MALANG, Tugumalang.id – Agenda rutin ‘Mbalah Aswaja’ Universitas Islam Malang (Unisma) di Masjid Ainul Yaqin kembali digelar, Rabu (21/6/2023). Kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman agama itu menghadirkan KH Ahmad Junaidi Hidayat SH sebagai pemateri.
Bersama sosok Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aqobah Jombang tersebut, ngaji bareng ini mengusung tema ‘Urgensi Sikap Wasathiyah Dalam Menyikapi Isu-Isu Kekininan Seputar Problematika Umat di Era Masa Kini’.
Rektor Unisma, Prof Dr H Maskuri MSi menyampaikan ini merupakan kali sekian terselenggaranya ‘Mbalah Aswaja’. Guna meningkatkan pemahaman terhadap ahlussunnah wal jama’ah.
“Dan ini adalah (bagian) visi dan misi Unisma yaitu bagaimana supaya Unisma yang di dalamnya ada dosen, karyawan, mahasiswa ini bisa menjadi ambasodor, duta-duta Unisma di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan pada tingkat dunia,” katanya.

Sebab itu, melaluo kegiatan ini Maskuri berhatap agar bisa menguatkan sikap moderat dan dampak positif kepada masyarakat.
“Supaya bagaimana kita bisa memberikan legacy yang positif. Sehingga kehadiran kita adalah solutif bukan menciptakan masalah baru sehingga kehidupan kita akan damai. Dan itu biasanya orang-orang yang suka bersholawat kepada nabi besar kita,” jelas dia.
Sementara itu, KH Ahmad Junaidi Hidayat memberikan apresiasi atas terselenggaranya ‘Mbalah Aswaja’ tersebut. Menurutnya, konsep kegiatan yang berlangsung khitmad diikuti antusias oleh ratusan jamaah, baik dosen, karyawan maupun para mahasiswa itu membuatnya amat tertarik.
“Jadi luar biasa. Saya melihat bahwa ini ngaji, Mbalah Aswaja. Saya kira kampus yang NU pun kadang tidak banyak yang memikirkan hal seperi ini. Makanya saya sangat merasa apreiastif sekali dan melihat ini sebagai hal yang kita apresiasi dan dukung bersama yang tidak dimiliki kampus lain,” tutur alumnus Unisma itu.
KH Ahmad Junaidi melanjutkan, bahwa dalam mengkaji konsep Aswaja tidak akan ada habisnya sebab menjadi bagian dari kehidupan seseorang dalam beragama. Dimana, dalam NU Indonesia kemudian dikembangkan menjadi istilah Wasathiyah,” sambungnya.

Wasathiyah, tambahnya, merupakan kehidupan yang proporsional dan benar, sehingga tidak selalu di tengah dan tidak terlalu ekstrem. “Wasathiyah bisa dilakukan orang ketika punya ilmu. Moderasi dalam kehidupan itu diperlukan ilmu pengetahuan, sehingga Unisma berkembang seperti ini, luar biasa,” bebernya.
Ia berharap perguruan tinggi, termasuk Unisma kerap melakukan kegiatan serupa. Sebab, saat ini kampus memiliki peran penting dalam menyangga moderasi beragama dan bernegara melalui konsep Ahlusunnah wal jamaah.
“Sekarang kampus harus bergerak menjadi pioner untuk menyangga. Kalau tidak, kita dalam bahaya karena Islam kita moderasi, memahami negara dengan proporsional tidak hanya dengan semangat. Kalau pondok saja, tidak bisa karena saat ini orang sudah bergerak pada dinamika keilmuan yang lebih tinggi,” tukasnya.
Reporter: Feni Yusnia
editor: jatmiko