Malang, tugumalang.id – Lakpesdam, LBM (Lembaga Bahtsul Masail) NU Kota Malang, dan Tim Doktor Mengabdi UB yang diketuai Prof. Dr. Moh. Fadli, S.H., M.Hum, menggelar FGD Pemetaan Turats ( Aktualisasi Kitab Kuning) dan Workshop Penyusunan Dongeng Anak Nirkekerasan Berbasis Turats.
Kegiatan yang dilaksanakan di Perpustakaan Pesantren Al Hikam Malang pada Senin (3/7/2023), menurut Prof. Fadli merupakan upaya membangun karakter bangsa.
“Membangun karakter di antaranya melalui dunia seni, salah satunya melalui cerita atau dongen. Alasan suatu bangsa mengapa hebat-hebat, ya karena dalam tradisi bangsa itu ada tradisi bercerita, yaitu mendongeng,” tandas professor yang juga aktif pada isu Islam dan masyarakat adat ini.
BACA JUGA: Lakpesdam NU Kota Malang Tingkatkan Kapasitas melalui Halaqoh Politik dan Sekolah Kepemimpinan
Bahkan, menurut Prof. Fadli, salah satu pesan guru beliau dulu, KH. Achmad Shiddiq adalah “kelak yang dibutuhkan di akhir peradaban manusia adalah cendikiawan yang ulama dan ulama yang cedekiawan.”
Kegiatan ini, menurut Ketua Pusat Studi Peradaban UB ini adalah salah satu upaya menumbuhkan generasi ulama yang cedekiawan dan cendekiawan yang ulama melalui cerita-cerita ulama terdahulu, teladan nabi dan sahabat, dan bahkan cerita para nabi yang mudah dipahami anak.
Menurut KH. Drs. Moh. Nafi’, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam, apa yang dilakukan Tim Doktor Mengabdi ini mengingatkan pada salah satu pesan almarhum KH. Hasyim Muzadi di akhir-akhir hayat beliau, “salah satu yang ditangisi oleh beliau adalah bahwa anak-anak kita ini sudah lama tidak mendapatkan tarbiyah ma’rifatillah,” kata Moh Nafi’
Menurut Moh Nafi usaha Tim Doktor Mengabdi menyusun dongeng Islami nirkekerasan yang berasal dari ayat Al Quran, hadits nabi, cerita sahabat, dan teladan ulama ini searas dengan pesan pendiri Pesantren Al Hikam ini.
“Kami sangat bangga dan bahagia ketika dongeng ditulis berbasis turats,” tutur Ketua LBM NU, Ustadz Abdul Qodir Mursyid.
Menurut Abdul Qodir Mursyid, banyak kisah nabi yang bisa diceritakan kembali kepada anak-anak seperti mengapa nyamuk tidak seharusnya dibunuh, mengapa ayam berkokok di pagi hari, mengapa Nabi Nuh diberi nama Nuh, dan bahkan tentang sahabat Nuaiman yang sangat jahil.
“Kisah-kisah tadi tidak populer pada anak-anak kita, padahal kisah-kisah tadi diceritakan dalam hadits yang shohih atau kitab-kitab yang mu’tabar. tetapi, kita harus selektif juga dalam memilih kitab yang dijadikan rujukan, kita harus memastikan kitab yang digunakan referensi nanti dapat dipertanggungjawabkan,” pungkas ustadz muda ini.
Kegiatan ini juga diikuti pengurus Lakpesdam NU, santri Al Hikam, dan mahasiswa Universitas Brawijaya.(rls)
BACA JUGA: Berita tugumalang.id
editor: jatmiko