BATU – Pemkot Batu optimistis rencana relokasi rumah warga terdampak banjir bandang bakal tetap berjalan. Meski rencana ini mendapat penolakan sebagian warga karena berkaca dari kasus warga di Dusun Brau, Desa Gunungsari yang tak kunjung pindah dari hunian sementara (huntara).
Menurut Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso, kasus di Dusun Brau itu berbeda, karena warganya tidak mau tinggal di daerah yang jauh dari rumah asli mereka. Sementara, lahan huntara yang ada di sana terletak agak jauh.
”Saya paham karena memang aset yang mereka hitung semua ada disana, lahan taninya di sana, ternaknya di sana. Itu jadi kesulitan tersendiri,” jelas dia dikonfirmasi awak media, Selasa (16/11/2021).
Berbeda kondisinya dengan huntara korban banjir bandang, kata Punjul, lahan yang disediakan tidak jauh dari rumahnya, bahkan masih di satu desa. ”Jadi saya kira gak masalah. Yang tidak mau hanya 1-2 orang saja,” ujarnya.
Selebihnya, Pemkot Batu masih terus berkomunikasi dengan Pemdes Bulukerto terkait kebutuhan yang diperlukan. Semua biaya pembangunan rumah akan dibiayai dari Kementerian PUPR. Pemkot Batu juga masih menunggu koordinasi lebih lanjut dari PUPR.
”Sampai sekarang progresnya masih dilakukan perhitungan. Karena tidak mudah juga ya. Kami masih terus komunikasi, baik dengan desa juga dengan pusat,” kata Punju
Punjul mengimbau kesadaran seluruh pihak untuk memahami bahwa relokasi adalah solusi terbaik demi mengantisipasi korban jiwa lanjutan. Pasalnya, potensi banjir bandang masih menghantui.
”Kalau tetap bersikukuh, nanti takutnya resiko yang harus ditanggung lebih besar. Saya kira memang tidak mudah untuk meyakinkan ini,” imbaunya.
Seperti diketahui, untuk mencegah kejadian terulang rumah warga yang ada di bantaran sungai akan direlokasi. Sebagai gantinya, disediakan lahan di tanah kas desa untuk dibangun hunian sementara (huntara).
Data yang sudah dihimpun, ada 8 rumah yang rusak akibat banjir bandang. Terdiri dari 3 rumah rusak berat dan sisanya rusak sedang. Sementara ada 7 rumah lain yang rusak ringan. Diantara pemilik rumah itu ada 3 orang yang tidak punya tanah.
Selain itu, langkah penanganan pasca bencana paling prioritas dilakukan adalah memperlebar aliran Kali Sambong yang semula memang adalah sungai mati. Namun, akibat bencana ini dikhawatirkan Kali Sambong akan menjadi sungai baru.
Seperti diketahui, bencana air bah itu terjadi akibat sempitnya aliran sungai sehingga saat dialiri air disertai material sampah hutan dan sedimentasi otomatis akan tersumbat. Sehingga ketika ditekan debit air yang tinggi, sumbatan akan jebol dan menjadi air bah.
Rencananya, Kali Sambong ini diperlebar hingga sepanjang 4 kilometer hingga ke muara Sungai Brantas. Sebab itulah, relokasi rumah warga di bantaran sungai juga perlu direalisasikan segera.