MALANG – Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITSK) RS dr. Soepraoen kian getol menggembleng mahasiswa untuk terus ukir prestasi. Di antaranya, melalui Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) 2021 Tingkat Institusi bertajuk “Mengusung tema Mengasah Potensi, Mengukir Prestasi” yang digelar secara daring beberapa waktu lalu.
Ketua Pelaksana Pemilihan Mahasiswa Berprestasi ITSK RS dr. Soepraoen Ns. Dian Pitaloka P., M. Kep mengatakan tahun ini sudah tahun keempat pihaknya melaksanakan Pilmapres guna menjaring mahasiswa berprestasi dari Prodi Sarjana dan Prodi Diploma.
“Pilmapres di ITSK sudah dilaksanakan pada 25 Mei lalu. Tujuannya untuk menjaring mahasiswa berprestasi dari berbagai Prodi sarjana dan Prodi Diploma untuk kemudian diseleksi hingga muncul satu mahasiswa yang akan dikukuhkan sebagai Mapres Institusi yang dianggap bisa mewakili institusi untuk bisa berkiprah di tingkat nasional,” katanya
Perempuan yang juga menjabat sebagai Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni itu menjelaskan, secara teknis setiap prodi akan mengirimkan 1 orang kandidat yang sebelumnya sudah melewati tahap seleksi di tingkat prodi masing-masing. Selanjutnya, mereka akan dikumpulkan di tingkat institusi untuk kemudian diseleksi dengan berbagai indikator penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Jadi kemarin ada 9 kandidat. Dari Diploma ada 6, dari Sarjana ada 3, mereka kemudian kita nilai dari sekian banyak program studi mana yang layak,” imbuh dia
Adapun ada dua indikator penilaian yang digunakan intuk menyeleksi, yakni akademik dan non akademik. Untuk akademik, terkait naskah program inovatif yang disampaikan. Sementara untuk penilaian non akademik, dinilai dari portofolio dan pencapaian prestasi mahasiswa
“Jadi, misal ikut organisasi sebagai ketua dia dapat nilai sendiri. Kemudian di ekskul sering ikut kompetisi dan menang dalam lingkup nasional atau regional, itu ada penilaiannya sendiri jadi mereka dinilai secara komprehensif sampai di tentukan skor yang paling tertinggi diantara finalis,” papar Dian
Menariknya, meski masih dalam tingkat institusi namun ajang kreatifitas ini dikemas selayaknya kompetisi nasional. Mulai dari presentasi produk inovasi, public speaking di depan partisipan yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, cara berfikir kritis hingga kepercayaan diri.
“Jadi kami sendiri ingin membawa suasana kompetisi yang sehat di lingkup kami. Terutama di institusi, sehingga walaupun nanti para finalis tidak menang di tingkat nasional tapi mereka memiliki jiwa kompetisi yang sehat di level institusi,” tukasnya.
Ke depan, pihaknya berharap bisa fokus menggembleng para mahasiswa untuk aktif ikut serta dalam o,rganisasi kampus maupun Unit Kegiatan Mahasiswa yang dinilai mampu menjadi muaranya prestasi.
Termasuk untuk dosen supaya tidak hanya menjadi pembimbing, namun juga fasilitator yang bisa memantik semangat mahasiswa dalam bersinergi dan aktif berinovasi.
“Dosen kan juga jadi role model bagi mereka sehingga kadang kalau mereka ada di situasi yang penuh semangat penuh dengan motivasi, semangatnya juga bisa nyampai ke mahasiswa dan sebaliknya sehingga suasana suasana seperti itu yang harus kita tingkatkan, jadi tidak hanya instruksi dan instruksi tapi sinergitas dan kolaborasi yang akam terwujud,” tandasnya (ads)