Oleh: Masbahur Roziqi*
Tugumalang.id – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) merilis program baru pada Jumat (27/12/2024). Namanya gerakan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat. Saya menyingkatnya getakaih. Getakaih menjadi gebrakan awal membangun pondasi anak Indonesia. Bukan hanya pondasi secara fisik, namun juga mental.
Getakaih diharapkan dapat menjadi kebiasaan, hingga anak-anak terbiasa melakukannya. Tanpa terus disuruh. Tanpa terus diingatkan. Berjalan sendiri seperti insting bertahan hidup. Itu harapan besarnya.
Kementerian yang saat ini digawati Abdul Mu’tie ini melandaskan program itu akibat banyaknya keluhan masyarakat tentang generasi muda saat ini.
Baca Juga: Kualitas Pendidikan Terbukti, ITN Malang Raih Akreditasi Unggul untuk Dua Program Studi
Mulai keluhan generasi mental lembek, mental tempe, hingga generasi Indonesia cemas, plesetan generasi Indonesia emas. Pembiasaan tujuh kebiasaan ini diharapkan perlahan dapat mengendap pada diri masing-masing anak.
Sampai akhirnya ketika telah mengendap, akan terus terbentuk. Saat terbentuk, setahap demi setahap akan mengikis kekhawatiran masyarakat mengenai generasi muda saat ini.
Apa saja getakaih itu? Pertama gerakan bangun pagi. Setiap anak diharapkan dapat membiasakan diri untuk bangun tidur pada pagi hari. Menyambut datangnya hari baru dengan semangat pagi hari.
Melaksanakan kegiatan pada hari baru dengan semangat dan kreativitas baru. Penulis memaknai gerakan bangun pagi ini juga untuk meminimalisir terjadinya school absenteeism dan keterlambatan datang sekolah.
Baca Juga: 12 SMK Terbaik di Kota Malang 2025, Rekomendasi Sekolah Vokasi Favorit
School absenteeism berarti ketikdahadiran siswa tanpa keterangan di sekolah. Beberapa siswa memang mengeluhkan mereka beberapa kali harus tidak masuk sekolah karena bangun pada jam yang mepet dengan waktu masuk sekolah.
Kebiasaan bangun agak siang ini membuat mereka mengambil keputusan terlambat atau tidak datang ke sekolah. Alasannya beragam, mulai takut dihukum, takut disanksi di depan teman-temannya, hingga nanggung untuk masuk sekolah.
Kedua, beribadah. Gerakan kedua ini berkaitan dengan kesalehan vertikal. Kemendikdasmen berupaya mengajak anak-anak untuk lebih perhatian pada hubungan vertikal mereka dengan Tuhan.
Caranya dengan menggelorakan beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing. Anak-anak perlu untuk mengetahui bahwa ada sesuatu tidak terbatas yang dapat menjadi sandaran bagi mereka dalam kondisi serentan apa pun.
Apa itu? Tuhan Yang Maha Kuasa dengan segala rahmat dan kuasa Nya. Kegiatan beribadah bertujuan membantu siswa mengelola dirinya untuk tetap terhubung dengan Tuhan melalui kegiatan mereka selama berinteraksi dengan sesama makhluk Tuhan.
Baik kepada sesama manusia, hewan, lingkungan, maupun segala ciptaan Tuhan. Beribadah juga memberikan anak-anak pondasi untuk menguatkan diri mereka dalam berbuat baik dan mengelola perilaku negatif yang mungkin muncul pada diri mereka.
Melalui nilai-nilai positif yang didapatkan saat beribadah, akan membantu anak menerapkan tingkah laku positif sesuai ajaran-ajaran agama yang dia praktikkan melalui ibadah.
Ketiga, berolahraga. Kegiatan olahraga menguatkan fisik anak-anak untuk berbuat baik dan maksimal dalam menggapai cita-cita hidupnya. Fisik sehat adalah prasyarat anak-anak dapat melakukan kegiatan dengan maksimal dan penuh kenyamanan.
Olahraga akan membiasakan anak-anak untuk melatih tubuhnya selalu dalam kondisi fisik prima dan ujungnya sehat. Selain itu berolahraga juga membantu memberikan rasa nyaman pada anak-anak.
Melalui rasa nyaman itu akan terbit emosi positif. Ketika emosi positif dapat terjaga, maka anak-anak akan mampu melakukan kegiatan dengan lebih terarah dan penuh tindakan-tindakan positif.
