Tugumalang.id – Sosok Kokok Herdhianto Dirgantoro mungkin sudah tak asing lagi. Ia adalah kader Partasi Solidaritas Indonesia (PSI) yang kini dipercaya maju sebagai calon legislatif (caleg) daerah pemilihan (dapil) Malang Raya untuk DPR RI pada pemilu mendatang.
Terjun ke dunia politik mungkin tak terbayang dalam benak Kokok Dirgantoro sebelumnya. Sembari menyelesaikan kuliahnya, ia pun nekat mendaftar sebagai jurnalis. Kemampuan komunikasi yang makin terasah mendorongnya mendirikan perusahaan di bidang konsultan komunikasi hingga akhirnya juga masuk dalam dunia politik.
Awali Karir Jadi Jurnalis Hingga Dirikan Perusahaan Sendiri
Politikus kelahiran 17 Agustus 1976 yang akrab disapa Kokok ini mengawali karir sebagai jurnalis Jawa Pos pada tahun 2000. Ia mendaftarkan diri walau saat itu tak memiliki bekal sebagai wartawan. Apalagi saat itu statusnya masih sebagai mahasiswa di Universitas Brawijaya Malang.
Baca Juga: 80 Persen Bacaleg di Kota Batu Tak Penuhi Syarat Bahkan Tergabung di 2 Partai
“Saya sempat di Jawa Pos tahun 2000-2002. Walau dulu kuliahnya di Brawijaya jurusan studi pembangunan di ekonomi,” kisahnya saat bersilaturahmi ke kantor Tugu Media Group, Selasa (25/7/2023).

Usai jadi wartawan, ia sempat mencoba peruntungan dengan beralih profesi dalam dunia perbankan. Berbekal pengalamannya sebagai wartawan, ia dipercaya sebagai staf media relations. Namun kondisi dan kebutuhan keluarga memunculkan keinginan untuk berwirausaha.
Kokok akhirnya resain dan memilih mendirikan perusahaan konsultan komunikasi pada tahun 2005. “Ayah saya meninggal, tidak cukup dana untuk biayai adik. Apalagi saya sudah menikah,” tuturnya.
Ia pun coba mengambil pangsa pasar berbeda. Bila konsultan komunikasi lainnya bergerak di bidang strategi marketing sebagai bagian dari biaya produksi, ia lebih memilih masuk ke ranah non-market strategi. Di mana terdapat kebutuhan komunikasi perusahaan dengan masyarakat maupun ke pemerintah.
Baca Juga: Sinyal Golkar dan Demokrat Gabung Koalisi, Gus Imin: Banyak Partai Makin Bagus
“Non market strategi ini terutama berkaitan komunikasi. Nah ketika saat itu saya lihat belum banyak di-Indonesia,” terangnya menjelaskan peluang usaha yang ia kerjakan saat itu.
Kokok Dirgantoro bersyukur kala itu mendapatkan suntikan modal dari rekanan. Perusahan konsultan komunikasi yang ia dirikan bersama beberapa rekan bisnisnya pun sanggup terus berjalan hingga ia berpamitan untuk mendirikan perusahaan sendiri pada 2013.
“Terus 2013 saya pamit bikin perusahaan sendiri, Opal communication. Dengan pegawai sekarang 15 orang,” jelasnya.
Dengan jerih payahnya bersama tim, ia pun berhasil menggaet beberapa perusahaan dan lembaga besar sebagai klien. Namun Kokok menyadari jika profesionalisme adalah nomer wahid sehingga perusahaanya tak muluk-muluk mencari klien sebanyak-banyaknya.
“Perusahaannya pun tak pernah mengambil klien berlebihan karena ingin para pegawainya tetap bisa istirahat dan bekerja secara seimbang. Kasihan mas mereka, konsultan ini kan kerjanya berat,” imbuh Kokok.
Bertekad Bela Hak Perempuan, Termasuk Cuti 6 Bulan Bagi Ibu Melahirkan
Perjuangan membela perempuan berawal dari kondisi keluarganya sendiri. Usai melahirkan anak, sang istri pun mengambil cuti 3 bulan sebagaimana mestinya. Namun ternyata waktu tersebut dirasa Kokok tak cukup. Apalagi melihat perkembangan buah hati yang harus terus mendjapat perhatian dan ASI eksklusif dari istrinya.
“Saya bikin kebijakan cuti karena cuti 3 bulan ndak cukup. Akhirnya mau gimana milih resain. Milih anak apa resign,” tuturnya.
Hal ini pun berdampak pada penghasilan keluarga. Kokok pun harus menjadi tulang punggung bagi keluarga setelah istrinya memutuskan keluar dari pekerjaan dan memilih merawat sang anak. Usai beribadah, perbincangan ia dan istri melahirkan semangat dan ide untuk mewujudkan cuti melahirkan yang lebih lama dan cukup bagi para pekerja perempuan.
“Bu, kalau kita punya perusahaan, aku mau cuti melahirkannya 6 bulan,” ujarnya mengenang perjuangan dengan sang istri pada 2004. Mendengar kata-kata itu, istrinya hanya cengar cengir.
Namun tekad dan perjuangnya tak sia-sia. Usai berhasil mendirikan perusahaan sendiri, pada 2015 ia pun mewujudkan kebijakan cuti 6 bulan bagi karyawati melahirkan di perusahaanya. Ia mengaku bahwa kebijakan itu memiliki dampak besar.
Cuti 6 bulan, menurut Kokok, dapat berkontribusi langsung dalam upaya pencegahan stunting. “Ternyata apa, dengan kebijakan itu, cuti 6 bulan, ASI eksklusif 6 bulan langsung dapat mencegah stunting, anak juga jauh lebih kuat, mengurangi beban biaya berobat,” terangnya lagi.
Terjun ke Politik, Berkenalan dengan PSI dan Dorongan Hati Nurani
Bersentuhan langsung dengan kebijakan cuti melahirkan di perusahaan dan keluarganya, membuat Kokok akhirnya mempelajari dan ikut terlibat isu-isu perempuan. Ia lalu menyadari tak banyak pihak yang memperjuangkan isu perempuan.
“Dari situ. Isu-isu perempuan ternyata minim yg memperjuangkan di politik. Harusnya ini disusun menjadi policy paper dan diperjuangkan. Ia pun memutuskan bergabung ke dunia politik untuk memperjuangkan apa yang ia Yakini. Mulailah Kokok mencari partai politik walau tak memiliki latar keluarga politik sama sekali.
“Akhirnya dari situ saya nyari. Partai apa yg concern sama isu perempuan dan tidak terkontaminasi korupsi,” tuturnya sebelum akhirnya memutuskan bergabung ke Partai Solidaritas Indonesia.
Usai bergabung, Kokok langsung terlibat aktif dalam berbagai kegiatan hingga akhirnya diminta mencalonkan diri sebagai calon legislatif DPR RI pada 2019. Ia pun mendaftar lewat Dapil Banten III, yang mencakup Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.
Bila banyak Caleg bertarung dalam Pemilu dengan modal besar, tak demikian bagi Kokok. Pada langkah awalnya menuju senayan, Ia mengaku tak punya cukup dana seperti calon lain yang memasang baliho di berbagai tempat, atau bahkan menggaji tim professional.
Masa kampanye selama 8 bulan ia lakoni dengan berkunjung ke 150 titik. Kokok Dirgantoro datang ke berbagai titik dan berusaha mendengar langsung keluh kesah masyarakat. Selama turun ke masyarakat, ia tak pernah ditolak sekalipun, walau isu miring tentang partainya kerap berhembus.
Dalam pemilu 2024 mendatang, Kokok pun diberi amanat untuk mendaftar dan maju Kembali sebagai calon legislatif. Berbeda dengan pemilu sebelumnya, kali ini ia pulang Kembali ke tanah kelahiran ibunya dan tempat dia kuliah untuk turut meramaikan konstestasi lewat Dapil Malang.
“Saya balik ke malang. Ya target saya lolos mas. Tahun ini kita punya 14000 caleg secara nasional. Ya diluar dugaan kami,” ujarnya menceritakan kesiapan PSI menyambut Pemilu 2024.
Namun ia sadar persaingan di Malang lumayan berat. Menurutnya, Dapil Malang agak mirip dengan Tangerang karena Malang raya terdiri dari 3 wilayah administatif yang berdekatan, yakni Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu.
Walau begitu, ia tetap optimis. Ia membagikan kisah sukses beberapa kader PSI yang berhasil menjadi wakil rakyat namun datang dari kalangan biasa. Bukan dari kalangan politisi atau pengusaha berduit.
“Beberapa kader psi yang berhasil bahkan dari kalangan biasa. Mulai dari ojol, ibu rumah tangga, satpam rumah sakit juga bahkan ada,” jelasnya. Bahkan, para wakil rakyat dari masyarakat biasa ini malah lebih galak dan getol menyuarakan suara masyarakat.
Menyambut masa kampenye mendatang, ia melihat persaingan media sosial jadi salah satu poin paling menentukan. Sebagai konsultan komunikasi, Kokok melihat bahwa isu trending di media sosial dengan mudah menjadi bahan pemberitaan media konvensional.
“Media sosial di-drive sama media konvensional. Sekarang kebalik, dari media sosial yang mengendalikan media konvensional. Bagaimana informasi bisa dikendalikan oleh influencer, atau orang-orang yang tidak pernah kita temui,” jelas Kokok di penghujung silaturahmi.
Penulis: Imam A. Hanifah
Editor: Herlianto. A