MALANG, Tugumalang.id – Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang (UM) menggelar webinar dengan tema School Based Mental Health (SBMH) atau kesehatan mental berbasis sekolah secara daring selama dua hari, yakni 23-24 September 2023.
Ketua pelaksana Ulfa Masfufah menjelaskan, kegiatan ini merupakan implementasi dari Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB).
Kegiatan ini berlangsung antusias dengan diikuti oleh peserta sebanyak 54 orang dari berbagai instansi. Di mana 90 persen dari peserta berasal dari instansi pendidikan formal dan selebihnya cukup beragam, dari lembaga pelatihan hingga unit pelaksana teknis.
Baca Juga: Respons Isu Kesehatan Mental di Era Digital, Fakultas Psikologi UM Buka Program S2 Sains Psikologi
Menurut Ulfa, program ini adalah bagian dari usaha institusi pendidikan yang dalam hal ini Fakultas Psikologi UM guna menjalankan perannya untuk menjaga keterhubungan dengan alumni.
“Meskipun pada praktiknya kegiatan ini juga terbuka untuk diikuti selain alumni Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang. Keterbukaan untuk diikuti selain alumni ini, merupakan bagian dari komitmen menyebarluaskan keilmuan dan asas kebermanfaatan bagi masyarakat,” ujarnya.
Pelatihan ini dibuka oleh Wakil Dekan I Fakultas Psikologi UM, Nur Eva. Program ini dilaksanakan dalam 6 sesi, masing-masing pemateri membawakan 2 sesi dengan tema yang berbeda untuk masing-masing sesi.
Terdapat tiga pemateri dalam kegitan terserbut. Yakni Dosen Fakultas psikologi UM Dewi Fatmasari Edy; lalu pemateri dari unsur praktisi sekaligus Konselor di Yayasan Komunitas Perlindungan Perempuan dan Anak Nusantara (KOPPATARA) Laila Sa’adah; dan pegiat riset aksi dan maping sosial, Ahmad Fahmi Zakaria.
Baca Juga: 5 Tips Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital
Dewi Fatmasari Edy yang memberikan materi tentang konsep mental health dan School based mental health. Dewi menjelaskan jika sehat mental adalah hak setiap orang dan perlunya lembaga pendidikan membuat program yang juga mendukung terciptanya hal ini sebagai salah satu lingkungan yang anak dan remaja menghabiskan sebagian besar waktu mereka disana.
Selanjutnya, Laila Sa’adah memaparkan tentang Psychological First Aid (PFA) dan konseling sederhana bagi non profesional atau non konselor.
Ia turut memberikan contoh pengalaman bagaimana memberikan layanan konseling bagi peserta didik, dan bagaimana melakukan pendampingan terhadap siswa untuk membentuk peer counselor atau konselor sebaya termasuk bagaimana membekali keterampilan PFA atau pertolongan pertama masalah psikologis di sekolah.
Ahmad Fahmi Zakariya mengusung tentang maping sosial dan pembuatan program kesehatan mental berbasis sekolah yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing lembaga.
Miza, sapaannya juga berbagi pengalaman cara mengelola potensi dan kesempatan untuk membuat sebuah program. Selain ABCD (asset based community development) secara konseptual pemateri juga memberikan contoh cara kerja pendekatan ABCD untuk membuat sebuah program.
Pada materi ini peserta juga mendapat tugas untuk membuat program berdasarkan pendekatan ABCD yang sesuai dengan karakteristik masing-masing lembaga.
Fasilitator memberikan kesempatan para peserta menyajikan tugas yang diberikan oleh pemateri, dalam kesempatan ini beberapa peserta mampu memberikan konsep program yang bisa dilakukan oleh lembaga secara berkelanjutan.
Pada setiap sesi juga diberikan pengukuran sebagai upaya untuk mengukur efektifitas pelatihan, dan di akhir sesi pembawa acara mempersilahkan peserta untuk memberikan evaluasi selama berjalannya kegiatan.
Sebagai informasi, program ini terlaksana atas pendanaan penuh dari Lembaga Pengabdian dan Pengabdian Kepada Masyarakat LP2M Universitas Negeri Malang.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A