Malang, Tugumalang.id – KH Marzuki Mustamar menyampaikan pesan pentingnya tabayun untuk menyelesaikan masalah. Hal itu disampaikan dalam acara ‘Hormat Sang Guru’, yang diinisiasi para alumni dan santri Ponpes Sabilurrosyad Gasek Malang di Cemara Ballroom, Singosari, Malang pada Rabu (3/1/2024) malam.
Acara Hormat Sang Guru itu didedikasikan para alumni dan santri, pasca PBNU memberhentikan KH Marzuki Mustamar sebagai Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.
Dalam kesempatannya, KH Marzuki menyampaikan bahwa pihaknya menghormati keputusan PBNU yang memberhentikannya. Namun dia mengatakan bahwa di dalam surat pemberhentiannya tak diterangkan apa kesalahannya.
“Sebagai keputusan organisasi, kami menghormati keputusan itu. Tapi karena tak disebutkan kesalahan saya apa, hanya disebutkan atas usulan Suriah Jatim maka saya juga tak bisa komentar apa apa tentang pemberhentian itu. Karena tidak ada tulisan menyebut kesalahan apa apa,” jelasnya.
Baca Juga: Ini Pesan KH Marzuki Mustamar untuk Nahdliyin Jika Dicopot Sebagai Ketua PWNU Jatim
Dia menyampaikan bahwa siapapun yang tak perlu membesarkan persoalan ini. Kecuali mendoakan agar NU lebih besar, NU tetap rukun, antara NU dan Muhammadiyah rukun.
Dia juga menyampaikan pesan kepada seluruh pengurus NU di tingkat terbawah agar selalu mengedepankan tabayun ketika ada persoalan. Melalui tabayun, fakta fakta informasi akan semakin terang benderang.
“Saya minta siapapun yang jadi pengurus NU sampai ranting atau level apapun, kalau ada masalah kalau bisa duduk bersama, dikonfirmasi, klarifikasi, kumpulkan bukti selengkap lengkapnya. Perintah Al Quran juga gitu, tabayun,” tuturnya.
“Jangan sampai menyesal, terlanjur divonis ternyata tidak salah, tidak divonis ternyata salah. Maka tabayun itu penting,” lanjutnya.
Menurutnya, tabayun juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Hal ini menurutnya penting sebelum memutuskan sesuatu.
“Ke depan kalau bisa kalau ada laporan dari siapapun, terlapor dipanggil agar dapat informasi secara berimbang,” ujarnya.
“Anda nanti kalau punya anak cucu, kadang ada anak yang lapor gini gini. Jangan sampai langsung divonis, harus dipanggil bersama,” imbuhnya.
Dalam kesempatannya, KH Marzuki juga membongkar ilmu kenalaran dari Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid, Presiden RI keempat. Dia menyampaikan, Gus Dur pernah bertanya apa bukti kehebatan ulama nusantara.
Ternyata, kata Gus Dur, kehebatan ulama nusantara adalah tetap menjaga dan tak merusak peninggalan Budha maupun Hindu meski telah menang berdakwah hingga membuat nusantara mayoritas beragama muslim.
Baca Juga: KH Marzuki Mustamar Bantah Dukung Salah Satu Capres 2024
Dikatakan, candi candi bersejarah seperti Candi Badut, Candi Singosari, Candi Prambanan, Candi Penataran hingga Candi Borobudur tetap utuh meski berada di tengah tengah masyarakat muslim.
“Ternyata Gusdur membuka nalar yang luar biasa. Pertama, pendeta pendeta Hindu yang kehilangan umat karena ikut Wali 9 tentu kecewanya luar biasa. Maka jangan menambahi luka mereka. Dengan menjaga peninggalan Hindu Budha itu lumayan sangat mengobati kekecewaan mereka,” bebernya.
“Kedua, dengan komitmen menjaga dan tidak merusak candi candi itu, ternyata ada timbal balik luar biasa dari warga Hindu di Bali. Tanpa diminta, pecalang pecalang di Bali mau menjaga makam Wali 7 di Bali,” imbuhnya.
Ulama ulama nusantara kata Gus Dur telah mengajarkan bahwa saling menghormati sesama adalah kunci kerukunan dan kedamaian. Dikatakan, saat ini Candi Borobudur penjaganya mayoritas merupakan muslim. Sementara makam Wali 7 di Bali penjaganya juga umat Hindu.
“Semoga kita bisa belajar dari Gus Dur. Kalau orang non muslim aja tidak disakiti hatinya, masak sesama muslim menyakiti hati,” tandasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko