Tugumalang.id – Pernah merasa ingin terus makan makanan manis, bahkan setelah kenyang? Itu bukan sekadar keinginan biasa, ada alasan ilmiah di baliknya.
Gula bisa mempengaruhi otak dan tubuh dengan cara yang membuat kita sulit berhenti mengonsumsinya. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa gula dapat memiliki efek yang mirip dengan zat adiktif tertentu.
Kenapa Kita Ketagihan Gula?
Konsumsi gula memicu respons pada sistem penghargaan di otak melalui pelepasan dopamin, yaitu zat kimia yang berperan dalam menimbulkan perasaan senang.
Baca Juga: Punya Sederet Prestasi, Ini Alasan Mengapa Unikama Menjadi Salah Satu PTS Unggulan di Malang
Ahli gizi Cassie Bjork menjelaskan bahwa gula mengaktifkan reseptor tertentu di otak, yang kemudian memengaruhi pusat penghargaan dan dapat mendorong keinginan kuat untuk mengonsumsi makanan manis.
Penelitian dan percobaan pada tikus dari Connecticut College menunjukkan bahwa makanan proses manis dapat memicu aktivitas yang lebih tinggi di pusat kesenangan otak tikus dibandingkan dengan zat adiktif tertentu.
Ditambah lagi, studi di Princeton University mengindikasikan bahwa tikus dapat mengalami ketergantungan pada gula. Ini ditandai dengan gejala seperti keinginan yang kuat, peningkatan konsumsi makanan, dan gejala ‘sakau’ ketika konsumsi gula dihentikan.
Baca Juga: Pascasarjana UMM Miliki Prodi Unggulan Baru, Mahasiswa dari Dalam dan Luar Negeri
Selain efek pada otak, gula juga menyebabkan fluktuasi cepat pada kadar gula darah. Lonjakan kadar gula darah yang diikuti oleh penurunan drastis dapat menyebabkan perasaan lemas dan memicu keinginan untuk mengonsumsi lebih banyak gula. Hal inilah yang menciptakan siklus ketergantungan
Dampak Terlalu Banyak Konsumsi Gula
Menurut Harvard Health Publishing dalam artikel The Sweet Danger of Sugar, konsumsi gula tambahan berlebih telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam JAMA Internal Medicine menemukan bahwa individu yang memeroleh 17% hingga 21% dari total kalorinya dari gula tambahan memiliki 38% risiko lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular dibandingkan mereka yang hanya mengonsumsi 8% dari kalorinya dari gula tambahan.
Dr. Frank Hu, profesor nutrisi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, menegaskan bahwa semakin tinggi asupan gula tambahan, semakin besar risiko terkena penyakit jantung.
Hal ini terjadi karena konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan penumpukan lemak di hati, meningkatkan tekanan darah, serta memicu peradangan kronis yaitu faktor utama penyebab penyakit jantung dan diabetes.
Meskipun makanan manis terasa enak, konsumsi berlebihan bisa menimbulkan berbagai risiko kesehatan:
1. Obesitas & Penyakit Metabolik
Kalori dari gula sering tersembunyi dalam makanan dan minuman kemasan, meningkatkan risiko kelebihan berat badan.
2. Gangguan Gula Darah
Lonjakan dan penurunan drastis kadar gula (indeks glikemik) dapat menyebabkan kelelahan, perubahan suasana hati, dan keinginan makan lebih banyak.
3. Risiko Penyakit Kronis
Konsumsi gula berlebih dikaitkan dengan diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kerusakan hati.
Menurut World Health Organization (WHO), asupan gula tambahan sebaiknya tidak melebihi 10% dari total kalori harian, dan idealnya di bawah 5% (sekitar 6 sendok teh per hari) untuk mencegah obesitas dan penyakit metabolik.
Bahaya Gula Tersembunyi
Selain ditemukan dalam makanan manis seperti kue dan es krim, gula tambahan juga tersembunyi dalam produk sehari-hari yang tidak selalu dianggap manis, seperti roti, sup kaleng, saus salad, daging olahan, dan bahkan kecap.
Harvard Health Publishing mencatat bahwa banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengonsumsi lebih banyak gula dari yang seharusnya karena gula muncul dalam berbagai bentuk, seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, sirup jagung tinggi fruktosa, dan maltosa.
Untuk membantu dalam masalah ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengatur pencantuman Informasi Nilai Gizi (ING) pada label pangan olahan melalui Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2021.
Regulasi ini mewajibkan setiap produk makanan mencantumkan kandungan gula, sehingga konsumen dapat lebih sadar terhadap jumlah gula yang dikonsumsi dan lebih bijak dalam memilih makanan yang lebih sehat dengan memberikan informasi yang lebih transparan kepada konsumen.
Bagaimana Mengurangi Kecanduan Gula?
Harvard Health Publishing merekomendasikan beberapa strategi untuk mengurangi konsumsi gula tambahan secara efektif:
1. Batasi Minuman Manis
Minuman bersoda, jus buah kemasan, dan minuman energi adalah sumber utama gula tambahan. Pilih air putih atau teh tanpa pemanis sebagai alternatif yang lebih sehat.
2. Pilih Produk dengan Kandungan Gula Lebih Rendah
Saat berbelanja, periksa label informasi gizi dan pilih produk yang mencantumkan kandungan gula lebih rendah.
3. Konsumsi Makanan Utuh dan Tidak Diproses
Mengonsumsi lebih banyak makanan segar seperti sayur, buah, biji-bijian, dan protein tanpa tambahan gula dapat membantu menekan keinginan terhadap makanan manis.
4. Memasak makanan sendiri
Mengonsumsi masakan sendiri dapat membantu menghindari gula tersembunyi, karena kanduangan gulanya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan.
5. Ganti Pemanis Buatan dengan Pilihan Alami
Jika ingin sesuatu yang manis, pilih pemanis alami seperti madu atau buah-buahan segar dibandingkan dengan pemanis buatan.
Untuk mengatasi ketergantungan terhadap gula, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
6. Kurangi Secara Bertahap
Mengurangi gula secara tiba-tiba bisa memperburuk keinginan. Mulai dengan mengurangi sedikit demi sedikit.
7. Pilih Makanan Manis Alami
Mengganti permen atau kue dengan buah bisa membantu mengurangi keinginan makan manis.
8. Perbanyak Protein & Serat
Makanan tinggi protein dan serat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil dan membuat kita kenyang lebih lama.
9. Hindari Gula Tersembunyi
Selalu cek label makanan dan hindari produk yang mengandung banyak pemanis tambahan.
10. Retrain Taste Buds
Menurut ahli gizi Alex Caspero, RD, kita bisa melatih kembali selera agar tidak terlalu bergantung pada rasa manis dengan perlahan mengurangi asupan gula dan memilih makanan alami.
11. Olahraga Teratur
Aktivitas fisik tidak hanya membantu membakar kalori tetapi juga mengatur kadar gula darah dan mengurangi keinginan makan yang manis.
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk mendapatkan panduan yang lebih personal dalam mengurangi asupan gula.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Muhammad Veri Adrianto I (Magang)
Editor: Herlianto. A