MALANG, Tugumalang.id – Nama Khoiriyah (63) atau yang akrab disapa Bu Ria telah melegenda sebagai penjual kuliner ekstrem. Dulu, depotnya laris karena menyediakan hidangan sate landak. Sejak landak ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi beberapa tahun lalu, sate biawak menjadi menu andalah di Depot Sate Bu Ria.
Saat ditemui di depotnya beberapa waktu lalu, Ria mengatakan warungnya sempat ramai karena banyak yang memburu sate landak. Menurutnya, daging landak sangat empuk dan kulitnya kenyal sehingga banyak yang menyukainya.
“Daging landak itu empuk, kulitnya kayak kikil. Enak,” ujarnya.
Sejak penjualan landak dilarang, Ria mengaku depotnya menjadi sepi. Kini, sate biawak menjadi andalan di depotnya yang berada di Jalan Raya Bugis, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Meski tak selaris dulu, setiap hari ada saja pelanggan yang memesan sate biawak.
“Sekarang ada (olahan) biawak ada bulus. Tapi yang paling banyak dicari orang itu biawak. Untuk obat gatal-gatal memang bagus,” kata Ria.
Baca Juga: Kuliner Ekstrem! Olahan Ular Kobra di Singosari Malang Terus Digemari Sejak 1977
Selain diolah menjadi sate, biawak juga diolah menjadi krengsengan, abon, rambak, dan minyak. Ria membuat minyak biawak sendiri di dapurnya. Minyak biawak dipercaya bisa mengobati luka bakar. Ia juga memproduksi minyak bulus yang dipercaya bisa mempercantik kulit.
“Kebanyakan orang ke sini memang untuk cari obat, bukan untuk makanan sehari-hari. Sate biawak bagus buat mengobati gatal-gatal. Anak-anak kecil sampai dewasa pun nyari,” tutur Ria.
Ria telah berjualan sate ekstrem sejak tahun 2001. Pada saat itu ada seseorang yang menawarkan daging landak untuk dibuat sate. Ia pun menyanggupi meski tak memiliki pengetahuan cara mengolah landak.
Ia pun belajar mengolah daging landak secara otodidak dan menciptakan resepnya sendiri. Sate landak ini sangat digemari sampai-sampai Ria pun beternak landak di sebelah rumahnya. Namun, ia harus merelakan landak-landaknya kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) karena hewan tersebut berstatus dilindungi.
Baca Juga: Suasana Ekstrem Kuliner Bakso Legendaris di Kota Malang, Makan sambil Lihat Kereta Api Melintas
Saat mengolah biawak, ia pun menggunakan teknik dan resepnya sendiri. Bahkan, dulu ia menyembelih sendiri biawak yang dibawa oleh pengepul. Tapi kini ia menyerahkan tugas tersebut ke orang lain.
“Saya biasanya ambil dari pengepul yang masih hidup-hidup. Kalau dulu saya motong sendiri, kalau sekarang sudah nggak kuat,” ujarnya sambil tertawa.
Ria menyebut daging biawak memiliki cita rasa manis seperti daging kelinci. Bagi yang tak terbiasa akan kesulitan membedakan daging biawak dan kelinci. Apalagi, sate biawak yang diolah Ria disajikan bersama dengan bumbu kacang layaknya sate ayam dan kambing. Sehingga, sekilas tak ada bedanya sate biawak ini dengan sate-sate lainnya.
Meski terkenal karena menyediakan sate ekstrem, Ria juga menyediakan sate ayam dan kambing. Ia menyadari tak semua orang menyukai sate ekstrem. Oleh karena itu ia menyediakan opsi hidangan biasa untuk makanan sehari-hari.
“Kalau yang ekstrem nggak semua orang mau. Untuk makanan sehari-hari ada kambing dan ayam,” kata Ria.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko