Malang, tugumalang.id-Prof. Drs. H. Junaidi Mistar, M.Pd., Ph.D adalah seorang guru besar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNISMA MALANG. Dikukuhkan sebagai guru besar pada bidang keilmuan pendidikan bahasa Inggris di Unisma pada awal tahun 2016 tepat di usia 49 tahun.
Pada tahun 1986 Junaidi muda lulus dari Sekolah Pendidikan Guru Lumajang. Kemudian mendaftarkan diri di STKIP Malang di tahun yang sama. Kala itu Junaidi muda memilih jurusan Bahasa Inggris dengan alasan yang hingga kini tidak bisa menjelaskan alasannya.
Dengan keyakinan yang kuat Junaidi memberanikan diri untuk mengikuti seleksi masuk pada STKIP Malang. Kala itu pendaftar mencapai angka 1907. Namun kursi yang disediakan hanya 25 kursi saja.
”Karena 5 kursi lain sudah diisi siswa dengan jalur prestasi,” tutur Junaidi saat di wawancarai Tim Tugu Malang pada 21 November 2023 lalu.
Berbekal lulusan terbaik di SPG-nya, Junaidi muda berhasil diterima pada jurusan pendidikan bahasa Inggris di kampus tersebut.
Baca Juga: Kepala LLDIKTI Wilayah 7 Dorong Percepatan Guru Besar Unisma
Membawa harapan keluarga dan desanya, Junaidi muda kuliah dengan penuh semangat hari-hari selama opspek dijalaninya. Kala itu ia dipercaya menjadi ketua kelompok dan ketua kelas.
Namun alangkah kagetnya di saat hari pertama ia mengikuti perkuliahan di kelas yang semua dosennya langsung menggunakan bahasa Inggris full.
Junaidi yang berasal dari SPG tidak dapat mengikuti perkuliahan. Karena selama sekolah di SPG, ia sama sekali tidak mendapat pelajaran bahasa Inggris. Sebulan berlalu ia jalani walau hampir setiap mau berangkat dan pulang selalu muntah-muntah akibat stres yang berlipat-lipat.
Junaidi muda harus menanggung harapan besar keluarga juga kesulitan memahami pelajaran di kelas yang sama sekali tidak ia pahami.
Pada bulan kedua ia memberanikan diri untuk menghadap dosen wali berkonsultasi terkait kondisinya,
“bu! Saya tidak dapat memahami sama sekali pelajaran yang ada di kelas bagaimana jikalau saya pindah jurusan saja?” ujar Junaidi kepada sang dosen wali.
Baca Juga: Unisma Kukuhkan Guru Besar Bidang Ilmu Biomedik FMIPA
“janga jun! kamu harus terus bertahan saya yakin kamu bisa,” ucap sang dosen wali sambari memberikan support pada Junaidi yang sangat terlihat tanpa harapan dan penuh keputusasaan.
Hingga kemudian sang dosen wali memberikan kelas tambahan yang dikhususkan pada mahasiswa yang senasib dengan Junaidi. Akhirnya Junaidi mulai ada harapan untuk bangkit dan bertahan hingga bulan ketiga.
Namun pada bulan ketiga Junaidi merasa putus asa kembali dan memberanikan diri untuk menghadap sekretaris prodi. Memohon agar bisa pindah jurusan, namun hal itu juga ditolak.
Lalu Junaidi menghadap kepada ketua jurusan yang kala itu dijabat Nuril Huda. “Jun! jika saya membiarkan kamu berpindah jurusan sekarang maka keputusan ini akan kamu sesali selamanya. Saya yakin kamu bisa mengejar teman-temanmu,” nasehat sang ketua jurusan.
Namun Junaidi muda dengan keputusasaan masih membantah dengan ucapan. “Pak, yang akan saya kejar adalah mereka yang sudah pandai berlari sedangkan saya masih akan belajar merangkak.”
Namun sang ketua jurusan masih enggan untuk memindahkan Junaidi muda dari jurusanya.
Akhirnya Junaidi muda terpaksa melanjutkan karena semua jalur yang ditempuhnya sudah buntu. Dari kebuntuan dan stresnya itu ia berinisiatif untuk mengajak teman-temannya yang juga senasib dengan dirinya membuat sebuah kelompok belajar yang diberi nama “The Underdeveloped Student”, kelompok tersebut beranggotakan 3 orang yang sama-sama berasal dari SPG namun berbeda daerah.
Dari hasil kegigihanya belajar bersama teman-teman The Underdeveloped Student, ia mampu menyelesaikan studi s1 nya pada semester 9 dan langsung diangkat menjadi pegawai negeri sipil sebagai dosen yang ditempatkan di Universitas Islam Malang.
Tiga tahun menjadi seorang dosen Junaidi dipanggil oleh Rektor Unisma kala itu dijabat KH Tholhah Hasan untuk kemudian diperintahkan melanjutkan studinya ke program magister.
Seketika bayangan mahasiswa tergobloknya dulu timbul dalam pikiran Junaidi. Sontak ia menolak dengan menceritakan pengalamanya waktu studi S1, dan pak Tolhah pun memberikan waktu untuk mempersiapkan diri selama satu tahun.
Setahun berlalu dan Junaidi mau tidak mau harus menjalankan perintah pimpinannya untuk study magister. Kemudian junaidi mendaftar di kampus yang sama yakni STKIP Malang pada tahun 1994.
Kali ini nasib berpihak padanya, Junaidi muda tidak lagi menjadi mahasiswa tergoblok di kelasnya. Bahkan ia juga mendapat beasiswa, ia juga kebetulan satu kelas dengan sekretaris jurusan waktu ia studi S1. Waktu study dijalani dengan lancar hingga pada saat kelulusan tiba, junaidi dinobatkan menjadi lulusan terbaik program pascasarjana STKIP Malang.
Pembuktian ucapan sang ketua jurusan sebelas tahun sebelumnya akhirnya terbukti. Secara kebetulan rektor yang mengukuhkan Junaidi pada saat wisuda adalah ketua jurusan yang kala itu tidak membolehkan Junaidi muda berpindah jurusan.
“Jun! seandainya saya membolehkan kamu untuk berpindah jurusan waktu itu saya tidak akan pernah melantik kamu sebagai lulusan terbaik hari ini” ucap Prof. Nuril dengan bangga pada anak didiknya itu.
“saya akan memberikanmu hadiah khusus jun, yakni beasiswa S3 full di STKIP Malang,” lanjut Prof Nuril.
Junaidi pun menjawab dengan penuh harap. “Namun saya ingin mengikuti jejak njenengan pak!” “apa itu jun?” tanya Prof Nuril. “Saya ingin mendapat kesempatan merasakan study di luar negri pak!” jawab Junaidi.
Prof. Nuril Pun menjawab, “tidak masalah jun, kamu ambil saja kesempatan ini sambil lalu nanti kita cari peluang untukmu study PhD di luar negeri.”
Setelah belajar selama satu semester Junaidi akhirnya mendapat peluang beasiswa penuh ke Monash University di Australia dan ia pun mengundurkan diri dari STKIP Malang dan terbang ke Australia study PhD di sana.
Pada tahun 2002 Junaidi pulang dengan membawa gelar PhD dari Monash University. Kemudian melanjutkan profesinya mengajar sebagai dosen di FKIP Unisma. Hingga kemudian dikukuhkan sebagai guru besar pada bidang pendidikan bahasa Inggris pada awal tahun 2016.
Prof Junaidi berpesan. “Janganlah kamu insecure walau hari ini kamu tidak bisa sepintar teman-temanmu di kelas, asal tidak berhenti belajar dan kuatkan keyakinan kamu akan bisa menyamai. Bahkan melebihi teman temanmu yang sekarang sedang berlari.”
Puntuk diketahui Prof. Junaidi adalah profesor kedua dari 29 teman-teman kelas saat kuliah S1 dulu.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Penulis: Jakfar Shodiq (Magang)
editor: jatmiko