suri tauladan bagi siswanya. Menurutnya, jika dari sisi psikologis guru belum stabil maka transfer ilmu pengetahuan kepada siswa tak akan berjalan optimal.
Salah satu peserta workshop dan FGD, Nurul Devira, guru SMPN 8 Malang menyampaikan bahwa kegiatan penelitian ini cukup penting dan bermanfaat bagi para guru untuk bisa melangsungkan kegiatan belajar mengajar yang optimal.
“Terutama dalam mengahadapi karakter yang beragam dari anak didik. Dalam aspek psikologis, anak saat belajar tidak boleh ada beban atau stres. Maka guru harus membuat siswa nyaman agar siswa bisa menerima ilmu dengan mudah,” tuturnya.
“Tentu kegiatan FGD ini perlu banyak dilakukan. Ini sangat merefresh kami sebagai guru. Ini juga tidak menutup kemungkinan menjadi wadah perkembangan dunia pendidikan,” tandasnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A