Tugumalang.id – Generasi milenial pada era sekarang tak bisa lepas dari media sosial. Seringkali keluhan-keluhan dilontarkan lewat postingan di media sosial. Namun, patut diwaspadai keluhan yang diunggah secara berlebihan dapat diindikasi mengidap factitious disorder yang bisa terjadi pada siapa saja.
Factitious disorder atau gangguan buatan merupakan penyakit mental akut di mana seseorang bertindak seolah-olah mereka memiliki penyakit fisik atau psikologis dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
Penderita factitious disorder biasanya berpura-pura sakit tanpa ada alasan yang jelas. Mereka yang mendidap penyakit ini akan sering mengeluh sakit meskipun kondisi sebenarnya baik-baik saja, kemudian mengunggahnya di media sosial. Mereka juga tidak ragu berbohong tentang kondisinya hanya untuk mendapatkan simpati dan perlakuan baik dari keluarga, teman-teman, termasuk lawan jenis untuk berbagai tujuan.
Dilansir dari Cleveland Clinic, gangguan buatan terdiri dari dua jenis yakni gangguan yang dipaksakan pada diri sendiri dan gangguan buatan yang ditujukan pada orang lain. Gangguan yang dipaksakan pada diri sendiri meliputi pemalsuan gejala psikologis atau fisik.
Contoh dari gangguan buatan psikologis ini yaitu dengan meniru perilaku yang khas dari penyakit mental seperti skizofrenia. Penderita akan berbohong dengan berperilaku seolah-olah mengalami hal-hal yang sebenarnya tidak ada seperti mendengar suara-suara tertentu.
Sedangkan contoh dari pemalsuan gejala fisik meliputi meminum obat untuk memicu diare dan muntah, membuat luka menjadi infeksi, bahkan menelan produk berbahan kimia yang beracun seperti produk pembersih dan produk-produk berbahaya lainnya.
Sementara itu, gangguan buatan yang ditujukan pada orang lain lebih mengarah pada tindakan yang merugikan orang di sekitar mereka di mana korbannya meliputi anak-anak, orang dewasa lanjut usia, bahkan hewan peliharaan.
Contoh dari gangguan buatan ini yaitu seorang ibu yang sengaja menyakiti anaknya untuk mendapat perhatian, dengan begitu diagnosis penyakit psikologis yang diberikan mengarah ke pelaku bukan pada korban.
Lalu apa saja sih penyebab factitious disorder?
1. Riwayat penyakit masa kecil yang serius
Riwayat penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak memungkinkan berperan dalam perkembangan gangguan buatan terutama riwayat penyakit dengan gejala yang memerlukan rawat inap.
2. Trauma masa kecil atau korban pelecehan
Sebuah studi tahun 2014 memaparkan bahwa orang yang memiliki trauma atau pernah menjadi korban pelecehan mencari dukungan lewat media sosial dan sebagian besar korban tersebut melaporkan tindakan pelecehan yang pernah mereka alami terjadi pada masa anak-anak. Citra diri yang rendah merupakan salah satu faktor penyebab factitious disorder.
3. Pengembangan otak
Penelitian yang mengeksplorasi kimia otak dan perbedaan perkembangan pada orang dengan factitious disorder masih terbatas. Namun, beberapa bukti memang menunjukkan hubungan potensial antara factitious disorder dan perbedaan dalam perkembangan otak, termasuk gangguan fungsi di belahan otak kanan.
4. Pekerjaan
Orang dengan kondisi factitious disorder biasanya bekerja di bidang kesehatan atau medis.
—
Perawatan utama untuk factitious disorder adalah psikoterapi (sejenis konseling). Perawatan ini lebih berfokus pada perubahan pemikiran dan perilaku individu dengan gangguan, seperti terapi kognitif-perilaku.
Reporter: Dian Tamara
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id