MALANG, Tugumalang.id – Salah satu tim penelitian jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) lolos pendanaan Kemendikbudristek dalam kompetisi Program Hibah Penelitian Magister melalui platform BIMA pada Tahun Anggaran 2023.
Tim ini terdiri dari mahasiswa Magister Sosiologi, Pratiwi Noersyahbani dengan tim pembimbing Prof Dr Vina Salviana DS dan Prof Dr Gonda Yumitro MA.
Mereka mengkaji fenomena desa digital melaui sudut pandang sosiologis di Kendalbulur, Kabupaten Tulungagung.
Baca Juga: Prodi Sosiologi UMM Ajak Mahasiswa Baru Terjun ke Masyarakat Lewat Soscamp 2023
Menariknya, penelitian ini bahkan mengantarkan Pratiwi Noersyahbani menjadi mahasiswa yang berhasil lulus tercepat di angkatannya, dalam 1 tahun 4 bulan.
Penelitian ini berangkat dari ketertarikan terpilihnya Desa Digital sebagai salah satu program RPJMD Desa Kendalbulur, Kabupaten Tulungagung. Di antaranya disebabkan adanya Aplikasi Simpeldesa.
Melalui Aplikasi Simpeldesa, Desa Kendalbulur dapat mewadahi berbagai aspek kepentingan warganya baik dalam pelayanan administrasi, sosial dan ekonomi.
“Aplikasi ini juga berfungsi sebagai platform untuk menyebarkan informasi dan berita desa, serta memfasilitasi pemberdayaan ekonomi dengan memungkinkan warga untuk menjual produk dan terlibat dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” ujar Prof Dr Vina Salviana DS.
Baca Juga: Prodi Sosiologi UMM Ajak Mahasiswa Baru Terjun ke Masyarakat Lewat Soscamp 2023
Terlepas dari itu konsep ini juga menjadi inovasi yang dapat meningkatkan pengetahuan warga pada teknologi informasi. Meninjau pula penggunaan media informasi serta hampir setiap orang memiliki handphone yang pintar.
Tim peneliti mempertanyakan kemungkinan terjadinya pergeseran relasi sosial antara warga desa dengan pemerintah desa dan juga ditengarai banyak perubahan yang dirasakan baik oleh pemerintah dan masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, Aplikasi Simpeldesa menjadi alternatif yang efisien dalam mewadahi keperluan warga. Pemanfaatan ini terus dikembangkan oleh pemerintah desa, terlebih melihat bagaimana tingginya penggunaan smartphone serta kemudahan yang dirasakan menjadi nilai lebih.
Proses digitalisasi yang dilakukan memang tidak semudah dan sesederhana yang dapat dijabarkan, namun hal ini menjadi bagian yang penting untuk dipahami.
Dalam kesempatan yang sama pula, proses transformasi yang dilalui baik warga dan pemerintah desa dari masyarakat tradisional kini menjadi masyarakat modern.
Menjadi dampak dari adanya digitalisasi pada desanya, serta dalam penelitian ini pula peneliti mendeskripsikan proses transformasi komunikasi sehingga bagaimana dengan diadopsinya aplikasi Simpeldesa berdampak dalam aspek-aspek kehidupan lainnya pada warga dan pemerintah desa.
Adopsi aplikasi Simpeldesa memberikan kesempatan bagi warga untuk lebih dekat dan paham tentang perkembangan di desanya. Namun juga dibarengi dengan musyawarah-musyawarah yang dilakukan kepala desa kepada warganya.
“Dalam kesempatan ini pulalah pemerintah desa juga mengimbangi interaksi virtual dan interaksi langsung dengan warga desanya meningkatkan kecakapan dalam berteknologi bagi masyarakat desa,” tambah Prof Dr Gonda Yumitro MA.
Dalam penelitian ini salah satu subjek penelitian yang juga merupakan anggota BPD, membagikan pengalamannya dengan aplikasi tersebut.
Ia menjelaskan bagaimana aplikasi ini sangat bermanfaat baginya terlebih pada saat-saat mendesak seperti kebutuhan administrasi untuk Rumah Sakit. Melanjutkan penjelasannya, ia menambahkan bagaimana saat itu ia dan keluarga didesak untuk memenuhi administrasi rumah sakit berupa Surat Keterangan Tidak Mampu sebagai syarat rujukan.
Adanya aplikasi Simpeldesa dan dibarengi dengan pelayanan prima dari Pemerintah desa, surat tersebut tidak membutuhkan waktu lama untuk diproses yakni hanya 3-5 menit saja. Adanya aplikasi Simpeldesa ini sangat membantu terlebih di saat-saat mendesak seperti yang pernah ia alami.
