MALANG – Kota Malang yang berada di dataran tinggi nyatanya tak melulu terbebas dari ancaman bencana banjir. Seperti yang dialami warga RT01/RW07, Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang yang bertahun tahun selalu menjadi langganan banjir jika hujan melanda.
Ketua RT01/RW07 Kelurahan Bareng, Edi Sugiarto menjelaskan bahwa ironi banjir itu selalu terjadi saat hujan mengguyur Kota Malang. Dia menyebutkan, pemukiman di RT RT01/RW07 Kelurahan Bareng selalu tergenang air setinggi dada saat hujan turun.
“Kalau warga sini sudah gak buang sampah ke sungai. Tapi disini setiap hujan selalu banjir sedada. Bahkan semua rumah warga dikasih deck penghalang air banjir, itu aja air masih masuk,” jelasnya, Minggu (14/11/2021).
Dia menyebutkan, pemindahan kendaraan bermotor ke tempat yang lebih tinggi menjadi hal biasa yang dilakukan warganya saat hujan turun. Hal itu mereka lakukan agar sepeda motor mereka tidak terendam banjir.
Edi mengatakan, banjir yang selalu melanda tempatnya dikarenakan luapan air Sungai Metro yang turun ke pemukiman warga. Terlebih, sungai kecil di dekat pemukiman itu ukurannya menyempit dan lebih rendah.
“Disini selalu banjir itu karena air diatas volumenya selalu tinggi, makanya airnya disini gede. Terus diujung sungai ini kecil. Jadi dampaknya kesini,” paparnya.
Dia mencatat, terdapat sekitar 30 KK warganya selalu terdampak banjir tersebut. Untuk itu, dia berharap pemerintah bisa membuatkan sudetan drainase untuk mengalihkan aliran air yang ke arah Kelurahan Bareng.
“Makanya kedepannya kalau bisa di atas itu harus dibuatkan sudetan kemana gitu supaya airnya tidak kesini,” imbuhnya.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Malang, Sutiaji mengatakan bahwa saat ini pihaknya tengah membangun blue print drainase di Kota Malang. Karena menurutnya, sistem penanganan banjir di Kota Malang menggunakan sistem irigasi.
“Masalah banjir yang sampai kedepannya agak susah itu adalah disini (Bareng). Sehingga harapannya nanti bisa mengurangi volume air ketika nanti sudetan ke Tidar yang Jecking itu sudah difungsikan, saat ini masih proses di BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia,red),” tuturnya.
Menurutnya, jika sudetan tersebut sudah terbangun dan difungsikan maka volume air yang mengalir ke arah daerah Tidar, Galunggung hingga Bareng akan berkurang.
“Kemarin mestinya disini (Bareng) juga masuk pada rencana penyudetan dengan dana Rp 20 milyar. Tapi kemarin kita kena refocusing. Insyaallah kedepan dianggarkan lagi,” ucapnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Sujatmiko