KITA cenderung lebih percaya membeli brand yang Kita sudah kenali atau familiar. Jika ada pilihan brand yang familiar versus brand yang baru, masing-masing ada perbedaan faktor pengaruhnya.
Kalau brand baru, tombol daya tariknya adalah tombol penasaran, ingin mencoba dan menjajaki. Sedangkan brand lama dan Kita familiar, maka daya tariknya rasa percaya. Apalagi jika Kita sudah punya pengalaman bagus di masa lalu dengan brand tersebut.
Maka, brand Kita termasuk brand lama atau brand baru? Karena beda pendekatan dan strateginya. Umumnya situasi yang dihadapi, bahwa brand-nya adalah brand baru, yang belum dikenal, belum mendapat kepercayaan, belum terbukti dan belum teruji waktu.
Baca Juga: Brand Lokal Indonesia yang Mendunia, Pencapaian Global dalam Industri Kreatif
Karena sadar belum terkenal bahkan belum dikenal, maka perjuangan yang perlu ditempuh brand baru secara aktif dan sistematis memperkenalkan brand-nya, produknya, keunggulannya, pada calon konsumennya.
Pemahaman mudahnya, dalam konteks pembahasan ini, branding merujuk pada situasi dan kondisi calon konsumen yang: tidak tahu -> menjadi tahu, dengan ukuran bernama awareness. Apakah prospek calon konsumen yang disasar sudah aware alias nyadar, bahwa brand dan produk Kita ini ada?
Kalau si prospek calon konsumen belum tahu bahwa Kita ada, ya tentu saja, jangankan tertarik dan beneran beli, bagi mereka, Kita ini belum ada. Kalau sudah begitu, salah siapa? Ya tentu saja salah yang jualan, kok bisa calon konsumennya, sampai tidak tahu bahwa dia ada?
Proses branding yang dimaksud dalam pembahasan ini, secara online adalah proses yang perlu ditempuh dan diseriusi oleh brand, dengan menggunakan 5 jalur utama yang dapat dimanfaatkan :
1. Melalui konten di akun website atau media sosial Kita sendiri, dengan jangkauan organik.
2. Melalui konten dengan menggunakan iklan berbayar atau paid advertisement.
3. Melalui konten dengan melibatkan konsumen yang telah belanja di Kita, atau bahasa kerennya : user generated content.
4. Melalui konten yang dibuat oleh Key Opinion Leader (KOL) yang juga kerap disebut reviewer, selebgram, selebtiktok, atau influencer.
5. Melalui konten yang dibuat dan atau ditayangkan oleh media partner seperti portal berita, akun media lokal, akun media promosi, baik berupa liputan, atau advertorial berbayar.
Baca Juga: Kualitasnya Diakui Tim-tim Profesional, 4 Brand Apparel Olahraga Asal Malang Ada di Liga 1 sampai Kompetisi Bola Basket
Kesadaran mengangkat dan memperluas sebaran informasi tentang brand ini menjadi penting, meski goal dan indikatornya masih di tataran : awareness, yakni orang tidak tahu menjadi tahu.
Jadi biasanya yang masih mengerjakan proses di tahap ini, mendadak bisa kicep kalau sama owner langsung ditanya dan dipepet dengan pertanyaan: dari yang dilakukan kemarin, menghasilkan penjualan atau berdampak pada peningkatan omzet berapa?
Nah, Kita bahas itu di tulisan berikutnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Faizal Alfa – PT Fortuna iMARKS Trans Kota Malang
(www.instagram.com/imarks.id)
Redaktur: jatmiko