Penuturan staff desa bagian operator yang menjelaskan pemanfaatan aplikasi Simpeldesa di bidang sosial, menggambarkan tidak hanya sebatas membangun komunikasi namun menghasilkan aktifnya warga dalam menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah desa.
Bidang sosial dimanfaatkan warga sebagai jembatan komunikasi yang lebih dipilih untuk menyuarakan ide pemikiranya. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah saran yang masuk pada aplikasi.
Maka dari penuturan tersebut subjek penelitian yang merupakan salah satu operator desa, menerangkan meningkatnya partisipasi warga desa terlebih pada pelaksanaan program-program sosial.
Melalui platform digital membuat warga desa dapat memberikan masukan, berbagi pengalaman, serta berkolaborasi dengan pemerintah desa dalam membangun desanya.
Digital dalam bidang ekonomi memang tak begitu asing di masyarakat, mengingat banyaknya belanja online yang dilakukan.
Namun tentunya menjadi pengalaman yang berbeda pula jika warga desa diberi kesempatan dapat berniaga melalui aplikasi online desa seperti Simpeldesa.
Subjek Dian yang menjadi salah satu penggerak usaha desa tentu memiliki pemahaman yang matang dalam melibatkan warga desa. Mengingat unit-unit BUMDes yang sudah dikembangkan dijadikan modal dalam meningkatkan antusias warga dalam pemanfaatan aplikasi digital Simpeldesa.
Aplikasi ini memungkinkan integrasi kebutuhan warga, seperti kegiatan desa, melalui fitur-fitur seperti berita desa, pelaporan, mekanisme umpan balik, dan transaksi online. Serta mencapai keseimbangan ini, aplikasi Simpeldesa memungkinkan koeksistensi yang harmonis antara digitalisasi dan bentuk-bentuk tata kelola tradisional.
Sementara pemerintah desa, terutama kepala desa, memprioritaskan komunikasi langsung dengan warga melalui metode seperti musyawarah dan kerja bakti, mereka juga memanfaatkan aplikasi Simpeldesa untuk meningkatkan relasi sosial.
Relasi sosial baik relasi bonding dan relasi linking menjadi dua relasi yang dapat menjelaskan bentuk dari relasi yang ada di Desa Kendalbulur yang kini menjadi desa digital.
Kedua relasi tersebut mempresentasikan bagaimana nilai-nilai dan budaya lokal pada warga desa masih dipertahankan di tengah arus digitalisasi yang ada di desa mereka.
Pemerintah desa sebagai pihak yang berwenang pun dalam hal ini menunjukkan sikap kolaborasi dalam mengarahkan warganya untuk dapat berdampingan dengan kemajuan teknologi serta globalisasi.
Adopsi aplikasi Simpeldesa di Desa Kendalbulur dapat diterima dengan baik oleh warga desa dan memberikan dampak positif. Kepala Desa berkomentar bahwa desa digital tidak hanya menyediakan layanan pendukung, tetapi juga memenuhi kebutuhan warga desa dan meningkatkan keterampilan teknologi di masyarakat.
Transformasi Desa Kendalbulur menjadi desa digital telah membawa perubahan positif. Menurut salah satu warga desa, aplikasi ini telah menumbuhkan rasa saling percaya dan transparansi antara warga dan pemerintah desa. Hal ini berbeda dengan situasi sebelumnya di mana ada jarak yang dirasakan antara warga dan pemerintah desa.
Artinya relasi antara warga dengan perangkat desa tidak serta merta berubah dari relasi yang face to face tergantikan dengan relasi virtual dan menghapus karakteristik solidaritas mekanik ke solidaritas organik namun kedua ruang relasi ini saling melengkapi sehingga karakteristik solidaritas soial yang ada adalah paduan dari mekanik dengan organik.
Kemajuan teknologi membawa kehidupan semakin kompleks, terlebih pada teknologi digital. Kemajuan ini tidak dapat dihindari, sehingga mau tidak mau kita harus dapat beradaptasi dengan hal tersebut.
Sama halnya, dengan hasil penelitian di Desa Digital Kendalbulur yang memiliki potensi untuk memberikan wawasan yang berharga tentang teknologi digital mempengaruhi masyarakat pedesaan dan pengembangan Desa Digital dapat dilakukan secara efektif dalam tubuh pemerintah desa. Sehingga implementasi desa digital ini memberikan dampak yang diinginkan tanpa harus meninggalkan sistem yang ada sebelumnya.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A