Tugumalang.id – Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang pesat dan mengubah berbagai aspek kehidupan kita dari yang kecil hingga besar. Banyak kegiatan yang sebelumnya dilakukan secara langsung atau pada jarak tertentu kini bisa dilakukan dengan peralatan elektronik atau digital. Misalkan seperti mengatur alarm, melihat cuaca, berbelanja, bermain games, mencari resep atau informasi dan lain sebagainya.
Penggunaan alat elektronik dan digital dalam kehidupan sehari-hari kemudian meningkat pesat ketika wabah COVID-19 menyerang. Pandemi COVID-19 yang menyebar cepat dan luas menyebabkan ditetapkannya lockdown dalam jangka waktu yang sangat lama. Hal ini menyebabkan sebagian besar kegiatan kita harus dilakukan secara online baik dari sekolah, bekerja, membeli makanan, membeli barang kebutuhan dan lain sebagainya. Peningkatan rata-rata screen time setelah merebaknya wabah COVID-19 berkisar antara 2,1 jam – 4,8 jam ± 2,8 jam.
Digitalisasi dan peningkatan penggunaan alat elektronik dan digital ini menyebabkan munculnya permasalahan kesehatan bernama digital eye strain. Berdasarkan estimasi global hampir 60 juta orang terkena computer vision syndrome (CVS) atau digital eye strain. Digital eye strain (DES) atau dengan kata lain computer vision syndrome (cvs) adalah permasalahan pada mata seperti ketidaknyamanan dan gangguan penglihatan yang timbul akibat penggunaan perangka elektronik digital pada jangka waktu yang lama.
Gejala dari DES secara luas dapat dibagi menjadi gejala pada permukaan okular/eksternal seperti mata kering, sakit kepala, iritasi/mata terasa terbakar, kelelahan mata, ketidaknyamanan mata dan kesensitifan terhadap cahaya terang. Serta gejala yang lebih terkait dengan akomodasi dan anomali penglihatan binokular/ internal seperti penglihatan kabur pada jarak jauh setelah menggunakan komputer, penglihatan kabur pada jarak dekat, kesulitan untuk kembali fokus dari jarak satu ke jarak yang lain dan nyeri di belakang mata.
Keparahan dari kondisi dan gejala DES diperkirakan akan meningkat jika penanganannya tidak ditingkatkan. Untuk meringankan dan mencegah keparahan dari DES berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
1. Membatasi jumlah waktu yang dihabiskan untuk menggunakan perangkat digital. Rata-rata waktu screen time harian harus dikurangi hingga batas yang wajar atau sekitar kurang dari sama dengan 4 jam.
2. Menggunakan aturan 20-20-20 yaitu setiap 20 menit menggunakan komputer, istirahatkan mata setidaknya 20 detik dengan memfokuskan mata ke hal lain yang berjarak 20 kaki.
3. Memastikan posisi layar dari gadget yang digunakan berada pada posisi yang sesuai. Dianjurkan untuk duduk tegak di meja dengan jarak layar kira-kira 20 inci dari mata. Ketinggian layar harus diposisikan lebih rendah dari ketinggian mata, sehingga jarak pandang 15–20° di bawah ketinggian mata.
4. Memastikan resolusi dan ukuran tulisan pada perangkat digital berkualitas tinggi. Hindari penggunaan monitor dengan resolusi rendah yang bisa menyebabkan tulisan pada layar menjadi buram. Tulisan agar dapat dibaca dengan jelas ukuran fontnya minimal 12 dengan warna gelap dan latar belakang yang terang.
5. Memasang lensa pelapis anti pantulan dan juga antiglare pada perangkat digital untuk mengurangi silau dari layar dan sumber cahaya lainnya.
6. Menggunakan kacamata pelindung untuk membatasi efek negatif dari cahaya biru yang dipancarkan layar.
7. Menyesuaikan cahaya pada perangkat sesuai dengan cahaya di ruang kerja sekitarnya.
8. Mengedipkan mata secara teratur untuk mencegah kekeringan mata.
Penulis: Angelinne Ivana Simandalahi
editor: jatmiko