Tugumalang.id – Pembentukan Tim Investigasi Independen untuk mengusut kasus kekerasan anak yang kini marak terjadi di Kota Batu masih mandek di tengah jalan. Hingga saat ini, rencana ini masih dikaji aparatur hukum.
Padahal, kehadiran timsus ini sangat dibutuhkan. Terlebih, kasus kekerasan anak kembali terjadi di sekolah-sekolah ekslusif di Kota Batu. Setelah mencuat kasus pelecehan seksual di SMA SPI, kini mencuat lagi kasus serupa antar santri di Ponpes modern Al-Izzah.
”Tim ini masih dalam kajian aparat penegak hukum,” ungkap Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) Kota Batu, MD Forkan.
Dengan adanya timsus independen ini, diharapkan dapat menyelesaikan persoalan kekerasan anak di sekolah-sekolah, khususnya di sekolah ekslusif yang cenderung ditutup-ditutupi.
Pendapat itu diungkapkan Anggota DPRD Batu, Didik Machmud bahwa dalam setiap kasus anak, maka Pemkot Batu wajib hadir. Didik juga mengaku tahu ada banyak pejabat pusat datang ke Kota Batu untuk menyelesaikan kasus dugaan pelecehan seksual itu.
”Artinya kalau sampai ada pejabat pusat inikan kasusnya krusial ya. Saya tidak tahu khusus seperti apa kedatangan mereka,” ujar Didik.
Mencegah hal ini, Didik menyarankan dibentuk standar operasional baru yang mengatur akses publik ke sana. Minimal bisa diakses pemerintah untuk kepentingan pendidikan.
Sementara itu, Ketua Umum Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak Indonesia (RPAI), Fuad Dwiyono merasa prihatin atas maraknya kasus kekerasan anak di Kota Batu. Bahkan terjadi pelecehan seksual hingga perundungan.
Tentunya, kata Fuad, tindakan kekerasan atau pelecehan itu berdampak traumatik pada korban. Artinya, situasi ini bisa dinilai sebagai kegagalan sekolah mendidik anak didiknya.
Karena apa? Menurut Fuad, sekolah atau lembaga pendidikan anak sudah seharusnya menjadi tempat yang ramah anak. Artinya, dalam setiap kasus yang terjadi, kebijakan sekolah yang harus diambil musti berperspektif pro-anak.
”Tidak bisa sepenuhnya kemudian suatu kasus itu disalahkan ke anak-anak. Sekolah yang bermutu tidak selamanya harus mahal. Tapi tolak ukur dari sekolah sukses adalah menghasilkan anak yang bahagia,” pungkasnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti