MALANG, tugumalang.id – Stadion Kanjuruhan, Malang memiliki ikon baru fenomenal berbentuk patung kepala singa bermahkota. Tapi, kenapa singa yang satu ini tak bertaring? Mungkin itu juga menjadi pertanyaan terpendam sebagian besar orang yang mencermati. Mari kita kupas filosofi patung bernama Singa Tegar Jawara itu.

Patung singa itu bermahkota, tentu itu cukup jelas menggambarkan bahwa dia bukan singa sembarangan. Sebab, mahkota hanya dikenakan para Raja dan Ratu. Penampilan Raja pada umumnya dicerminkan sebagai sosok pribadi yang dewasa, bijaksana, mengayomi dan membawa pengaruh positif.
Sedangkan mahkota melambangkan kekuasaan, legitimasi, keabadian, kejayaan dan kemakmuran. Maka bisa disimpulkan bahwa ada harapan besar yang disematkan oleh penggagas Singa Tegar Jawara.
Sepertinya sang penggagas ingin Arema, Aremania dan publik bolamania seantero negeri memiliki sifat sifat seperti Singa Tegar Jawara. Menjunjung tinggi sportivitas dan jiwa kesatria baik di dunia sepakbola maupun kehidupan sehari hari.

Jika ditelaah dan dicermati lebih mendalam, mahkota yang dikenakan Singa Tegar itu terukir tulisan berbahasa Arab. Ternyata itu adalah Salawat Nabi. Terselip sapa dan doa mulia di mahkota kebesaran singa itu. Ada wujud cinta dan hormat pada Nabi Besar penuntun umat manusia, Rasulullah Muhammad SAW.
Lalu jika diperhatikan lagi, pada bagian penyangga patung itu tertulis sangat jelas “Tegar, More Than a King“. Artinya, patung singa yang didirikan bertepatan dengan Hari Jadi Arema FC ke-35 tahun pada 11 Agustus 2022 ini adalah sosok singa yang melebihi seorang Raja.

Kemudian juga tersemat kata Berketuhanan, yang jika ditafsirkan, sosok ini memberikan pesan mengingatkan kepada manusia agar selalu ingat akan Sang Pencipta dimanapun dan dalam situasi apapun.
Sosok Jiwa Kesatria, jiwa yang teguh dan berani membela kebenaran dan melawan segala bentuk kejahatan. Loyalitas Tanpa Batas, sebuah pengorbanan, kecintaan, kepatuhan dan ketaatan yang tak berujung.
Cinta Damai, sebuah sikap yang selalu membuat orang merasa senang dan tenang dalam setiap kehadirannya. Salam Satu Jiwa, sebuah salam penegas dan pemersatu bara semangat juang Arema.
Semangat Berketuhanan, Jiwa Kesatria, Loyalitas Tanpa Batas, Cinta Damai, adalah filosofi yang cukup mengungkapkan, kenapa patung Singa bermahkota Singa Tegar Jawara tidak bertaring.
Pesan yang tersemat dalam patung Singa Tegar Jawara ini perlu terus dijaga. Kemudian, mari kembali ke titik nol lagi. Tentu duka tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 akan menjadi sejarah tak terlupakan bagi Aremania, Arema dan seluruh masyarakat Indonesia.
Jangan sampai peristiwa itu terjadi kembali. Jangan pula menjadikan patung Singa Tegar Jawara sebagai objek kesedihan dan kelakar tak bertuan. Jangan sampai fokus kita teralihkan. Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan sampai akar akarnya. Karena kami, menolak lupa.
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko