JAKARTA | TuguMalang – Sosok pemimpin harus ekstra nekat dan ekstra gaul. Hal itu diungkapkan oleh Salman Subkat, CEO PT Paragon Technology and Innovation dalam sesi kelas diskusi tentang Leadership di Kantor Paragon, di daerah Kampung Baru, Jakarta (3/8/2022).
Kelas leadership ini diikuti berbagai kalangan dan lintas komunitas. Salah satunya tim Tugu Media Group dari Malang dan Bogor. Mereka adalah CEO Tugu Media Group Irham Thoriq, General Manager tugumalang.id Fajrus Sidiq, General Manager tugujatim.id Bayu Eka, Wartawan Tugumalang.id Mokhammad Sholeh dan Redaktur Pelaksana tugujatim.id Savero Karamiveta Dwipayana.
Salman, Bos raksasa kosmetik Indonesia yang membawahi Wardah, Kahf, Make Over, Biodef, Putri, Labore, Instaperfect, Crystallure, dan Tavi itu mengungkapkan bahwa sosok pemimpin harus ekstra nekat dalam menciptakan terobosan baru. Dengan demikian, hal hal inovatif akan bermunculan.
Selain ekstra nekat, pemimpin juga harus ekstra gaul agar mampu menghadapi perkembangan zaman dan merangkul generasi muda. Hal itu menuturkan akan memperkuat nilai kekeluargaan antar pemimpin dan timnya.

“Pemimpin itu harus bisa melakukan sesuatu yang baru. Jadi pemimpin harus ekstra nekat, ekstra gaul,” ucapnya.
Dia juga mengungkapkan konsep membentuk sosok pemimpin yang ideal. Mulai amanah, cerdas, disiplin, pekerja keras hingga mampu memberikan gebrakan.
“Leader juga harus mampu menciptakan suasana yang menyejukkan. Itu aspek spiritual. Leadership itu perlu dikerjakan, dirasakan dan dimaknai,” jelasnya.
“Sebenarnya setiap orang merupakan pemimpin untuk dirinya sendiri,” imbuhnya.
Dalam mengembangkan usaha, seorang pemimpin juga harus mampu mengelola tenaga SDM dan keuangan dengan baik.
“Dalam mengembangkan usaha baru, kita harus menghargai konsumen. Kita harus peduli sama konsumen. Jika kita ramah dan iklas memberikan pelayanan yang baik, konsumen akan terkesan,” katanya.
Dalam menyampaikan diskusi tersebut, Salman membawa dengan intraktif, gayeng, tidak menggurui, dan mengajak peserta untuk berpikir.
Dia mencontohkan sebuah warung yang dibangun dengan minim, tapi dipimpin dengan sebuah ketulusan. Warung tersebut, hampir bisa dipastikan akan jauh lebih berkembang, daripada dengan warung yang dibangun tanpa ketulusan hati, dan hanya bermodalkan modal.
“Andai warung yang penuh ketulusan itu terbakar, maka mungkin hanya dalam dua tahun, bisa menyalip warung yang hanya berkekuatan modal. Karena warung dengan ketulusan itu berjalan konsisten merawat pelanggan, tidak tengok sana sini, ikhlas, nilai nilai baik itu semualah yang disebut kepemimpinan,” katanya.

Salman juga mengajukan pertanyaan kepada para peserta, dalam berbisnis, lebih penting mana uang atau orang.”Intinya bisnis itu ya dua itu, uang dan orang. Orang bisa menghasilkan uang, tapi uang tidak bisa membeli orang, jadi orang lebih penting,” katanya.
Dalam kesempatan ini, Salman juga meminta peserta untuk menjelaskan ‘aha momen’ dalam pelatihan ini. Salah satunya yang menjawab adalah CEO Tugu Media Group Irham Thoriq.
“Yang penjelasan soal warung tadi, relate banget dengan kita. Yakni, membangun Tugu Media dibangun dari nol, dan penuh dengan ketulusan,” kata Thoriq.
“Nah, ini jawaban gak tertebak, keren. Jadi memang jadi pemimpin tidak boleh sok tahu,” kata Salman menanggapi.
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id