Tugumalang.id – Dalam Goes To School 2021, Tugu Media Group bersama PT Paragon kembali melaksanakan program Pelatihan Jurnalistik dan Desain Grafis yang kali ini dilaksanakan di SMAN 1 Pagak, Malang.
Kepala Sekolah SMAN 1 Pagak, Eny Retno Diwati SPd MPd, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan yang dilaksanakan secara daring, pada Jumat (09/04/2021).
“Saya sangat berterima kasih karena diberikan kesempatan untuk bisa mendapatkan ilmu dan sharing tentang jurnalistik,” ujarnya
Perempuan berhijab ini berharap, kerja sama ini dapat terealisasi lebih jauh guna meningkatkan kompetensi dan kualitas para siswa.
“Tak hanya ekstrakurikuler jurnalistik, ada juga dari ekstrakurikuler lain yang hadir termasuk siswa double track yang tergabung di desain grafis. Saya imbau untuk bisa mengikuti dengan baik karena kesempatan seperti ini tidak diberikan kepada semua sekolah, apalagi kita yang notabenenya berada di paling ujung Kabupaten Malang harus digunakan sebaik-baiknya agar tak sia-sia,” sambungnya.
Sementara itu, Koordinator Liputan Tugu Jatim ID, Gigih Mazda, membeberkan materi terkait teknik-teknik wawancara. “Wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi,” terangnya.
Dalam teknik wawancara, Gigih mengatakan, dibutuhkan skill menggali informasi, menguji informasi, konfirmasi informasi, dan mendapatkan statement.
Lebih lanjut, pria berkacamata ini menyebut, ada 5 jenis wawancara yang harus dipahami setiap para audiens.
“Pertama ada wawancara berita dimana wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan keterangan, konfirmasi, atau pandangan narasumber terhadap suatu masalah atau peristiwa,” jelasnya.
“Kedua adalah wawancara personal yang menggali data tentang data diri dan pemikiran narasumber, contohnya adalah profil, cerita atau kisah, tanggapan (biasanya terkait profesi),” imbuhnya.
Selanjutnya, kata dia, ada wawancara eksklusif yang dilakukan satu jurnalis atau lebih (tapi dari satu media) secara khusus dengan narasumber, biasanya membahas masalah tertentu di tempat yang telah disepakati bersama oleh pewawancara dan narasumber.
Lanjut dia, kemudian wawancara sambil lalu disebut juga casual-interview, wawancara yang dilakukan tidak secara khusus, berlangsung secara kebetulan, tidak ada janji lebih dulu dengan narasumber. Contohnya wawancara di sela acara.
“Dan terakhir adalah wawancara keliling atau juga disebut juga man in the street interview, wawancara yang dilakukan dengan menghubungi berbagai narasumber secara terpisah, yang satu sama lain mempunyai kaitan dengan masalah atau berita yang hendak ditulis,” lanjutnya.
Gigih juga mengatakan, ada beberapa tips yang bisa dilakukan sebelum dan ketika melaksanakan wawancara dengan narasumber. “Buat janji waktu dan lokasi untuk bertemu demi melaksanakan wawancara. Kemudian siapkan alat tulis untuk mencatat data wawancara, atau bisa menggunakan alat perekam untuk merekam hasil wawancara. Lakukan riset mengenai materi wawancara. Dan mulai susun daftar pertanyaan sebelum memulai wawancara,” bebernya.
“Kemudian saat wawancara, mulailah dengan memperkenalkan diri dengan ramah dan kemukakan maksud wawancara. Kemudian sampaikan kapan mulai wawancara dan berapa durasi wawancara yang diinginkan,” jelasnya.
Dia juga mengatakan, saat wawancara usahakan awali dengan pertanyaan ringan dan membuat narasumber nyaman selama wawancara.
“Setelah wawancara akan berakhir, lakukan evaluasi catatan dan ucapkan terima kasih saat selesai,” pesannya.
Pria asli Kecamatan Turen, Kabupaten Malang ini mengatakan, pemilihan narasumber juga sangat penting. Semakin terlibat langsung dalam suatu peristiwa, maka narasumber dianggap semakin kompeten.
“Derajat pertama adalah pelaku langsung, dalam perisitiwa kejahatan, maka pelaku dan korban memiliki kedudukan kompetensi yang utama,” jelasnya.
“Derajat kedua adalah saksi mata yang merupakan orang yang mengetahui dari sudut pandang orang ketiga terkait adanya suatu peristiwa, misalnya menyaksikan pelaku dan korban saat peristiwa kejahatan,” imbuhnya.
Dan derajat ketiga, lanjut dia, adalah ahli atau pengamat, sehingga hanya disarankan hanya sebagai rujukan, pembanding, dan untuk menjelaskan hal-hal teknis.
Diketahui, kegiatan ini merupakan serangkaian program Goes To School dari Tugu Media Group dan Paragon. Terdapat dua materi dengan narasumber berbeda di setiap sesinya.
Selain materi dari Gigih, materi jurnalistik kali ini juga membahas kode etik dan menulis berita yang disampaikan oleh Wartawan Tugu Malang ID, Rizal Adhi, dan materi desain grafis oleh Tim Desain Tugu Malang ID, Dicky.
Juga ada beauty class bertema Healthy Skin from the Beginning oleh Salsa dan Sulis dari Beauty Advisor (BA) Wardah Malang yang menambah keseruan acara.
Reporter: Feni Yusnia & Rizal Adhi
Editor: Lizya Kristanti