MALANG, Tugumalang.id – Belajar sejarah menjadi lebih menyenangkan apabila dikemas menjadi video dengan visual yang lucu dan narasi yang seru. Hal ini ditawarkan kanal YouTube Asisi Channel yang kini digandrungi masyarakat Indonesia. Pasalnya channel itu menyajikan konten candi dan sejarah dengan pendekatan modern.
Asisi Channel mengunggah video pertama mereka pada 8 Januari 2021 dan saat ini mereka telah menggunggah 497 video. Kini, mereka memiliki 606 ribu subscriber dengan total lebih dari 93 juta tayangan.
Setiap video rata-rata menerangkan peninggalan kerajaan-kerajaan di Indonesia beserta cerita yang ada di baliknya. Cerita ini diterangkan dengan menggunakan ilustrasi layaknya komik sehingga mampu menarik perhatian penonton, khususnya anak muda.
Pria di balik Asisi Channel, Asisi Suhariyanto merupakan ilustrator dari Kota Malang yang menyukai sejarah dan kebudayaan. Orang tuanya juga berperan menanamkan kecintaan ini pada Asisi karena mereka menyukai cerita-cerita wayang.
“Saya ini suka sejarah, terutama sejarah klasik. Saya juga suka budaya karena orang tua saya dulu suka cerita tentang wayang,” kata Asisi saat ditemui Tugu Malang ID beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Menengok Candi Jago yang Punya 6 Kisah Klasik di Reliefnya
Asisi Channel dikelola Asisi bersama istrinya, Selviya Hanna. Mereka berkelana berdua untuk liputan candi di beberapa kota. Mereka pula yang melakukan analisis sejarah, merekam video, mengolah video, dan sebagainya.

“Itu semua saya kerjakan sendiri bersama istri. Jadi bisa dibayangkan walaupun hanya sebuah video sejarah, tapi prosesnya panjang sekali,” ujarnya.
Mengulik sejarah toleransi di Indonesia
Selain karena kecintaannya pada sejarah, Asisi memiliki alasan lain untuk membuat konten candi dan sejarah. Pada tahun 2019, ia melakukan perjalanan keliling dunia. Di dalam perjalanan itu, ia mengunjungi negara-negara pecahan Yugoslavia serta Israel dan Palestina.
Dari kunjungan tersebut, ia menyadari bahwa perpecahan di sebuah negara bisa berdampak pada pola kehidupan masyarakat. Ia pun menyadari bahwa Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, suku, dan kepercayaan ini memiliki seribu alasan untuk pecah. Akan tetapi, hingga saat ini, Indonesia masih bertahan.
“Apa yang menjahit (persatuan Indonesia)? Ternyata kesadaran akan kenusantaraan itu yang menjahit. Kesadaran akan keberagaman dan toleransi,” kata Asisi.
Setelah ia telusuri, ia menemukan bahwa akar toleransi di Indonesia ini bermula sejak masa-masa klasik. Ini dibuktikan dengan banyaknya candi bercorak Hindu dan Buddha yang letaknya tak jauh dari satu sama lain.

“Di dekat Candi Prambanan itu ada Candi Sewu yang juga sama-sama besar. Prambanan itu Hindu, Sewu itu Buddha. Sama-sama dibangun di tempat yang begitu dekat. Itu hanya bisa terjadi kalau toleransi itu kuat sekali pada masa itu,” terang Asisi.
Ia pun ingin menularkan semangat toleransi pada masa klasik ini kepada anak-anak muda Indonesia saat ini.
Gunakan ilustrasi untuk menjelaskan sejarah
Menjelaskan sejarah bisa menjadi tantangan karena banyak orang yang menganggapnya membosankan. Asisi menambahkan ilustrasi di video miliknya karena ia sendiri telah menekuni pekerjaan sebagai ilustrator sejak lebih dari 25 tahun yang lalu.
Asisi pernah menjadi karikaturis di media Suara Indonesia hingga tahun 1998. Setelah transisi dari Orde Baru ke masa Reformasi, Asisi memilih untuk berhenti menjadi karikaturis dan bekerja sebagai ilustrator untuk buku anak-anak.
Baca Juga: 7 Buku Filsafat Ditulis dengan Ringan, Cocok untuk Anak Muda
Di buku anak-anak yang ia kerjakan, Asisi juga mengangkat tema sejarah. Dari situ, ia terbiasa belajar dan menggambar sejarah yang kemudian mengasah kemampuannya dalam pembuatan video di Asisi Channel.
“Saya nulis sejarah, tapi dalam bentuk komik. Sejarah saya hadirkan ke dunia modern,” kata pria yang kini juga mengelola perusahaan penerjemahan ini.
Riset dengan liputan langsung dan diskusi bersama pakar
Pembuatan konten sejarah tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan riset mendalam agar informasi yang disampaikan tidak salah.

Asisi kerap berkunjung langsung ke candi atau situs sejarah lainnya untuk membuat konten. Ia kemudian melakukan analisis dengan berbekal informasi dari buku, jurnal penelitian, dan diskusi bersama pakar.
“Ada beberapa teman yang memang ahli di bidangnya. Ada arkeolog dan epigraf untuk teman berdiskusi. Dengan cara diskusi itu kami dapat perspektif,” tutur Asisi.
Raih Anugerah Kebudayaan Indonesia 2023
Pada Oktober 2023, Asisi Channel mendapatkan penghargaan dari Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) untuk Kategori Media. Penghargaan ini diberikan kepada individu maupun lembaga yang berprestasi maupun berkontribusi di bidang kebudayaan.
Saat mengetahui adanya penghargaan ini, Asisi mencoba mengajukan Asisi Channel untuk menjadi peserta. Ia melengkapi semua persyaratan dan menjalani proses seleksi.
“Mereka (panitia) datang ke studio kami, lalu taping bareng-bareng di Candi Singosari. Setelah semuanya sudah terpenuhi, tiba-tiba kami diumumkan menang untuk kategori media,” ujar Asisi.
Selama mengelola Asisi Channel, Asisi mendapatkan semangat dari para penonton, khususnya yang meninggalkan komentar-komentar positif. Meski proses pembuatan video cukup menguras tenaga, Asisi merasa senang karena banyak yang menikmati videonya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko