MALANG, tugumalang.id – Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Bunga Almamater Universitas Islam Malang (Unisma) berhasil menyabet dua juara dengan kategori berbeda di ajang The 3rd International Bandung Choral Festival (IBCF) 2023.
Dua juara itu, yakni silver medal untuk mixed category dan gold medal untuk folklore category. Pada masing-masing kategori, tim ini berhasil menyisihkan 30 dan 25 tim PSM yang berasal dari banyak perguruan tinggi di sembilan negara.
“Alhamdulillah kami dapat silver medal di mixed category dan gold medal untuk folklore category,” kata Ketua PSM Bunga Almamater, Dhania Nur Ad’ha, Rabu (15/11/2023).
Selama sepekan di ajang bergengsi itu, lanjut Dhania, PSM Bunga Almamater Unisma tak hanya berkompetisi. Tapi juga mengikuti berbagai kegiatan menarik.
“Kami ada karantina. Ada choir exchange juga dengan Universitas Sultan Idris Malaysia. Kami mendapat kesempatan untuk itu,” sambungnya.
Dhania menambahkan, saat itu PSM Bunga Almamater Unisma melibatkan 39 anggota. Rinciannya, 5 official dan 33 vokalis. Adapun, dalam kategori mixed category, PSM ini membawakan aransemen lagu Gayatri dari Bali dan Naxcatur Pax dari Jerman.
Sementara di folklore category atau lagu daerah, membawakan aransemen lagu Janger dari Bali dan Benggong dari Mataram.
Baca Juga: Terinspirasi Unisma, Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta se-Kalimantan Lakukan Benchmarking
Jauh sebelum kompetisi, PSM Bunga Almamater Unisma juga turut melakukan berbagai persiapan. Dimulai dari seleksi anggota tim sejak bulan Maret 2023 lalu.
“Persiapan kami mulai di bulan Maret dengan menyaring anggota kami untuk mengikuti event di bulan November ini,” jelasnya.
Menurutnya, dalam kurun waktu sekitar 8 bulan berproses, tentu ada banyak kendala dan tantangan yang dirasakan.
Kerja sama, kekompakan, harmonisasi hingga rasa simpati, semua di uji. Namun tim ini bahu-membahu saling menguatkan untuk bisa bertahan, berjuang, dengan mempersiapkan diri semaksimal mungkin.
Anggota vokalis PSM Bungan Almamater, Rico Tomboti menambahkan, ada banyak pengalaman yang ia rasakan selama berkompetisi.
“Tantangan paling besar, harus berhadapan dengan juri dari Amerika, Sri Langka, Malaysia, hingga Singapore,” kata dia.
Menurutnya, membawakan lagu Benggong adalah yang paling sulit dan berkesan. Lagu Benggong bercerita tentang masyarakat miskin yang sedih, terpuruk, karena menjadi budak dari seorang raja pada masa penjajahan.
“Di lagu tersebut kami harus membuat suara alam, suara burung, monyet, hewan lainnya, kami harmniasikan menjadi elemen dan Alhamdulillah hasilnya sesuai harapan kami. Lagu Benggong menjadi salah satu yang nilainya tertinggi untuk folklore category, 89,” ucapnya.
Dengan begitu, ini menjadi salah satu torehan prestasi membanggakan dari PSM Bunga Almamater Unisma. Mengingat, dalam berbagai ajang, PSM ini sudah empat tahun berturut-turut meraih gold medal, tak hanya kompetisi nasional tapi juga internasional.
Terlebih, IBCF 2023 merupakan kompetisi hasil kolaborasi Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Bandung Choral Society, dan Universitas Parahyangan.
Baca Juga: Dihadiri Raja-Raja Nusantara, Unisma Siap Ekspansi ke Ibu Kota Nusantara
Berlangsung selama empat hari, pada 8-11 November 2023, kompetisi ini melibatkan sembilan negara. Yakni Indonesia, Filipina, Malaysia, Kamboja, Thailand, Singapura, Sri Lanka, Austria dan Amerika Serikat.
“Dari proses yang sangat panjang ini, yang membuat kami bangga adalah kami dari universitas swasta, satu-satunya kampus Nadlatul Ulama yang ikut bergabung, bisa bersaing dengan PTN-PTN di Indonesia seperti ISI, UGM, UNNES. Dan dari nilai akumulasi, kami bisa mendapat silver medal dan gold medal. Tentu ini semua diluar ekspektasi kami, luar biasa,” tukas Rico Tomboti.
Sementara itu, Rektor Unisma, Prof Maskuri MSi menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada PSM Bunga Almamater. Hal ini atas pencapaiannya dalam ajang yang diikuti 50 delegasi tingkat internasional.
“Kami selaku pimpinan memberikan apresiasi. Ini perlu kerja keras, apalagi membawa gelar internasional. Ini luar biasa. Mudah-mudahan menjadi motivasi bagi UKM lainnya di Unisma untuk bisa berkiprah tidak hanya nasional tapi juga internasional,” tuturnya.
Ditegaskan Maskuri, saat ini bukan lagi momentum Unisma untuk mempromosikan diri melalui laga di tingkat regional. Semua diarahkan ke ajang nasional hingga internasional.
“Karena kita masuk ke World Class University, maka ini upaya yang dilakukan mahasiswa dan dosen bisa mengepakkan sayap di level itu. Untuk mahasiswa, fasilitas student exchange, keikutsertaan di ajang internasional nenjadi bagian dari motivasi kami,” tutupnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter : Feni Yusnia
editor: jatmiko