MALANG, Tugumalang.id – Di tengah gemuruh industri musik yang semakin modern, Labas Gitar Malang tetap berdiri sebagai saksi dedikasi dan kerja keras Muhammad Fauzi dalam menghadirkan gitar custom berkualitas tinggi.
Bermula di tahun 1988, usaha gitar yang terletak di Jalan Candi 3A, Karangbesuki, Kota Malang ini telah menjadi pilihan bagi mereka yang mendambakan gitar unik, dengan sentuhan personal yang tak bisa didapat dari produk massal.
Bisnis ini telah bertahan lebih dari tiga dekade, melewati berbagai perubahan zaman dan tantangan, termasuk era digital hingga dampak pandemi COVID-19.
Baca Juga: Lestarikan Musik Daerah, Museum Musik Indonesia Bakal Gelar Nusantara Bernyanyi 2
Didirikan dengan semangat untuk menghasilkan gitar berkualitas tinggi bagi kalangan musisi lokal, Labas Gitar Malang mulai mencuri perhatian sejak awal 1990-an.
Dengan bahan kayu mahoni pilihan yang diolah secara manual, Fauzi menawarkan gitar custom dengan sentuhan seni dan kualitas yang membuatnya dapat bersaing dengan produk luar negeri.
Pada masa keemasannya, gitar-gitar Labas Malang bahkan berhasil dijual hingga ke luar negeri, seperti Malaysia, Australia, dan Amerika Serikat.
“Di era 90-an, banyak musisi dari luar kota dan negara yang memesan gitar di sini,” kata Pak Fauzi, mengenang masa kejayaan usahanya.
“Semua ini terjadi karena usaha yang luar biasa, dari berbagai media sosial seperti Facebook, BBM, email hingga metode lama seperti SMS dan dari mulut ke mulut,” lanjut Fauzi.
Baca Juga: Rilis Lagu Terbaru Berjudul ‘Malang’, Cerita Musisi Hal Meniti Karier Bermusik dari Gitar Bekas
Fauzi pernah mencoba memperluas usahanya dengan mempekerjakan karyawan dan memproduksi gitar secara masal. Namun, ambisinya untuk berkembang menjadi merek besar harus ia urungkan.
Di bawah tekanan persaingan dengan merek-merek besar, dia memilih kembali ke akar usahanya yaitu gitar custom buatan tangan yang fokus pada kualitas.
“Saya pernah mencoba produksi massal dan mempekerjakan beberapa karyawan, tetapi akhirnya saya kembali sendiri, lebih menikmati proses pengerjaan dari awal hingga akhir serta menjaga kualitas gitar yang saya buat,” paparnya.
Labas Gitar Malang memang istimewa dalam segala aspek. Gitar-gitar ini dibuat dari kayu mahoni berkualitas yang langsung dipilih dan didapatkan sendiri oleh Fauzi. Modal yang diperlukan sekitar Rp200.000 hingga Rp300.000 untuk membuat satu gitar.
Gitar custom yang ia hasilkan biasanya dibanderol mulai dari Rp500.000 hingga jutaan rupiah, tergantung permintaan pelanggan. Di Labas, pesanan datang bukan hanya dari musisi profesional, tetapi juga mahasiswa dan pecinta musik yang ingin memiliki gitar custom dengan harga terjangkau.
Fauzi tak hanya fokus pada produksi gitar, namun juga membuka jasa servis untuk berbagai jenis gitar. Dalam satu bulan, ia bisa memproduksi setidaknya satu gitar custom dan melakukan servis satu gitar setiap hari.
Dengan keterampilan yang telah diasah selama bertahun-tahun, Fauzi terus berusaha menjaga keberlangsungan Labas Gitar Malang, meskipun ia mengaku kini lebih mengutamakan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga.
Tentu, pandemi COVID-19 sempat menjadi pukulan besar bagi Labas Gitar Malang. Fauzi harus memberhentikan seluruh karyawannya dan mengelola usaha seorang diri.
“Ketika pandemi, saya benar-benar berhenti jualan. Namun, pada tahun 2021, saya mulai kembali, walau kali ini lebih sederhana dan tidak sebesar dulu. Yang penting, usaha ini bisa jalan terus,” ujarnya.
Labas Gitar Malang adalah bukti ketekunan seorang perajin gitar yang terus bertahan dalam badai perubahan. Fauzi kini tidak lagi mengejar skala besar atau popularitas, melainkan menjaga kepercayaan pelanggan dengan kualitas terbaik.
Dengan gaya hidup yang kini lebih tenang, ia tetap bisa menikmati momen-momen bersama keluarga tanpa beban besar dari bisnisnya.
“Saya hanya berharap usaha ini bisa tetap berjalan dengan baik dan memberikan yang terbaik untuk pelanggan saya, karena ini adalah bentuk kecintaan saya pada musik dan kerajinan,” tambahnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Say Martua Panji Tampubolon (Magang)
Editor: Herlianto. A