Tugumalang.id – Sikap toleransi terus diperkuat di lingkungan perguruan tinggi. Salah satunya melalui kegiatan Dialog Interaktif bertajuk “Merajut Toleransi dalam Bingkai Moderasi” di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) pada Jumat (23/12/2022).
Kegiatan yang digelar oleh KMNU UB itu menghadirkan beberapa narasumber. Mulai dari Kepala Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kementerian Agama (Kemenag) RI, Candra Nurkholis, Komisi Fatwa MUI Jawa Timur, Ahmad Roziqi, hingga Ketum, Jayanusa Idham Colid. Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi juga tampak hadir memenuhi ruangan.
Kepala Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kemenag RI, Candra Nurkholis, mengatakan bahwa moderasi akan selalu beriringan dengan toleransi. Sebab menurutnya, seorang moderat tidak akan merasa bahwa dirinya paling benar.
“Moderasi itu juga tidak akan menghilangkan perbedaan, karena perbedaan tidak bisa dihilangkan. Jadi bagaimana hidup dengan perbedaan. Moderasi tidak mengubah paham, tapi perilaku,” ucapnya.
Menurutnya, mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus memperkuat karakter toleran. Terlebih, bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama hingga budaya. Sehingga, persatuan bangsa ke depan akan tetap terjaga.
“Ketika karakternya sudah kuat, insyaallah dengan sendirinya akan bisa meredam pengaruh pengaruh dari luar,” ujarnya.
Komisi Fatwa MUI Jatim, Ahmad Roziqi menyampaikan bahwa ajaran agama islam sejatinya selalu mengedepankan toleransi. Para ulama Indonesia menurutnya juga selalu mengajarkan sikap toleransi.
“Islam selalu mengajarkan sikap toleransi, tokoh tokoh besar Islam juga toleran. Jadi mahasiswa sebaiknya memperbanyak ilmu agama agar tidak terombang ambing dengan ajaran yang kurang baik,” tuturnya
Dia juga berpesan agar generasi muda bisa belajar ilmu agama kepada guru yang memang ahli di bidang agama. Sebab menurutnya, jika belajar agama pada guru yang tidak tepat maka generasi selanjutnya akan mudah saling menyalahkan.
“Kalau belajar dengan yang bukan ahlinya, bisa mudah saling menyalahkan. Ada perbedaan dianggap salah. Jadi perlu ditekankan, mencari ilmu agama secara orisinil yakni dari kyai atau ulama,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Dekan III FISIP UB, Bambang Dwi Prasetyo mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendukung kegiatan kegiatan positif yang dapat memperkuat karakter mahasiswa.
“Kegiatan seperti ini sangat bagus, biar saling memahami. Intoleransi itu kan karena kesempitan wawasan yang dimiliki seseorang. Jadi kegiatan seperti ini, diskusi, kajian dan lainnya tentu bisa menambahkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A