Keempat, makan sehat dan bergizi. Salah satu tantangan saat ini yakni menyediakan makanan bergizi dan sehat bagi anak-anak. Bergizi dan sehat berarti sesuai dengan asupan gizi sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Mengupayakan makanan dan minuman yang membantu fisik anak-anak tetap terjaga. Asupan berbagai bahan makanan sehat itu akan membantu anak berpikir dengan maksimal, merasakan dengan emosi positif, hingga bertindak sesuai logika dan emosi positif.
Tantangannya adalah bagaimana para anak yang berasal dari rumah tangga yang memerlukan bantuan ekonomi dapat memenuhi penyediaan makanan bergizi dan sehat.
Program makan bergizi dan sehat pemerintahan saat ini diharapkan mampu meringankan bapak ibu wali murid yang kesulitan memenuhi makanan bergizi dan sehat bagi anak-anak ini.
Kelima, gerakan gemar belajar. Tentu maksud gemar belajar ini menurut penulis bukan hanya belajar akademik mata pelajaran di sekolah. Melainkan belajar berbagai hal mulai akademik, pribadi, sosial, maupun mengenai rencana karier mereka selepas sekolah.
Belajar berarti terus berupaya mencari ilmu tidak terbatas pada ruang kelas. Bisa melalui diskusi bersama bapak ibu guru, tenaga kependidikan, penyedia layanan kantin, bapak ibu wali murid, hingga dengan masyarakat pada umumnya di lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah.
Menggelorakan gemar belajar berarti mengajak semua insan masyarakat membantu anak-anak untuk terus penasaran atas berbagai hal. Kemudian mencari jawabannya melalui cara-cara ilmiah.
Berkolaborasi bersama teman sebaya, hingga orang dewasa untuk menemukan jawaban atas rasa ingin tahunya mengenai sesuatu.
Keenam, bermasyrarakat. Anak-anak gemar bermasyarakat. Ini tentu yang diharapkan tumbuh bertahap sesuai tingkat perkembangan anak-anak.
Kali ini kemendikdasmen berharap para guru dan orang tua dapat membantu anak-anak terus bersosialisasi dengan masyarakat lingkungan sekitar. Bermasyarakt berarti mendekatkan anak-anak dengan realitas sosial.
Mendorong mereka untuk aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang membuat mereka memiliki jejaring pertemanan. Sambil tetap mendampingi dan menjadi teman bicara berkaitan dengan tantangan yang mungkin mereka hadapi selama bermasyarakat.
Ini dapat menjadi bagian dari kontribusi anak-anak menumbuhkan dan menguatkan kohesi sosial mereka dengan masyarakat. Baik pada lingkungan rumah, sekolah, maupun masyarakat. Selain itu dengan biasa bermasyarakat akan menumbuhkembangkan empati anak-anak pada sesama.
Ketujuh, tidur cepat. Tidur cepat ini bukan berarti anak-anak hanya tidur dua jam setelah itu bangun dan bermain ponsel. Tidak seperti itu. Tidur cepat ini menurut penulis berkaitan dengan tidur malam hari. Anak-anak tidur berdasarkan waktu ideal mereka tidur.
Tidur malam hari penting bagi mereka agar lebih bugar pada keesokan harinya. Tidur berkualitas pada malam hari akan membantu tubuh anak-anak pulih usai melaksanakan kegiatan seharian.
Selain itu tidur cepat akan membantu menjaga mood diri saat menjalani aktivitas keesokan harinya. Beberapa pengalaman siswa yang menyampaikan pada penulis ketika mereka kurang tidur malam hari, maka pagi harinya merasa tidak dalam kondisi mood yang bagus.
Sehingga beberapa kali membuat mereka berkonflik dengan teman sebayanya. Akibat lekas tersinggung karena ucapan teman saat mereka dalam kondisi pusing akibat kurang tidur.
Terakhir semoga melalui tujuh kebiasaan ini, pondasi anak-anak dalam menjaga kesehatan mental dan fisiknya semakin kokoh. Ketika telah sehat mental dan fisik, maka menyongsong tantangan dalam hidup sehari-hari akan lebih memudahkan.
Semoga konsistensi kebiasaan dapat menjadi tanggung jawab dan gotong royong bersama seluruh pihak. Baik pihak sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
*Penulis adalah guru Bimbingan dan Konseling SMAN 1 Kraksaan Kabupaten Probolinggo
Editor: Herlianto. A