Kota Batu, Tugumalang.id – Baru-baru ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur kembali berupaya memulangkan salah satu bukti sejarah peradaban Kerajaan Mataram Kuno yang ‘nyasar’ di Skotlandia, yakni Prasasti Sangguran.
Prasasti yang pertama kali ditemukan di Dusun Ngandat, Desa Mojorejo, Kota Batu ini dinilai penting guna menjabarkan perpindahan pusat kekuasan Mataram Kuno ke Jawa Timur. Namun, sejumlah sejarawan juga menyebutkan bahwa isi prasasti itu berisi kutukan hingga sumpah serapah.
Menurut sejarawan Indonesia, Prasasti Sangguran merupakan sumber informasi penting bagi Kerajaan Mataram Kuno, terutama terkait pergeseran ibu kotanya ke Jawa Timur. Dalam prasasti itu juga tertulis nama penguasa daerah pada masa itu, Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga (Dyah Wawa).
Pemangku Sanggar Budaya Sangguran, Dusun Ngandat Desa Mojorejo, Siswanto Galuh Aji menyanggah anggapan tersebut. ‘Tidak mungkin para leluhur kami menuliskan kutukan sedemikian rupa dalam prasasti.
Menurut Galuh, isi prasasti Sangguran lebih pada tata tertib beserta sanksi akibatnya. Penjabaran sanksi inilah yang kemudian menjadi ditafsirkan sebagai kutukan, sesuai isinya.
Namun, lanjut Galuh, dalam prasasti tersebut juga menuliskan tentang akibat baik bagi mereka yang tidak melanggar aturan. Aturan itu menunjukkan jika saat itu Mataram Kuno yang terletak di kawasan lereng Gunung Arjuno punya kekuasaan yang mutlak.
Ini menyambung dengan isi prasasti berisi penetapan Desa Sangguran sebagai sima atau tanah perdikan. Jika dipindahkan, maka kesialan dipercaya akan menimpanya.
Prasasti Sangguran memiliki ukiran angka tahun 850 Saka (928 Masehi). Prasasti itu memiliki dimensi tinggi 1,61 meter, lebar 1,22 meter, tebal 32 sentimeter dan memiliki bobot sekitar 3,5 ton.
Pada bagian depan prasasti berisi 38 baris tulisan, bagian belakang sebanyak 45 baris dan pada bagian kiri terdapat 15 baris tulisan. Dua baris pertama dari isi Prasasti Sangguran ditulis menggunakan bahasa Sansekerta. Sedangkan seluruh bagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.
Pada prasasti bagian depan juga didapati berarti ‘Semoga tidak ada rintangan, Semoga sejahtera di seluruh jagat dan Semoga semuanya berbuat kebajikan’. Sementara di baris ke dua, ‘Semoga lebur segala dosa dan semoga semua makhluk di tempat bumi ini berbahagia’.
Lalu di baris ke tiga bagian depan berisikan ‘Swasti śaka-warṣatīta 846 śrawana-māsa ṭithi catur-daśi śukla-pakṣa, wu, ka, śa, wāra, hastā-nakṣatra, wiṣṇu dewatā, sobhagya’. Artinya, Selamat! Tahun Saka telah berlalu, 850, pada bulan Syrawana, tanggal 14 paruh-terang, hari Wurukung-Kaliwon-Sabtu, ketika naksatra: hasta, dewata: Wisnu, yoga: Sobhagya’.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
reporter: ulul azmy
editor:jatmiko